Mobil Honda Jazz: Simbol Awal Kesuksesan Manusia dan Sudah Saatnya Honda Membangkitkan Sang Legenda

Mobil Honda Jazz Simbol Awal Kesuksesan Manusia MOJOK.CO

Ilustrasi Mobil Honda Jazz Simbol Awal Kesuksesan Manusia. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COJazz adalah salah satu mobil terbaik Honda. Jadi, mari, Honda, bangkitkan legenda mobil Honda Jazz. Bawa mobil keren ini ke percaturan dunia otomotif Indonesia sekali lagi.

Sejak dulu, Honda seperti tidak habis-habisnya memberikan kejutan. Sebelum lanjut, coba kalian ingat lagi berbagai roda 4 dari Honda, baik yang kalian kenal atau pernak kalian naiki.

Kalau saya pribadi, mengingat betapa eksklusifnya produk bernama Odyssey, tapi tetap diburu. Lalu, keanggunan Accord dari masa ke masa. Ada juga Mobilio yang memporak-porandakan pasar mobil murah yang selalu dipegang Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Terakhir, sebuah mobil elegan, harganya relatif terjangkau dengan kenyamanan luar biasa nyaris menyamai kelas Sedan bernama mobil Honda Jazz. 

Saya masih ingat momen itu. Dua tahun yang lalu, 2021, saya mengantar tamu pulang dari Kota Kudus ke Jogja. Saat itu kami baru sampai tol Semarang-Salatiga dan hujan turun deras sekali. Tamu saya bilang bahwa mobil Honda Jazz yang kami naiki hari itu adalah generasi terakhir.

Kabar burungnya, Honda City Hatchback akan menggantikan mobil Honda Jazz. Konon, City Hatchback mampu menyamai Honda Jazz. Saya tidak sepenuhnya percaya dengan kata-kata itu. Apalagi City Hatchback akan menggantikan salah satu kendaraan roda 4 yang ikonik. 

Kala itu saya hanya bisa membatin beberapa hal. Pertama, banyak orang mengenal City sebagai sedan kelas menengah dan posisinya ada di atas Honda Jazz. Apa mungkin versi Hatchback dibuat lebih mahal dari Jazz? 

Yah, mau lebih mahal, bagus, atau lebih apa saja, harusnya, dari sisi brand, mobil Honda Jazz bukan salah satu tipe yang harus disuntik mati. Sudah bagus, ikonik, dan makin hari malah masuk menjadi collectible item bagi beberapa penggemar otomotif, sayang sekali kalau harus berhenti produksi apapun alasannya. 

Mobil Honda Jazz menawarkan kendali yang nyaman dan membuat percaya diri

Sambil mengamati jalan tol yang beberapa bagian jalannya tergenang air, saya memacu mobil Honda Jazz produksi 2019 itu di kecepatan 60-70 km/jam ketika berbelok dan 80-100 km/jam saat lurus. Agak beresiko memang, apabila terkena aquaplaning, atau genangan air yang bisa membuat cengkraman ban hilang seketika. Tapi ini Jazz, Bung, mobil yang sampai hari ini masih menjadi salah satu mobil yang memiliki kendali terbaik di kelasnya atau bahkan kelas di atasnya. 

Posisi menyetir mobil ini nyaris setara sedan premium. Sudut pandangnya luas di sisi kiri dan kanan, pedal shift memudahkan supir menjaga kontrol, dan kecepatan serta mobil dengan ground clearance rendah yang membuat sopir dan penumpang nyaman saat berkendara di jalanan mulus dengan kecepatan cukup tinggi. Yah, sekitar 120-160 km/jam di kondisi jalan halus dan kering.

