MOJOK.CO – Turunnya harga jual mobil bekas sama sekali tidak mengurangi kualitas produk, khususnya Grand Livina, dan tidak akan mengubah kenyamanan kami kepadanya.
“Bagaimana bisa harga mobil bekas Nissan Grand Livina anjlok, padahal kualitas mobilnya sangat memuaskan?”
Teman saya heran, setengah nggak percaya.
Saya setuju. Kualitas Grand Livina memang memuaskan. Selain desain cantik, kenyamanan dan kestabilannya mendukung argumen tersebut. Tapi memang, secara umum, harga jual mobil bekasnya anjlok parah.
Sementara saya cukup bisa memahami mengapa hal demikian bisa terjadi. Apakah hanya dipengaruhi oleh persepsi masyarakat? Mungkin bisa menjadi salah satu faktornya. Namun, tentunya ada banyak hal yang memengaruhi persepsi miring itu sehingga mengakibatkan harga jual Grand Livina bekas bisa turun jauh.
Sebagai montir, tentu saya menikmati jatuhnya harga Grand Livina bekas. Kalau misalnya kelak membelinya, saya sudah bisa menangani beberapa hal yang biasanya menjadi “kekhawatiran masyarakat”, misalnya sparepart dan perawatan.
Saat ini, saya masih harus menahan diri untuk membeli Grand Livina, MPV rasa sedan ini. Namun, saya masih bisa bersabar menunggu orang-orang berduit itu ketakutan untuk mempertahankan Grand Livina yang mereka miliki lebih lama. Dengan begitu, mereka akan menjualnya dengan harga murah.
Bagaimana tidak takut bila isu yang beredar di masyarakat bahwa Nissan Grand Livina adalah mobil pendatang baru dan jumlahnya tidak sebanding dengan Toyota atau Honda. Tentu hal itu masih dibumbui dengan kekhawatiran akan sparepart yang langka dan mahal. Oleh sebab itu, pilihan yang paling tepat adalah menjualnya sebelum mengalami kerusakan. Ya sekitar empat tahu lagi, dengan harga yang sudah anjlok tentunya.
Selain itu, banyak rumor bahwa pabrikan Nissan tidak sama dengan mobil lainnya dalam hal teknologi. Nyatanya memang banyak montir yang mengaku tidak sanggup menangani mobil Nissan. Tentu hal ini memengaruhi harga jual mobil bekas Grand Livina karena masyarakat takut bila memiliki mobil mewah harga murah ini jadi kesulitan melakukan servis kendaraannya.
Apalagi saat ini dikabarkan pabrik Nissan cabut dari Indonesia. Dengan segenap rasa penasaran, masyarakat kita pun mengulik mengapa hal itu bisa terjadi. Mulai kabar adanya konflik internal antara Nissan dengan Renault, hingga konflik pemindahan saham Indomobil dari Nissan Motor di akhir 2018.
Apakah hal itu membuat masyarakat takut untuk membeli mobil Nissan? Ya. Walau pada akhirnya Indomobil malah menguasai saham Distributor Nissan hingga 75 persen setelah pabrik Nissan cabut dari Indonesia.
Akibatnya, masyarakat menjadi takut untuk membeli mobil pabrikan Nissan. Masalahnya, ketakutan itu membuat harga mobil bekas Nissan Grand Livina anjlok. Sialan memang. Padahal cara penentuan harga itu nggak ada hubungannya dengan kualitas.
Sebagai orang yang setiap hari bertemu dengan Grand Livina, saya menyarankan kepada masyarakat untuk tidak takut. Sejauh ini, saya merasa ketakutan ini berlebihan.
Mau Nissan Motor memiliki konflik dengan siapa pun, baik internal atau eksternal, saya pikir tidak akan memengaruhi kualitas produk. Masa iya, gara-gara chairman Nissan ketahuan memanipulasi perolehan selama lima tahun akan mengakibatkan turunnya performa mesin Grand Livina? Jelas tidak!
Namun, sayangnya, harga jual mobil bekas mengalami penurunan. Jangan salah, Carlos Ghosn adalah seseorang yang bisa menyelamatkan Renault, Nissan, dan Mitsubishi sekaligus dari keterpurukan sebelum kasus skandal membuatnya tersingkir dari tempat tertinggi Nissan.
