Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Nggak Punya Hidup yang Menantang Seperti Larry Ternyata Nggak Surem-surem Amat

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
23 Maret 2019
A A
hidup seperti larry keluar dari zona nyaman
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Keluar dari zona nyaman dan hidup seperti Larry katanya sebaik-baik menjalani hidup. Tapi kalau hidup kayak Patrick bisa bikin kita bahagia, ngapain lagi harus hidup seperti Larry?

Dalam salah satu episode Spongebob yang yang berjudul A Life in A day, Larry si Lobster ngata-ngatain SpongeBob dan Patrick sebagai seorang pecundang karena tidak menjalani hidup yang penuh bahaya dan tantangan seperti yang dia lakukan.

Hidup tuh, kalau kata Larry, harus berani menantang bahaya!!1! Harus dipertaruhkan!!1! Karena hidup yang tidak pernah dipertaruhkan adalah hidup yang tidak bisa dimenangkan!!1! Eh, itu bukan kata-katanya Larry sih. Tapi intinya, kalau mau menjalani hidup yang sebenar-benarnya hidup, kita harus keluar dari zona nyaman!1!

Filosofi hidup seperti Larry ini ternyata bukan hanya ada di kartun doang. Tapi juga relatable af dengan kehidupan sehari-hari. Yang mana sering kita baca di buku-buku dan artikel self help & motivasi, keluar dari zona nyaman adalah hal yang wajib dilakukan ketika kita ingin sukses dalam menjalani kehidupan.

Kenapa wajib dilakukan? Ya karena diem di zona nyaman itu—katanya—berbahaya. Selain bikin nggak berkembang, yang nyaman-nyaman itu juga bikin kita males, dan….baper lalu ngarep buat jadian, eh.

Supaya lebih yakin untuk keluar dari zona nyaman, nggak lengkap kalau nggak bahas analogi ikan dan kolam besar.

Katanya, kalau pengin jadi ikan besar, kamu harus ada di kolam yang besar. Jangan main di kolam kecil karena kamu sudah besar di kolam kecil itu nggak ada apa-apa.

Kamu harus punya target yang lebih tinggi! Datang dan bersainglah di kolam besar bersama ikan-ikan besar lainnya supaya kamu bisa saling memangsa belajar, lalu ikut jadi ikan besar juga.

Ya sebenarnya nggak ada yang salah sama filosofi menjalani hidup yang penuh tantangan seperti Larry ini. Apalagi, bagi sebagian orang yang punya mimpi dan ambisi yang tinggi, filosofi ini malah bikin mereka semakin bersemangat menjemput bahaya dan tantangan karena memberikan efek rangsangan dan perasaan bahagia pada diri mereka.

Tapi, bagi sebagian orang sisanya—termasuk saya—ide untuk keluar dari zona nyaman adalah ide yang sangat…menyeramkan.

Ya nggak menyeramkan gimana tho. Kalau selama ini kamu sudah kadung nyaman menjalani hidup sebagai introvert yang malu-malu unyu terus tiba-tiba orang-orang nyuruh kamu bersosialisasi dan bikin interaksi dengan manusia asing agar kamu “bisa berkembang”, bukannya dapet skill bersosialisasi, yang ada kamu malah jadi panik dan depresi karena harus melakukan sesuatu yang paling benci kamu lakukan.

Interaksi yang diinisiasi diri sendiri aja kadang kita suka males. Apalagi ini interaksi yang dipaksakan, hadehh.

Orang-orang yang suka mengglorifikasi ide “keluar dari zona nyaman” sebagai cara wajib untuk mencapai kesuksesan ini apa nggak sadar kalau kadar toleran seseorang terhadap hal-hal baru di luar dirinya itu berbeda-beda ya?

Keluar dari zona nyaman itu kalau kita beneran nggak siap bisa bikin terluka, tersiksa, atau bahkan bisa bikin… mati.

Iklan

Iya, ini bisa jadi ide yang super duper berbahaya juga. Karena yang sering dibahas cuman kita bisa tumbuh dan berkembang di sana, kita seringnya melupakan kalau hal banyak hal buruk juga bisa terjadi. Ibarat kata nih, alih-alih loncat ke kolam besar, sebagian ikan malah bisa terdampar di daratan.

Setelah saya pikir-pikir lagi, kok rasa-rasanya keluar dari zona nyaman itu memang overrated ya?

Kenapa kita harus memilih hidup yang bikin kita nggak nyaman dan nggak kita sukai padahal kita bisa aja lho berhenti dan puas dengan keadaan yang kita alami saat ini.

Nggak berani keluar dari zona nyaman bukan berarti pecundang, Bor. Menjalani hidup yang aman dan nyaman adalah menjalani hidup yang realistis. Bukankah dengan berhati-hati dan menghindari tantangan dan bahaya kita sedang jadi manusia yang paling rasional? Beda dengan hidup secara impulsif demi mengejar ambisi dan sesuatu yang—kadang abstrak—yang perlu banyak perjuangan dan belum tentu akan kita sukai.

Ya sebenarnya impulsif juga nggak apa-apa sih selama kamu sanggup-sanggup aja. Yang paling penting adalah ketika kita merasa nggak bisa, jangan sampai maksa dan memutuskan keluar dari zona nyaman tanpa pertimbangan yang matang.

Lagian kok ya ide keluar dari zona nyaman ini seakan-akan bikin kita mikir kalau kita nggak akan bisa hidup sukses kalau dalam keadaan nyaman.

Padahal kan kalau kita nyaman artinya kita bahagia dalam menjalani hidup kita. Bukankah tujuan hidup kan emang cuman biar bisa bahagia, ya? Terus ngapain dong bersusah-susah keluar dari zona nyaman dan membuat diri sendiri menderita?

Daripada memaksakan diri untuk keluar dari zona nyaman, bukankah lebih baik kita memperluas zona nyaman kita dari dalam zona nyaman itu sendiri?

Gini loh maksudnya, kita nggak harus meninggalkan apa yang kita suka demi melakukan sesuatu yang kita nggak suka.

Lagian kalau hidup kayak Patrick yang gitu-gitu aja udah bikin kita bahagia, ngapain dong kita harus repot-repot hidup kayak Larry? Selama ini yang kamu rasakan, hidup kayak Patrick ini nggak surem-surem amat, kan?

Terakhir diperbarui pada 23 Maret 2019 oleh

Tags: Keluar dari zona nyamanPatrickself helpspongebob squarepants
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

ilustrasi Meski Kayak Pengangguran, Pekerjaan Patrick Star Banyak. Pantes Bisa Jajan dan Udah Punya Rumah Sendiri mojok.co
Pojokan

Meski Kayak Pengangguran, Pekerjaan Patrick Star Banyak. Pantes Bisa Jajan dan Udah Punya Rumah Sendiri

8 Juli 2021
stephen hillenburg
Nafkah

Menghitung Kekayaan Stephen Hillenburg (Almarhum), Pencipta Kartun Spongebob Squarepants

28 November 2018
Moknyus

Pengasuh Kerajaan Ubur-ubur Disowani MUI untuk Dimintai Klarifikasi

13 Agustus 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.