Di Balik Lensa KRL Jogja Solo: Kisah Perjalanan Seorang Tunanetra Menuju Sarjana

KRL Jogja Solo Membantu Seorang Tunanetra Menuju Sarjana MOJOK.CO

Ilustrasi KRL Jogja Solo Membantu Seorang Tunanetra Menuju Sarjana. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COKRL Jogja Solo membantu memudahkan saya, sebagai seorang tunanetra, meraih gelar sarjana. Terima kasih KRL, terima kasih PT KAI.

Senang sekali rasanya, setelah bertahun-tahun menanti, kini KRL Jogja Solo PP telah beroperasi. Tentu, ini adalah angin segar bagi masyarakat yang sering melakukan mobilitas dari arah Jogja, Klaten, hingga Solo PP. Termasuk saya, sebagai seorang mahasiswa penyandang disabilitas netra yang tinggal di Klaten dan berkuliah di Kota Solo.

Perjuangan yang Menantang

Dulu, perjalanan dari Klaten menuju Solo adalah perjuangan tersendiri. Berbekalkan tongkat putih lipat dengan garis blok merah mengkilap, saya harus mengandalkan bus konvensional yang bisa dibilang “belum terlalu ramah bagi penyandang disabilitas” seperti saya. 

Sangat sering saya harus berdesak-desakan dengan penumpang lain. Sangat sulit mencari tempat duduk bahkan tidak mendapat informasi yang jelas terkait jadwal dan tujuan.

Bukan hanya itu, saya kadang harus berjalan dari titik di mana saya diturunkan hingga menemukan spot yang tepat. Semua demi bisa memesan ojek online untuk meneruskan perjalanan dari terminal ke kampus. 

Jujur saja, saya kadang merasa khawatir dan cemas. Saya harus memberanikan diri untuk berjalan jauh dan bertanya pada orang-orang di sekitar. Bukan takut bertanya, melainkan takut jika saya tersesat dan bertemu orang yang berniat jahat. 

Untungnya, Tuhan senantiasa membimbing saya lewat perantara orang-orang baik. Mereka bersedia menunjukkan jalan. Bahkan mau mengantar saya ke area di mana saya bisa memesan ojek online sesuai titik yang telah ditentukan.

KRL Jogja Solo: Transportasi baru yang tak terduga

Namun, semua itu berubah semenjak kehadiran KRL Jogja Solo. Kereta ini terdiri dari 8 rangkaian, dengan tempat duduk panjang menyamping dan berhadap-hadapan. Tempat duduk ini terletak pada sisi kanan dan kiri kabin dan posisinya membelakangi jendela. Lalu, pada bagian atas bangku terdapat rak bagasi besi untuk meletakkan barang. 

Di samping bagasi, tepatnya di atas bangku penumpang, terdapat beberapa pegangan yang tergantung pada tiang besi. Penumpang berdiri bisa pegangan di sini. Desain ini mirip sekali dengan bus trans yang ada di beberapa kota besar seperti Jogja, Solo, Semarang, Jakarta, dan masih banyak lagi. 

Masih soal interior kabin KRL Jogja Solo. Kereta ini dilengkapi dengan lampu neon panjang sebagai penerangan dan pendingin ruangan yang cukup sejuk. Jadi, para penumpang dan kru yang bertugas tidak merasa kepanasan. 

Selain itu, di setiap kabin KRL Jogja Solo juga dilengkapi dengan speaker aktif. Fungsinya sebagai alat menyampaikan informasi oleh Customer Service on Train (CSOT) yang menyampaikan berbagai informasi seputar perjalanan. Mulai dari rute kereta, stasiun pemberhentian, hingga peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap penumpang.  

Soal aksesibilitas, KRL Jogja Solo ini tidak hanya nyaman dan modern. PT KAI sudah melengkapi kereta ini dengan fasilitas yang memudahkan penyandang disabilitas seperti saya. 

Ada guiding block atau keramik pemandu timbul berwarna kuning di dalam stasiun dan di atas peron. Lalu ada audio announcement yang jelas dan petugas yang siap membantu dari awal perjalanan hingga ke stasiun tujuan. 

