MOJOK.CO – Jadi orang dewasa itu sulit. Semua kemudahan yang diberikan ketika kita masih anak-anak dan remaja akan hilang begitu saja. Baru deh kita sadar kalo hidup itu keras, dan kita cuman awan lembut yang ditiup sedikit aja sudah ambyarrr.
Apa sih yang spesial dari tahun baru itu? Bikin resolusi yang minggu depan bakal dilupakan? Kalau dipikir-pikir, tahun baru sebenarnya nggak ada yang spesial-spesial amat. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun baru hanya dirayakan sebentar, habis itu dilupakan.
Sebenarnya, daripada dirayakan, tahun baru itu cocoknya untuk direnungkan sama seperti hubungan kita. Apalagi kalau kalian belum sadar bahwa setelah 2019 tahun depannya adalah tahun 2020.
Iya, 2020.
Kalau kalian masih belum sadar, 2020 itu artinya anak kelahiran tahun 1990 sudah masuk kepala 3 dan yang kelahiran 2000 sudah masuk kepala 2. Alias 30 tahun lalu itu bukan tahun 1970 tapi 1990. Aseem, angkatan 90an ini ternyata sudah pada tua. *seketika hening*
Selama ini saya selalu merasa bahwa angkatan 90an ini tidak setua itu. Saya sendiri sebagai angkatan’96 masih merasa perilaku saya yang lucu-lucu ini masih cocok dan relevan untuk beberapa tahun ke depan. Tapi kenyataannya, umur menampar saya keras-keras. Di tahun ini, saya akan masuk ke angka 23 tahun. Dan manusia 23 tahun itu, tentu saja sudah masuk kategori orang dewasa.
Jadi orang dewasa artinya kita akan masuk ke dalam masa merasa terlalu tua kalo terus-terusan hidup dan bergantung sama orangtua, tapi juga masih merasa terlalu muda (((dan terlalu miskin))) untuk hidup sendirian. Alias mau minta malu, nggak minta ya nggak bisa hidup.
Jadi orang dewasa juga artinya dari yang awalnya nggak pernah mikirin masalah kerja dan nikah mau nggak mau harus mulai mikirin kerja dan nikah karena tekanan dari keluarga dan cocote tetangga.
Sebagai orang dewasa, kita juga harus mengerti bahwa orang-orang tidak selalu punya waktu untuk kita karena mereka juga mulai sibuk mengurusi hidupnya masing-masing.
Dari yang awalnya kita bisa minta tolong ke siapa saja ketika jadi orang dewasa, kita harus terbiasa melakukan itu semua sendiri karena orang lain akan berhenti peduli karena mereka juga “kerepotan” dengan urusan dan pekerjaan mereka sendiri.
Dan yang paling menyebalkan adalah, ketika jadi orang dewasa, kita baru sadar bahwa lingkaran pertemanan kita semakin mengecil dan lingkaran pertemanan yang kecil ini juga lama kelamaan semakin sulit dikumpulkan.
Yang dulunya langsung iya-iya aja kalau diajak jalan, ketika jadi orang dewasa, kita harus terbiasa merencanakan jalan bareng sejak jauh-jauh hari karena teman-teman kita ini sudah punya prioritas masing-masing.
Sudah masuk fase itu? I feel you, I feel youu!
Sebelum ditampar oleh kenyataan-kenyataan tadi, saya pikir cobaan terberat dalam hidup itu ya cuman skripsi. Tidak akan ada hal yang bisa lebih menyebalkan dari dosen pembimbing rese yang hobi curat-coret draft skripsi yang dikerjakan dengan sepenuh hati. Saya nggak pernah punya beban lain.
Cari kerja? Saya selalu merasa PD bakal dapat kerja yang oke apalagi selama kuliah saya sangat berdedikasi untuk dapat IPK gede.
Tapi ternyata tidak semudah itu, Fergosong! Kehidupan sebenarnya ternyata baru dimulai setelah lulus kuliah.
Saya terkejut. Ternyata ketika mencari kerja, hampir semua tempat mensyaratkan harus punya pengalaman, punya skill ABCDE, pandai bersosialisasi, bisa bekerja di bawah tekanan, dll dll. Ya ada sih pekerjaan yang syaratnya nggak muluk-muluk, tapi gajinya langsung muruluk alias kecil banget dan nggak sesuai dengan apa yang kita kerjakan.
Sementara saya nggak punya skill kehidupan, nggak punya koneksi, nggak pandai bersosialisasi, dan yang paling sial adalah nggak terlahir sebagai crazy rich surabaya dan OMG saya baru sadar kalau saya super duper menyedihkan.
Baru deh saya sadar kalau hidup itu keras dan saya cuman awan lembut yang ditiup dikit aja langsung ambyarrr.