Jika boleh saya hubungkan dengan sistem kekeluargaan, chairman Nissan ini ibarat orang tua. Sehingga, mungkin saja masyarakat trauma dengan peristiwa perceraian. Jangankan kasih sayang, nasib uang saku saja masih belum tentu didapatkan atau tidak jika kedua orang tua bercerai berai.
Mungkin anggapan masyarakat seperti itu, dengan adanya konflik di bagian manajemen, efeknya akan sampai pada ketersediaan sparepart, harga, dan bahkan kesulitan servis rutin. Padahal, anggapan masyarakat ini sangat kurang tepat.
Bagi saya, untuk merawat Grand Livina ini sangat mudah dan murah. Mungkin karena saya ini seorang montir. Tapi sebenarnya, bengkel spesialis Nissan juga ambak-ambakan di Indonesia. Di Bintaro saja ada empat bengkel spesialis Nissan. Belum di kota sebelah yang pastinya sangat banyak.
Untuk mencari sparepart juga mudah. Saya bisa mengandalkan relasi dunia perbengkelan atau mengandalkan toko online. Asal mengetahui nomor part dan spesifikasinya.
Tidak sekali atau dua kali saya memesan sparepart lewat toko online. Barang yang saya pesan juga sesuai. Bahkan harganya relatif murah.
Saya tidak setuju kalau kaki-kaki Grand Livina dianggap bahkan dikenal mahal. Mungkin, bisa jadi mahal karena pelanggan tidak tahu bagian mana yang rusak dan memilih mengganti keseluruhan. Lebih baik, konsultasikan dengan bengkel dan montir (yang jujur, kayak saya… hehehe).
Montir yang baik seharusnya akan memeriksa dan memilah bagian mana yang benar-benar rusak dan bagian mana yang bisa dipakai. Seperti crossmember, saya tidak perlu mengganti keseluruhan, cukup karetnya saja. Dengan demikian, harganya bisa selisih cukup jauh. Bahkan sangat jauh dengan harga yang diestimasikan oleh bengkel resmi.
Jangan khawatir, karet crossmember atau link arm ini diproduksi secara legal oleh Nissan Motor. Secara resmi juga diedarkan di seluruh Indonesia. Jadi, apanya yang mahal dan susah?
Saya pikir masalah persepsi seperti ini tidak akan menimpa pada Nissan Grand Livina saja. Bisa dikatakan hampir semua produsen pendatang baru akan mengalami hal serupa.
Padahal, jika masyarakat mau repot sedikit saja, pasar internasional sudah sangat mudah diakses lewat toko online. Bukti nyata Nissan Grand Livina masih menjadi primadona adalah eksistensi beberapa klub yang masih setia menggunakan mobil ini di berbagai event. Seperti Gravinci yang selalu memiliki alasan untuk mencintai dan mengagungkan Nissan Grand Livina.
Mengenai kekurangannya yang tidak kuat nanjak dan olinya cepat habis, tentu tidak bisa dimungkiri. Hanya saja, hal itu sangat mudah dicegah.
Tidak kuat nanjak mungkin terjadi karena beberapa transmisinya CVT. Ini berarti bila terjadi penurunan performa mesin akan langsung berimbas ke tenaga. Sementara masalah pada mesin akan dapat teratasi hanya dengan modal cairan engine conditioner untuk dilakukan pembersihan ruang bakar.
Sementara oli yang cepat habis hanya perlu diganti dengan yang lebih encer. Jika pabrikan menyarankan memakai oli 10W30, cukup diganti dengan 5W20. Tentu dengan catatan tidak terjadi kebocoran oli dan mesin bekerja dengan baik.
Dua hal di atas adalah kekurangannya. Sisanya, semua yang ada pada Nissan Grand Livina adalah kelebihan. Mulai dari kenyamanan, tenaga, dan keindahan desain
Akhirnya, anjloknya harga jual tidak sepenuhnya musibah. Bagi saya, semua kemungkinan bisa menjadi peluang. Turunnya harga jual mobil bekas sama sekali tidak merendahkan kualitas suatu produk, khususnya Grand Livina, dan tidak akan mengubah kenyamanan kami kepadanya.
BACA JUGA Prediksi Montir: Kia Sonet Bakal Berjaya di Indonesia dan Jadi Ancaman Produsen Lain dan ulasan soal kendaraan lainnya di rubrik OTOMOJOK.