Simbol awal kesuksesan
Baik, kembali lagi ke soal mobil Honda Jazz, yang kali pertama meluncur pada 2004. Saat itu, Jazz hanya bermesin 1.500 i-DSI. Namun, ia menjadi kendaraan roda 4 paling disukai oleh siapa saja. Mulai dari ibu rumah tangga, bapak-bapak boomers, para pengusaha rental, dan anak muda.
Dulu antara 2005 hingga 2010, mobil ini menjadi simbol kesuksesan seseorang. Mau itu beli tunai atau kredit, mobil Honda Jazz menunjukkan bahwa pemiliknya berada di fase memiliki kehidupan yang stabil dan semakin paham fungsi kendaraan.
Sama seperti seseorang yang memiliki mobil Avanza atau Brio yang dinilai berada di fase kesuksesan awal. Memang belum terlalu kaya, tapi sudah butuh mobil untuk keperluan rumah tangga, pekerjaan, dan mengatasi kendala cuaca. Walaupun di level kesuksesan tertentu ada juga orang yang nyentrik menggunakan Hiace untuk dijadikan camper van dan sehari-hari hanya naik Vario atau Yamaha NMAX untuk beraktivitas.
Tapi, sampai hari ini, saya masih belum menemukan jawaban yang tepat dari pertanyaan kenapa mobil Honda Jazz harus discontinued. Dari nama sudah ikonik, penjualan nyaris sempurna di semua daerah. Dari total 320an ribu penjualan dari 2004 hingga 2021 (otoseken.id) mungkin hanya 10%-15% saja ada masalah berat (mesin dan fitur) yang dialami. Itu bisa saja dipengaruhi gaya berkendara pemiliknya, medan yang ditempuh, dan perawatan berkala.
3 generasi Honda Jazz yang pernah saya bawa
Kenapa saya bisa seyakin itu? Seumur hidup saya pernah membawa 4 unit mobil Honda Jazz di tahun yang berbeda-beda. Pertama, Honda Jazz 2006 milik seorang teman yang kami kendarai ber-6 dari Jogja ke Banjarnegara dengan kondisi ban kurang angin. Lalu, Jazz 2010 dan 2013 (Type RS), dan terakhir yang saya ceritakan di awal, Honda Jazz (RS) yang dibuat 2019 dan saya kendarai di 2021.
Artinya, sudah semua generasi (kalau tidak salah) mobil itu sudah saya kendarai. Tidak di semua medan, tapi di kondisi yang menurut saya semuanya kurang baik; cuaca, medan tanjakan dan berlubang, beban berlebih, ban kempis, dan lain-lain, nyaris semuanya disikat tanpa kendala berarti.
Mobil yang memang sulit tergantikan
Fitur, kedali, kenyamanan semua tercukupi dengan mengendarai mobil Honda Jazz. Saya juga pernah menjadi penumpang di generasi Jazz yang saya sebut tadi, untuk orang dengan tinggi 185 sentimeter, dan berperan sebagai penumpang. Kenyamanan duduk di belakang masih termaafkan. Intinya, mobil ini nyaris menyentuh angka 9 di kelasnya. Persoalan bagasi serta kendala melintas di medan jalan tidak rata bisa termaafkan.
Rasanya sayang sekali mobil ini harus berhenti produksi. Apalagi level penggantinya malah di bawah Jazz. Mobil yang sudah menjadi collectible item ini masih pantas untuk diproduksi paling tidak 5 tahun ke depan. Tentu dengan pengembangan di semua bagian mengikuti kebutuhan dan permintaan pasar mobil kelas Sedan atau model Hatchback.
Kita lihat saja, mobil Honda Jazz yang dikenal dengan kecepatan, model yang bagus, handling, fitur, lincah dan harga yang masuk akal di kelas menengah ini pantas digantikan oleh City Hatchback yang disebut mengadopsi kenyamanan berkendara City model sedan? Atau justru City Hatchback harus kalah bersaing dengan pabrikan lain di kelas Hatchback?
Yang pasti, Honda Jazz sudah pantas masuk sebagai salah satu mobil terbaik Honda sepanjang masa. Dan tanpa sengaja, mobil ini malah sudah setara sedan kelas menengah di Indonesia. Maka, ayolah Honda, bangkitkan lagi legenda Honda Jazz, mobil yang menjadi penanda awal kesuksesan manusia.
Penulis: Khoirul Fajri Siregar
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Honda Jazz Harus Dibangkitkan dari Kematian. Ini Mobil Bekas dengan Greget Berbeda dan analisis menarik di rubrik OTOMOJOK.