Untuk saya yang memiliki tinggi 185 sentimeter, kursi sopir mobil Honda Jazz ini hanya perlu saya mundurkan sedikit saja dari posisi tempat duduk normal untuk sopir dengan tinggi 165-175 alias bukan sopir yang mepet stir mobil. Saya hanya perlu menggeser kursinya sekitar 1 telapak tangan orang dewasa, yang tentunya tidak terlalu mundur hingga menyiksa posisi duduk penumpang belakang 

Selain posisi duduk dan sandaran yang sedikit rebah dan agak santai, tilt steering saya posisikan naik dan menjauhi pengemudi hingga tangan tidak terlalu ditekuk ketika menyetir dan nyaman saat berbelok menggunakan 1 tangan dan nyaman saat memegangnya menggunakan 2 tangan di kecepatan tinggi. Posisi ini mirip seperti sedang duduk balapan versi saya. Agak susah menjelaskannya, tapi saya berusaha meniru posisi duduk para pembalap Rally atau Formula ketika sedang membawa mobil balapnya. Kalian bisa melihatnya di YouTube, kira-kira mirip seperti itu. 

Mobil yang tidak membuat tubuh cepat lelah

Daya tahan tubuh ketika berkendara menjadi salah satu poin penting bagi banyak orang. Sebagai sopir freelance, saya terbiasa membawa mobil-mobil berukuran sedang seperti Avanza, Innova, Mobilio, Xpander, Alphard dan pernah juga mencicipi Hiace Lama dan ELF Medium. 

Jika sedang menggunakan mobil-mobil itu, kelelahan fase awal (2-3 jam nonstop) saat menyetir akan mulai terasa seiring munculnya kebosanan. Makanya posisi duduk kadang sedikit berubah, tangan yang bergantian memegang stir-menyandarkan di dashboard-menggerakkan jari-jari dan telapak akan sering saya lakukan.

Tapi ini tidak berlaku saat mengendarai mobil Honda Jazz 2019 hari itu. Saya mengendarai mobil ini dalam kondisi fit dan tidak merasakan kelelahan atau jenuh dengan waktu tempuh lebih dari 3 jam nonstop tanpa berhenti. Saya melaju dari Kudus, melewati Jalan raya Demak-Semarang, di dalam tol, hingga tiba di Jogja via Solo. Rasa nyaman dan tidak cepat lelah ini sama baiknya ketika saya mengendarai Honda Accord dari Jakarta menuju Jogja pada 2018. Saat itu saya nonstop selama 10 jam menyusuri ruas tol, keluar Salatiga hingga Jogja, dan kami hanya berhenti 3 kali selama perjalanan. 

Kalau diurutkan dari posisi handling dan kenyamanan berkendara, setelah kelas Sedan Asia seperti Camry, Corolla Altis, Accord, City, ada mobil Honda Jazz yang tepat berada di bawahnya. Baru kemudian menyusul Toyota Yaris, Honda BRV, Suzuki Swift, dan Honda Mobilio sebagai pilihan kendaraan yang memiliki kendali dan kenyamanan di atas rata-rata. 

Memang, masih ada orang yang mengatakan bahwa Suzuki Swift dan Toyota Raize juga memiliki posisi menyetir yang bagus. Tapi, lagi-lagi saya hanya sopir freelance yang sering mencoba mobil yang ada di rental sekitar Jogja-Jateng. Artinya, tipenya terbatas, saya bukan reviewer otomotif yang bebas mau mencoba mobil apa saja lalu ditulis. Tapi, dengan status sopir itu, justru saya lebih tulus memberikan catatan serta kritik sesuka saya tanpa harus didikte. 

Baca halaman selanjutnya: Mobil terbaik yang tidak layak disuntik mati.

Simbol awal kesuksesan

Baik, kembali lagi ke soal mobil Honda Jazz, yang kali pertama meluncur pada 2004. Saat itu, Jazz hanya bermesin 1.500 i-DSI. Namun, ia menjadi kendaraan roda 4 paling disukai oleh siapa saja. Mulai dari ibu rumah tangga, bapak-bapak boomers, para pengusaha rental, dan anak muda. 

Dulu antara 2005 hingga 2010, mobil ini menjadi simbol kesuksesan seseorang. Mau itu beli tunai atau kredit, mobil Honda Jazz menunjukkan bahwa pemiliknya berada di fase memiliki kehidupan yang stabil dan semakin paham fungsi kendaraan. 

