Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Naik Angkot Jaklingko Gratis Itu Menyenangkan, Kecuali Kalau Sopirnya Nyetir Kayak Lagi Balapan di Sirkuit Sentul

Alan Kurniawan oleh Alan Kurniawan
4 September 2025
A A
Jaklingko Bikin Trauma karena Sopir Berlagak Pembalap MOJOK.CO

Ilustrasi Jaklingko Bikin Trauma karena Sopir Berlagak Pembalap. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Gratis, tapi Jaklingko bikin trauma

Kenyataan bahwa Jaklingko ini gratis kadang bikin kita merasa, “Ya sudahlah, nikmati aja seadanya.” Tapi lama-lama, kok kayaknya mahal juga ya? Mahal di jantung, maksudnya.

Saya pernah duduk di belakang seorang ibu-ibu yang baru pertama kali naik Jaklingko. Baru lima menit jalan, dia udah komat-kamit baca doa. Setiap sopir injek rem, mukanya pucat. Saya kasihan, tapi di sisi lain saya juga takut. Kalau ibu itu pingsan, siapa yang tanggung jawab?

Ada juga bapak-bapak yang pas turun langsung nyeletuk, “Gratis, tapi umur saya berkurang 10 tahun.” Semua orang di halte ketawa, termasuk saya. Tapi itu ketawa getir, ketawa yang menyembunyikan rasa trauma.

Jaklingko vs angkot zaman dulu

Kalau dipikir-pikir, cara sopir Jaklingko nyetir ini mirip sama sopir angkot zaman dulu. Bedanya, dulu kita masih maklum karena mereka ngejar setoran. Sekarang, dengan sistem gaji bulanan, harusnya mereka bisa lebih tenang.

Saya jadi kepikiran, jangan-jangan kebiasaan ngebut ini udah mendarah daging. Kayak refleks alami: ada jalan kosong, gaspol. Ada motor di depan, klakson panjang. Ada lampu merah, ya diterobos dikit. Semacam kenangan masa lalu yang sulit dihapus.

Padahal branding Jaklingko ini kan transportasi modern, ramah lingkungan, dan nyaman. Kalau masih disetirin dengan gaya “angkot era 90-an”, ya sama aja bohong. Bedanya cuma sekarang ada AC.

Harapan kecil untuk sopir

Saya tahu, kerja jadi sopir bus itu nggak gampang. Harus tahan macet, polusi, dan godaan penumpang yang suka maksa naik walaupun bus udah penuh. Tapi kalau udah diberi fasilitas gratis untuk rakyat, harusnya rasa tanggung jawab juga naik.

Menaikkan kecepatan itu boleh, tapi bukan di jalan raya pas penumpang lagi berdiri berdesakan. Sesekali ngerem itu wajar, tapi jangan kayak mengetes kualitas shockbreaker.

Kalau memang gajinya dianggap kurang, ya sampaikan lewat jalur resmi, bukan lewat gaya nyetir ugal-ugalan yang bikin rakyat kecil jadi korban. Karena ujung-ujungnya, citra Jaklingko yang kena. Orang jadi mikir, “Ngapain naik gratis kalau deg-degan sepanjang jalan?”

Gratis bukan berarti murahan

Ada filosofi menarik dari Jaklingko gratis ini. Gratis itu bagus, tapi bukan berarti kualitasnya boleh murahan. Gratis itu bikin akses transportasi lebih merata, tapi jangan sampai pengalaman penumpang jadi bahan trauma kolektif.

Saya sering dengar orang bilang, “Yah, namanya juga gratis.” Padahal justru karena gratis, harusnya kualitasnya dijaga. Biar rakyat merasa dimanusiakan, bukan sekadar diangkut kayak karung beras.

Jakarta butuh transportasi publik yang bukan cuma gratis, tapi juga nyaman, aman, dan bikin orang betah. Kalau tidak, ya orang akan balik lagi ke motor, dan macet makin parah. Ironis kan, niatnya baik, tapi praktiknya bikin orang kapok.

Penutup: Gratis yang seharusnya membahagiakan

Jaklingko gratis seharusnya jadi kabar baik buat semua orang. Bayangkan, anak sekolah bisa berangkat tanpa pusing ongkos, ibu-ibu bisa belanja ke pasar tanpa khawatir kantong bolong, pekerja bisa hemat puluhan ribu tiap bulan. Itu luar biasa.

Tapi semua kebaikan itu bisa sirna kalau sopirnya nyetir kayak pembalap liar. Gratis jadi nggak ada artinya kalau tiap perjalanan rasanya kayak ikut audisi Fear Factor.

Iklan

Harapan saya sederhana: semoga ke depan, sopir Jaklingko bisa lebih sabar, tenang, dan sadar bahwa mereka sedang membawa manusia, bukan boneka ragdoll. Gaji mungkin masih bisa diperjuangkan, tapi keselamatan penumpang nggak bisa ditawar.

Karena pada akhirnya, transportasi umum itu bukan cuma soal ongkos murah. Tapi juga soal rasa percaya. Kalau penumpang percaya bahwa naik Jaklingko itu aman dan nyaman, barulah program gratis ini bisa benar-benar jadi hadiah, bukan sekadar promosi politik.

Dan semoga, suatu saat nanti, naik Jaklingko gratis bukan lagi cerita tentang sopir ugal-ugalan, tapi tentang betapa menyenangkannya punya transportasi publik yang manusiawi. Gratis di dompet, dan gratis juga dari rasa was-was.

Penulis: Alan Kurniawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Hal Menyebalkan yang Sering Saya Rasakan Ketika Naik JakLingko dan catatan menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 5 September 2025 oleh

Tags: bus JaklingkoJaklingkoJaklingko gratisJaklingko jakartasopir Jaklingko
Alan Kurniawan

Alan Kurniawan

Banyak bekerja, sedikit overthinking-nya.

Artikel Terkait

Sumber Stres di Jakarta Adalah Hidup Ngirit dan Sederhana MOJOK.CO
Esai

Kamu Bisa Hidup Ngirit di Jakarta, tapi Kamu Nggak Bisa Menghindari Stres karena Udah Satu Paket

5 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.