Selain fasilitas tersebut, di kabin KRL Jogja Solo juga terdapat kursi prioritas yang terletak di keempat sudut rangkaian kereta, yaitu 2 di sudut depan dan 2 di sudut belakang. 

Di sebelah bangku prioritas, terdapat selebaran yang ditempel pada dinding kabin berisi tulisan dan gambar pengguna bangku prioritas yang dimaksud, yaitu ibu hamil, lansia, ibu dengan balita dan penyandang disabilitas.

Sistem pembayaran

Beralih pada sistem pembayaran, KRL Jogja Solo memberikan kemudahan para penumpang untuk melakukan pembayaran secara non-tunai melalui Kartu Multi Trip (KMT). Ini adalah sejenis e-money yang dapat diisi saldo melalui vending machine

Nantinya, KMT tersebut akan ditempelkan pada mesin Electronic Data Capture (EDC) pada stasiun keberangkatan dan stasiun tujuan sebagai sistem pembayarannya. Jadi, penumpang tak lagi memerlukan tiket fisik. 

Soal biaya, satu kali perjalanan KRL Jogja Solo hanya Rp8 ribu saja. Jadi, bila ditotal, tarif perjalanan PP sebesar Rp16 ribu. Saldo akan otomatis terpotong saat penumpang melakukan tap in pada stasiun keberangkatan saja.

Pengalaman pribadi naik KRL Jogja Solo

Sejak kehadiran KRL Jogja Solo, perjalanan saya dari Klaten menuju Solo kini terasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Saya tidak perlu lagi berdesak-desakan dengan penumpang lain. Adanya fasilitas bangku prioritas di kereta membuat saya lebih aman.

Saya juga tak perlu khawatir tertinggal kereta karena ada jadwal tetap yang bisa saya akses secara mandiri melalui internet maupun aplikasi KRL Access. Selain itu, saya hanya perlu menuju ke stasiun yang berjarak 1 kilometer dari rumah. 

Sesampainya di stasiun, berbekal tongkat putih bergaris merah mengkilap yang selalu mendampingi, saya lalu meminta bantuan petugas untuk melakukan tap in menggunakan KMT. Setelah itu tinggal berjalan menuju peron melalui guiding block dengan tongkat dan petugas yang mendampingi. 

Ketika KRL Jogja Solo tiba, saya pun masuk lalu didampingi oleh petugas keamanan di dalam kereta. Mereka sebelumnya sudah terhubung dengan petugas di stasiun, yang mengkonfirmasi bahwa akan ada penumpang prioritas tunanetra yang memerlukan bantuan. 

Saat berada di dalam rangkaian kereta, saya juga dituntun untuk menempati bangku prioritas yang tersedia. Tak lupa, mereka juga menanyakan stasiun tujuan saya untuk nantinya dihubungkan kepada petugas di stasiun tujuan tersebut.

Di dalam kereta, saya tinggal duduk dan sesekali mendengarkan musik melalui ponsel. Sesampainya di stasiun tujuan, kembali petugas mendatangi dan menuntun saya keluar dari gerbong KRL Jogja Solo dan menuju stasiun untuk melakukan tap out

Kadang, mereka juga dengan suka rela menemani saya saat sedang memesan dan menunggu ojek online untuk melanjutkan perjalanan ke kampus. Dari situ pula, saya bisa berkenalan dengan beberapa petugas yang sering saya jumpai dan membantu saya saat berangkat dari Klaten maupun pulang dari Solo.

Terima kasih PT KAI

Perjalanan yang biasanya melelahkan dan penuh tantangan, kini menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Berbagai fasilitas pendukung yang aksesibel, sikap petugas dan kru yang ramah, serta adanya kebijakan PT KAI yang memberikan hak prioritas, termasuk penyandang disabilitas menjadikan transportasi ini layak disebut sebagai “transportasi berbasis inklusi”. 

Kehadiran KRL Jogja Solo benar-benar membawa dampak positif dalam hidup saya. Khususnya sebagai mahasiswa penyandang disabilitas netra. Hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana. Terima kasih KRL Jogja Solo. Terima kasih PT KAI.

Penulis: Prasetyo Nugroho

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Nggak Perlu Kaget kalau KRL Jogja-Solo Penuh Sesak dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Exit mobile version