Sementara itu, di saat yang bersamaan, saya melihat orang lain yang sudah settle. Kerja di tempat yang enak, updatean storiesnya nya mung foya-foya ngafe sana ngafe sini tok.
Melihat hal ini, saya sempat masuk ke dalam fase kemunduran… Menjauh dari kehidupan sosial, mengalami mental breakdown, dan kena panic attack yang menyebabkan saya dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis karena merasa gagal dan nggak berguna.
Ya mau gimana lagi, rumput tetangga memang selalu kelihatan lebih hijau bosqu~ Padahal, kalau saya tahu kehidupan asli orang-orang yang saya lihat itu, saya sebenarnya tahu kalau nggak ada orang yang hidupnya isinya cuman baik-baik aja. Yang udah kerja dan terlihat “wah” pun pasti ngerasa insecure dan punya ketakutan-ketakutan mereka sendiri.
Turns out everybody is suffering, everybody is trying to hold on.
Sebagai manusia yang masih melewati masa menjadi orang dewasa ini, saya ingin berbagi sedikit nasihat yang saya harap bisa meredakan sedikit rasa sakit kita dalam proses pendewasaan diri saat ini.
Nasihat pertama, untuk sobat-sobat angkatan’97 ke atas yang masih kuliah dan dalam masa-masa transisi menuju orang dewasa, nikmatilah masa-masa kuliah kalian.
Kuliah itu enak banget, bener-bener zona nyaman yang kalau kalian ditanya kapan kerja atau kapan nikah pas lebaran kalian bisa melarikan diri dengan jawaban “saya masih kuliah, tante” dan berakhir lah semua urusan wqwq.
Tapi yang saya maksud menikmati masa kuliah adalah–bukan cuman haha hihi sambil gigitaran dan rokokan di kantin kampus, lho. Tapi juga belajar skill yang berguna buat kehidupan, membangun empati, berjejaring, bersosialisasi, bikin proyek, pokoknya jangan cuman fokus sama IPK. Itu akan sangat berguna ketika mencari kerja.
Dan untuk sobat introvertqu, saya harap kalian jangan mengulangi kesalahan yang sama dengan saya. Menghindari sosialisasi dan berjejaring dengan dalih, “Maaf aq introvert, aku nga suka small talks :'( ” hadeeh bullshit ituu. Bukan nggak bisa, tapi kita terlalu malas jadinya pakai jalan pintas pakai kata “nggak bisa”.
Saya harap kalian jangan takut untuk ke luar dari zona nyaman. Harus ingat bahwa apa yang bikin kita nggak nyaman bakal bikin kita belajar, beradaptasi dan terus berkembang. Tapi kalau kalian terlalu takut untuk ke luar zona nyaman, ya nggak usah dipaksa-paksa banget juga sih, tapi tetep coba perluas zona nyaman dari dalam zona nyaman itu sendiri. Yang paling penting adalah terus bergerak, jangan stagnan.
Nasihat kedua adalah, nggak apa-apa kalau kita belum tahu apa yang ingin kita lakukan setelah lulus. Juga nggak apa-apa kalau mau ambil pekerjaan yang jauh berbeda dengan apa yang dipelajari saat kuliah. Jangan merasa jadi pecundang karena hal ini.
Yang paling penting adalah tetep bangga dan melakukan pekerjaan/kegiatan yang ada di depan kita dengan sungguh-sungguh. Kita nggak pernah tahu masa depan. Bisa aja pekerjaan/kegiatan ini membawa kita ke banyak hal baik yang akan kita suka. Nggak perlu ngelihat yang jauh-jauh, kesempatan bisa datang di depan mata kita juga hehe.
Nasihat ke tiga adalah jangan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kita punya waktu kita masing-masing. Jangan terburu-buru dan jangan panik. Jangan sampai karena panik kita kemudian membuat rencana-rencana yang tidak realistis yang ketika tidak tercapai semakin meyakinkan kita bahwa kita memang manusia tidak berguna wqwq.
Nasihat terakhir adalah, boleh bersedih. Orang dewasa juga boleh bersedih. Boleh merasa kecewa, dan boleh bikin salah. Kalau mau nangis, ya nangis aja. Tapi tetap harus ingat bahwa semua orang juga pasti sering bikin salah. Jangan merasa jadi orang yang gagal, tapi harus lihat sisi positifnya, kalau kita bikin kesalahan artinya kita masih punya ruang untuk belajar dan terus berkembang.
Dan kalau lagi sedih, jangan lupa harus tetep makan karena bersedih itu butuh tenaga. Jangan lupa minum juga supaya air mata bisa terisi kembali. Terakhir, jangan lupa BAB, cukup kesedihan aja yang ditahan-tahan, tahi mah jangan.
Udah ah, selamat menjalani fase menjadi orang dewasa di tahun 2019!