Sama seperti seseorang yang memiliki mobil Avanza atau Brio yang dinilai berada di fase kesuksesan awal. Memang belum terlalu kaya, tapi sudah butuh mobil untuk keperluan rumah tangga, pekerjaan, dan mengatasi kendala cuaca. Walaupun di level kesuksesan tertentu ada juga orang yang nyentrik menggunakan Hiace untuk dijadikan camper van dan sehari-hari hanya naik Vario atau Yamaha NMAX untuk beraktivitas.

Tapi, sampai hari ini, saya masih belum menemukan jawaban yang tepat dari pertanyaan kenapa mobil Honda Jazz harus discontinued. Dari nama sudah ikonik, penjualan nyaris sempurna di semua daerah. Dari total 320an ribu penjualan dari 2004 hingga 2021 (otoseken.id) mungkin hanya 10%-15% saja ada masalah berat (mesin dan fitur) yang dialami. Itu bisa saja dipengaruhi gaya berkendara pemiliknya, medan yang ditempuh, dan perawatan berkala. 

3 generasi Honda Jazz yang pernah saya bawa

Kenapa saya bisa seyakin itu? Seumur hidup saya pernah membawa 4 unit mobil Honda Jazz di tahun yang berbeda-beda. Pertama, Honda Jazz 2006 milik seorang teman yang kami kendarai ber-6 dari Jogja ke Banjarnegara dengan kondisi ban kurang angin. Lalu, Jazz 2010 dan 2013 (Type RS), dan terakhir yang saya ceritakan di awal, Honda Jazz (RS) yang dibuat 2019 dan saya kendarai di 2021. 

Artinya, sudah semua generasi (kalau tidak salah) mobil itu sudah saya kendarai. Tidak di semua medan, tapi di kondisi yang menurut saya semuanya kurang baik; cuaca, medan tanjakan dan berlubang, beban berlebih, ban kempis, dan lain-lain, nyaris semuanya disikat tanpa kendala berarti. 

Mobil yang memang sulit tergantikan

Fitur, kedali, kenyamanan semua tercukupi dengan mengendarai mobil Honda Jazz. Saya juga pernah menjadi penumpang di generasi Jazz yang saya sebut tadi, untuk orang dengan tinggi 185 sentimeter, dan berperan sebagai penumpang. Kenyamanan duduk di belakang masih termaafkan. Intinya, mobil ini nyaris menyentuh angka 9 di kelasnya. Persoalan bagasi serta kendala melintas di medan jalan tidak rata bisa termaafkan.

Rasanya sayang sekali mobil ini harus berhenti produksi. Apalagi level penggantinya malah di bawah Jazz. Mobil yang sudah menjadi collectible item ini masih pantas untuk diproduksi paling tidak 5 tahun ke depan. Tentu dengan pengembangan di semua bagian mengikuti kebutuhan dan permintaan pasar mobil kelas Sedan atau model Hatchback.

Kita lihat saja, mobil Honda Jazz yang dikenal dengan kecepatan, model yang bagus, handling, fitur, lincah dan harga yang masuk akal di kelas menengah ini pantas digantikan oleh City Hatchback yang disebut mengadopsi kenyamanan berkendara City model sedan? Atau justru City Hatchback harus kalah bersaing dengan pabrikan lain di kelas Hatchback?

Yang pasti, Honda Jazz sudah pantas masuk sebagai salah satu mobil terbaik Honda sepanjang masa. Dan tanpa sengaja, mobil ini malah sudah setara sedan kelas menengah di Indonesia. Maka, ayolah Honda, bangkitkan lagi legenda Honda Jazz, mobil yang menjadi penanda awal kesuksesan manusia.

Penulis: Khoirul Fajri Siregar

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Honda Jazz Harus Dibangkitkan dari Kematian. Ini Mobil Bekas dengan Greget Berbeda dan analisis menarik di rubrik OTOMOJOK.

Exit mobile version