MOJOK.CO – Mojok Institute prihatin sekaligus memahami keresahan Mbak Nia Ramadhani yang tidak bisa mengupas salak. Ini masalah urgent, masalah negara, masalah kita semua!
Manusia tidak bisa melakukan semua hal. Salah satunya mengupas buah salak seperti Nia Ramadhani. Seperti yang ditulis oleh Reni Sengkoeni di Terminal Mojok, masih banyak orang yang belum tahu cara makan buah matoa. Pekerjaan mengupas salak bisa lebih sulit ketimbang belajar jalan di catwalk atau bisa ratusan pose dalam 1 menit ketika pemotretan.
Oleh sebab itu, bagi Mbak Nia Ramadhani, sebagai seorang model papan atas, tidak bisa mengupas salak itu manusiawi. Nah, menanggapi keresahan-keresahan ini, Mojok Institute yang kini makin serius dan kayaknya mau jadi lembaga les privat sudah melakukan penelitian empiris dan menemukan 5 cara mengupas salak buat Mbak Nia Ramadhani.
1. Direbus agak lama kayak buka kerang hijau
Pertama-tama, Mbak Nia, cuci bersih buah salak. Hati-hati, ya, kulitnya agak tajam. Nanti kalau ke-jojoh bisa berdarah, lho. Saya sarankan Mbak Nia pakai sarung tangan kiper waktu membersihkan buah salak.
Kedua, rebus air sampai mendidih. Banyaknya air dikira-kira saja. Nggak usah banyak-banyak. Ini bukan mau mbubuti bulu ayam. Ketiga, masukkan salak ke dalam air mendidih. Rebus selama beberapa menit sampai kulitnya terkelupas. Angkat salak dan tiriskan. Kulitnya jangan dibuang ya. Siapa tahu bisa diolah jadi kerupuk kulit salak. Nanti saya buatkan tutorialnya, Mbak.
2. Mbak Nia Ramadhani coba tengok elang di langit
Mbak Nia Ramadhani pernah nonton Discovery Channel? Pastinya sudah lah ya. Teve kabel di rumah Mbak Nia nggak cuma bisa buat Mola TV aja, kan?
Nah, salah satu episode di Discovery Channel itu nayangin soal betapa pintarnya elang yang sedang berburu. Ketika ketemu kura-kura, si elang nggak mungkin dong langsung makan gitu aja secara tempurungnya keras banget. Nah, si elang ini bawa kura-kura terbang sangat tinggi lalu dijatuhkan sampai tempurungnya pecah. Baru dagingnya bisa disantap.
Buat Mbak Nia, coba bawa salak ke tempat tinggi. Ke gunung misalnya, lalu buang salak ke jurang. Pastikan salak itu pecah ketika membentur dasar jurang. Pastilah, kulitnya terkelupas. Mbak Nia, inilah salah satu asal mula legenda penamaan sebuah gunung di Jawa Barat. Kalau bukan sebagai tempat paling praktis buat ngelupas salak, buat apa lagi coba?
3. Pakai alat pres hidrolik
Mbak Nia Ramadhani pernah nonton video-video pendek di Twitter dengan tema satisfying to watch? Salah satunya adalah percobaan menghancurkan benda menggunakan alat pres hidrolik. Pernah nonton?
Nah, kalau malas naik gunung atau manasin air buat merebus, memang lebih praktis kalau Mbak Nia buka Tokopedia lalu beli alat pres hidrolik. Murah kok, antara Rp800 ribu sampai Rp45 juta saja. praktis lagi, tinggal beli, bayar pakai OVO atau Go Pay, tinggal tunggu di rumah, diantarkan langsung sama kurir.
Nah, Mbak Nia sudah tahu harus bagaimana, kan sama alat pres hidrolik dan satu buah salak?
4. Lemparkan salak ke kawah gunung berapi
Mbak Nia Ramadhani tahu legenda keris Mpu Gandring? Karena bawa kutukan, konon keris sakti itu dibuang ke kawah gunung berapi biar musnah.
Nah, kalau memang mengupas kulit salak itu Mbak anggap sebagai kegiatan yang sia-sia dan menyebalkan, saya sarankan Mbak ke kawang gunung berapi. Buang saja Mbak buahnya. Kalau musnah kan Mbak Nia nggak perlu repot-repot ngupas kulitnya yang bersisik kayak salah pakai skincare itu.
5. Diomongin baik-baik
Mbak, kalau cara-cara praktis dari Mojok Institute di atas masih sulit dilakukan, cara terakhir adalah diomongin baik-baik saja. Siapa tahu, salaknya sudah menemukan zona nyaman di dalam kulitnya itu. Memaksa orang lain keluar dari zona nyaman itu percuma. Nggak baik.
Apalagi kalau sudah sayang banget terus di-ghosting. Salaknya diembat orang lain setelah susah payah dikupas pelan-pelan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Atau gini aja, deh. Mbak Nia Ramadhani makan pisang saja. Gampang tuh dikupas. Dimakan sama kulitnya juga nggak papa, kayaknya.
BACA JUGA Heboh Nia Ramadhani yang Tak Bisa Mengupas Salak: Nobody is Perfect, Jadi Biasa Ajalah! Atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.