MOJOK.CO – Cinta itu ya di mana-mana bad investment karena isinya pengeluaran doang. Menghitungnya secara ekonomi cuma akan jadi beban karena biaya pacaran dan urusan cinta lain memang mahal.
Saya dan mas pacar saat ini sedang menjalani LDR Malang-Jogja. Kami biasanya mengusahakan untuk bertemu sebulan sekali. Tentang siapa yang datang mengunjungi siapa, tergantung siapa dari kami yang punya lebih banyak waktu luang dan tentu saja…
…uang.
Harus kami akui, biaya pacaran sebenarnya cukup membebani. Selain harus mikirin tiket kereta, tempat menginap, kami juga harus mikirin tempat jalan, nonton, jajan demi bisa (((menuntaskan))) urusan rindu karena sudah lama tidak bertemu dan saat sekalinya bertemu tidak lama ini.
Kalau udah kayak gitu, harga berapa pun akan kami bayar asal surga betulan bisa dipadatkan meskipun nanti misalnya tumbuh penyesalan di akhir bulan gara-gara jajannya kebablasan.
Saya pikir, rasanya bukan kami saja sih yang tiap ketemu suka jor-joran kayak gitu. Sobat LDR se-Nusantara kemungkinan juga merasakan hal yang sama. Itu baru urusan uang saja, belum lagi tenaga yang harus dikeluarkan karena bertemu kekasih yang jauh itu sebuah perjuangan tersendiri. Capek sudah pasti terjadi, tapi semua rasa lelah itu saya kira akan meleleh ketika melihat ekspresi bahagia di wajah kekasih kita. Halah bucin.
Tapi, saya pikir bukan cuma orang LDR aja sih yang kedodoran. Maksud saya, banyak di antara kita (hah, kita??) yang nggak LDR pun tetep ngabisin uang cukup banyak untuk ongkos mencintai.
Makanya kalau ada orang yang suka pamrih dan main hitung-hitungan dengan apa yang udah dikeluarkan, saya kasih tahu ya, mending nggak usah pacaran deh, rugi, soalnya nanti bangkrut!
wow, dihitung?
kalau sepanjang LDR bisa nyamperin ke sana-sini dan menumpahkan afeksi dlm berbagai bentuk, itu kemudahan dariNya.
kalau lalu ga berjodoh, itu juga keputusanNya.
ikhlaskan, makin dihitung makin berat.
itu bagian dari perjalanan.
perjalanan tiap orang berbeda. https://t.co/XBDr15Xmbz— Poppy Septia (@sloppypoppy) January 14, 2020
Memasukan uang sebagai alat tukar dalam hubungan percintaan adalah pilihan yang bodoh karena cinta itu ya di mana-mana bad investment karena isinya pengeluaran-pengaluaran doang. Dan ini akan jadi beban karena pengeluaran ini tidak akan pernah ada akhirnya, sekarang nge-date, besok-besok mikirin bayar pelaminan, cicilan rumah, biaya anak, dst. dst. dst.
Dan di sisi lain, kamu nggak akan bisa ngarep pacaran gratis soalnya hubungan percintaan itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan hanya dengan wasap-wasapan (wasapan juga nggak gratis karena harus beli kuota) karena secara alamiah, manusia yang jatuh cinta akan terus mendamba pertemuan alias kehadiran orang yang mereka cintai. Ceileh.
Ini saya bukan sok romantis nich. Kenyataannya, ketika jatuh cinta, otak kita yang bekerja adalah otak bagian primitive yang tidak mengerti hitung-hitungan untung rugi dan alasan-alasan rasional lainnya. Dan kalau kebutuhan cinta terkait afeksi dan kehadiran ini nggak bisa didapatkan, otak kita bakal ngeluarin respons yang sama dengan orang kecanduan yang lagi sakau. Ini adalah konsekuensi yang dihasilkan dari banyak sekali hormon yang bekerja ketika seseorang jatuh cinta.
Dampaknya, orang kalau udah sakau, otaknya ya nggak bisa fungsional. Boro-boro bisa mikir dan bekerja, yang ada, kita cuma bisa plonga plongo sambil halu mikirin dia ada deket kita. Ini hasil penelitian neurosains lho.
Cinta itu nggak bisa dihitung sebagai kegiatan ekonomi apalagi dihitung sebagai investasi karena nyatanya, cinta itu kebutuhan!
Tapi ya gimana, susah emang hidup di jaman yang serba materialis. Semuanya aja dianggap investasi. Pacar investasi, Pendidikan investasi, anak investasi, tapi akhlas baik dan amal saleh dilupakan padahal itu sebenar-benar investasi di dunia. #malahdakwah
Bayangin deh kalau misal cinta dianggap investasi dan harus melibatkan hitung-hitungan untung rugi, kamu berani bayar berapa untuk perasaan berharga yang pasangan kamu berikan ketika kamu sedang merasa tidak berguna? Atau berapa yang akan kamu bayar untuk telinga dan saran-saran penting yang diberikan yang kadang melibatkan telpon di pagi buta ketika kamu sedang ingin bercerita?
Perasaan dicintai, saking berharganya, nyatanya tidak bisa diukur harganya. Dia membuat kita senang karena kita tahu akan selalu ada orang yang berpihak pada kita. Pada akhirnya, perasaan memiliki dan dimiliki adalah apa yang selalu manusia cari.
Ya meskipun harus kita akui cinta isinya bukan cuma senang-senang aja. Kadang ada patah hati juga. Ya kayak naik roller coaster lah, ada naik turunnya.
Tapi kalau kata Plato, tanpa cinta, kita tidak pernah merasa utuh. Dan kata Bertrand Russel, tanpa cinta, kita tidak akan bisa melarikan diri dari perasaan kesepian dan ketakutan dari dunia yang dingin dan kejam. Cinta lah yang membawa kehangatan, keintiman, dan rasa lega yang membuat kita berani melawan ketakutan terhadap dunia yang jahat dan kejam ini.
Jadi daripada hitung-hitungan tentang siapa yang mengeluarkan lebih banyak dari siapa ketika pacaran, lebih baik berdoa saja semoga Tuhan memudahkan kita untuk membayar biaya pacaran. Dan yang paling penting, doakan juga biar si dia jadi jodoh kita biar nggak perlu mikir kalau pengorbanan bisa berakhir sia-sia.
BACA JUGA Jatuh Cinta pada Perempuan yang Tidak Ngiler Harta atau artikel lainnya di POJOKAN.