Brio, Mobil Honda yang Paling Aneh: Nggak Punya Apa-apa, tapi bisa Menjadi yang Paling Laris

Brio, Mobil Honda Paling Dipuja karena Nggak Punya Apa-apa MOJOK.CO

Ilustrasi Brio, Mobil Honda Paling Dipuja karena Nggak Punya Apa-apa. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COMobil Honda Brio adalah LCGC terlaris. Sebuah fakta yang membuat mobil ini menjadi yang paling aneh, tapi justru paling dipuja.

Kalau ngomongin Low Cost Green Car (LCGC), biasanya yang terlintas di kepala orang adalah murah, irit, dan muat banyak. Tapi ya, jangan berharap lebih soal kenyamanan atau performa. 

Mobil rakyat, begitu orang sering bilang. Tapi anehnya, dari sekian banyak pilihan LCGC yang beredar di jalan, justru mobil dengan harga paling tinggi di kelasnya yang jadi juara penjualan: Honda Brio.

Brio ini ibarat anak tongkrongan yang wajahnya biasa aja. Tapi, auranya bikin semua orang pengen nongkrong bareng dia. Kalau mobil lain jualan di angka psikologis “harga paling murah” biar laku, Brio justru pede tampil dengan banderol yang bikin orang mikir dua kali sebelum kredit. Tapi tetap aja laku. Malah nomor satu di Indonesia.

Lantas, apa rahasianya? Jawabannya ada di satu kalimat sakti: fun to drive.

Fun to drive, filosofi Honda yang nggak pernah luntur

Mobil Honda punya DNA yang selalu ditekankan sejak lama, yaitu mobil itu bukan cuma alat transportasi, tapi juga harus menyenangkan ketika dikendarai. Bahkan ketika bikin mobil murah sekalipun, Honda masih nyelipin esensi itu.

Nah, fun to drive ini maksudnya apa sih? Bahasa gampangnya, mobil itu enak dipakai, bikin pengemudi merasa terkoneksi sama mobilnya, dan setiap perjalanan terasa lebih hidup. Rasanya bukan sekadar “jalan dari A ke B,” tapi ada kepuasan kecil setiap kali injek gas, belok setir, atau ngerem mulus.

Kalau di Brio, fun to drive itu terasa dari beberapa hal. Mulai dari tarikan mesinnya enteng, setirnya nurut sama kemauan tangan, bodinya kecil jadi gampang dikendalikan, dan suspensinya bikin mobil nggak goyang-goyang kayak perahu kalau ketemu jalan berliku. Hasilnya, pengemudi merasa percaya diri, nyaman, bahkan kadang tanpa sadar bisa senyum sendiri di balik kemudi.

Suspensinya memang agak keras, khas Honda, tapi justru itu yang bikin handling-nya mantap. Di tikungan, Brio nggak gampang oleng. Jadi, meski badannya mungil, sensasi nyetirnya terasa lebih serius ketimbang mobil LCGC lain yang kadang “limbung” begitu ketemu tikungan agak tajam.

Fun to drive ala Brio itu simpel. Ia memang mobil kecil, gampang dikendalikan, respons mesin enak, dan punya aura “anak muda” yang bikin kita betah di balik kemudi.

Baca halaman selanjutnya: Mobil aneh, tapi paling laku. Aneh.

Kualitas mobil? Yah, apa adanya ….

Nah, di balik segala keunggulan soal fun to drive tadi, kita juga nggak bisa menutup mata. Brio itu kalau dilihat dari kualitas mobil, ya standar LCGC banget. Material interior dominan plastik keras, bagasi kecil, dan kalau kita tinggi badan di atas 175 sentimeter, posisi duduk agak “nanggung” karena jok kurang tebal.

Bahkan kalau dibandingkan dengan city car non-LCGC seperti Jazz (yang sayangnya sudah almarhum di Indonesia), Brio itu terasa banget “mobil ekonominya.”

Tapi di situlah justru letak menariknya. Brio itu jujur apa adanya. Dia nggak sok-sokan ngasih fitur canggih atau interior mewah. Dia hanya kasih yang paling penting: mesin bandel, konsumsi BBM efisien, dan kesenangan nyetir. Jadi orang beli Brio itu bukan karena dapat kemewahan, tapi karena pengalaman.

Kenapa tetap laku meski paling mahal?

Inilah pertanyaan klasik yang sering bikin heran. Kenapa orang rela beli Brio yang harganya lebih tinggi ketimbang LCGC lain?

Pertama, faktor brand Honda. Mau gimana, Honda masih dianggap punya gengsi lebih tinggi ketimbang merek lain. Orang sering ngomong, “Mending beli Honda, meski mahal, tapi kualitas terjamin.”

Kedua, desainnya. Brio punya tampang yang imut tapi sporty, nggak terlihat “mobil murah” meskipun memang murah. Apalagi setelah facelift di 2018, bagian belakangnya nggak lagi kaca lempengan polos kayak aquarium, tapi lebih proporsional. Buat anak muda, tampilannya cukup keren buat mejeng di kafe.

Ketiga, faktor resale value. Brio punya harga bekas yang stabil, bahkan cenderung tinggi. Jadi orang merasa lebih aman ketika beli, karena kalau bosan tinggal jual lagi dan ruginya nggak banyak.

Keempat, tentu saja: fun to drive. Buat sebagian orang, nyetir Brio bikin perjalanan harian terasa lebih menyenangkan.

Brio di jalanan indonesia

Di jalan raya, Brio itu seperti semut kuning yang lincah. Badannya kecil, gampang parkir, gampang nyelip. Nggak heran jadi pilihan favorit buat orang-orang yang tinggal di kota besar.

Saya pernah iseng bawa Brio dari Jakarta ke Bandung via Tol Cipularang. Mesinnya memang nggak gede, tapi di kecepatan 100 km/jam masih terasa stabil. Nggak ada rasa “takut goyang” yang biasanya muncul di mobil kecil lain. Malah, karena dimensinya kompak, nyetirnya jadi lebih santai.

Dan karena mobil ini irit, isi bensin sekali di Jakarta bisa cukup sampai balik lagi dari Bandung. Cocok banget buat mahasiswa yang pengen gaya tapi tetap hemat.

Brio dan filosofi mobil sehari-hari

Kalau dipikir-pikir, Brio ini kayak sahabat yang selalu siap nemenin, meski kadang nyebelin. Bagasinya kecil, kursinya keras, tapi setiap kali kita masuk dan mulai nyetir, semua kekurangan itu entah kenapa jadi nggak terlalu penting.

Itulah kekuatan fun to drive yang jarang dipikirin orang ketika beli mobil. Banyak LCGC lain lebih fokus jualan fitur. Misal, AC digital, head unit layar sentuh, dan kursi empuk. Tapi, nggak ada yang bisa bikin kita tersenyum cuma gara-gara nyetir, kecuali Brio.

Mobil Honda paling jujur

Honda Brio pada akhirnya bukan tentang murah atau mahal, bukan juga soal fitur lengkap atau nggaknya. Mobil Honda ini lebih ke filosofi sederhana: bikin mobil kecil yang menyenangkan dipakai sehari-hari.

Mungkin itulah alasan kenapa Brio jadi mobil LCGC terlaris. Dia berhasil kasih esensi berkendara khas Honda yang fun to drive, meski dibungkus dalam kualitas “apa adanya.” Orang yang beli Brio sadar betul, mereka nggak dapat interior mewah atau teknologi canggih, tapi dapat pengalaman nyetir yang bikin hati senang.

Di tengah dunia otomotif yang makin penuh gimmick, Brio justru jujur dan lugas. Dan kadang, kejujuran itu jauh lebih bernilai ketimbang seribu fitur tambahan.

Penulis: Alan Kurniawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Brio, Mobil Honda yang “Gagal”, tapi Pernah Menjadi Mimpi Buruk Toyota Avanza dan catatan menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Exit mobile version