Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Saracen dan Kanda Eggi Sudjana

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
30 Agustus 2017
A A
170830 ESAI Saracen dan Eggi Sudjana

170830 ESAI Saracen dan Eggi Sudjana

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saracen menyeret kembali Kanda Eggi Sudjanadi panggung politik umat. Padahal, ia baru beberapa belas hari turun terpaksa dari panggung penipuan umat bernama First Travel. Kanda Eggi stop melakukan aksi bela-membela karena sebuah bisikan suci bahwa suami istri gila itu bagian dari, pinjam istilah filsuf Francis Bacon, “iblis berzirah malaikat”.

Kanda Eggi bukan pembela duo iblis yang menipu puluhan ribu umat selama bertahun-tahun itu. Kanda Eggy tetap pembela umat yang gigih hingga ia sendiri berangkat haji saat namanya kembali moncer bersama isu monster Saracen di lini masa media sosial.

Saracen adalah petaka akhir zaman. Lebih ganas dari tanah petani di Kulonprogo yang dibego penguasa infrastruktur, lebih seru ketimbang RI yang akhirnya berencana pindah ibu kota ke Meikarta setelah IMB rampung, dan lebih urhen dibanding umat Sunda Wiwitan yang dibuldoser kapitalisma yang menggandeng agama.

Kanda Eggi juga menolak dihubungkan dengan Saracen, si monster yang sampai dikomentari Presiden RI Joko Widodo sebagai sesuatu yang harus dituntaskan sampai ke akar-akarnya (ia memilih mengomentari Saracen ketimbang mengucapkan assalamualaikum kepada belasan pencari keadilan yang sudah 500 minggu saban Kamis berdiri di depan istana tempat Pak Pres tidur).

Tampak dari raut Kanda Eggi ada kerisauan ketika mengatakan ia tak ada hubungan apa-apa dengan portal berita itu. Sebab ia tahu, setelah bergandeng tangan menumbangkan Ahok dari ibu kota, ada sebuah arus balik untuk mengambil dan melumpuhkan para pemimpin gerakan satu-satu dengan beragam dalih.

Kanda Eggi kini berhadapan dengan dalih ini: Saracen. Kanda Eggi sedang berhadapan dengan soal serius. Sebuah palagan digital.

Sebagai salah seorang pembangkang Orde Baru garda depan, Kanda Eggi tentu paham ini bukan semata soal Joko Widodo yang sedang konsolidasi untuk 2019, tapi pertempuran sengit di Abad Keraguan.

Saracen, Kanda Eggi, Amien Rais, dan para pembela (politik) agama ini berada dalam situasi pertarungan sengit yang melanda semua medan. Mulai dari sains hingga politik.

Mestinya kita tak perlu kaget. Cerita sampul National Geographic Maret 2015 mengurai dengan penuh keyakinan bagaimana pertumbuhan Abad Ketakpercayaan ini.

Di gelanggang sains sudah berlangsung sangat sengit. Meluasnya keyakinan bumi datar seperti membangunkan kembali keyakinan abad ke-19 yang diwakili peta tua Orlando Ferguson produksi 1893 di Dakota Selatan, Amerika Serikat.

Termasuk yang kasat mata adalah makin bergelombangnya saf penolak vaksin yang sudah moncer sejak satu dekade silam, walau tentu tak seluas penolakan atas kesimpulan sains soal manusia punya leluhur bernama monyet yang dikibarkan Charles Darwin.

Abad keraguan ini sangat serius. Para ilmuwan kembali berkonsolidasi, merapatkan pertahanan setelah mereka merebut dan mempertahankan takhta yang sudah mereka raih sejak Galileo Galilei mengobrak-abrik otoritas agama pada abad ke-17. Mereka butuh siasat baru selain dukungan meme lucu-lucuan dan memanggil pemanggul antisains dengan sebutan bani bumi datar.

Abad Keraguan ini, tulis kontributor National Geographic Joel Achenbach, berkibar ketika orang mendengarkan kembali suara naif yang berdiam dalam intuisi manusia. Bahkan bagi seseorang yang sudah melek sains pun, keyakinan naif itu tak benar-benar terhapus. Ia hidup untuk meragukan apa yang dalam buku besar saintis disebut “saus rahasia”, atau dalam restoran Krusty Krab di Bikini Bottom disebut “resep rahasia”.

Kembali ke Kanda Eggi.

Iklan

Sains itu status quo yang memegang lisensi “saus rahasia”. Dan itu semua berada di ketek negara dan pemodal. Lihatlah, semua lembaga yang memegang panji-panji penjaga rasionalitas, akal sehat, dan hukum alam hampir dipastikan segaris dengan pandangan pemerintah. Industri macam semen, misalnya, selalu butuh tenaga sains dan restu pemerintah untuk legitimasi operasi industrinya. Ketakpercayaan kepada pemerintah dan sains itu akhir-akhir ini bekerja.

Saya melihat posisi Kanda Eggi ada dalam skema saling gebuk antara intuisi skeptisisme dan rasionalitas sains status quo.

Sebagai penegak keyakinan naif, Kanda Eggi mesti maju berjihad mempertahankan kemenangan. Ia tak seperti Sheldon J. Plankton yang memburu habis-habisan resep rahasia yang dikepit rapat-rapat si pemodal pelit Mr. Krabs. Kanda Eggi melampaui ambisi Plankton yang melulu seputar persaingan dagang. Kanda Eggi ingin membuktikan bahwa dalam “resep rahasia” itu pasti ada palu dan aritnya: bahwa “saus rahasia” itu adalah vaksin penidur yang menjauhkan umat dari perjuangan panjang yang hingga saat ini ia anggap tak pernah menang, di angan-angan sekalipun.

Saracen dan Kanda Eggi pada akhirnya adalah keniscayaan sebuah era. Kanda Eggi adalah buah khuldi dari internet. Sebagaimana doktrin sains dan jurnalistik, skeptisisme adalah tangga awal demi memetik kebenaran. Kanda Eggi sudah melakukannya secara prohresip. Ia skeptis pada semua informasi yang diberikan media-media mainstream yang bertahun-tahun melakukan filter informasi.

Umat yang mulai pulih kepercayaannya kepada naluri/intuisi perlu saluran gelembung filter baru. Ratusan web, mulai dari PKSPiyungan, Dakwatuna, Saracen, hingga Posmetro, Seword, dan Beritateratas adalah konkretisasi gelembung-gelembung itu.

Tapi, mereka ini kan si laknat penyebar hoax? Allahuakbar! Kalau soal penyebaran hoax, negara dengan dukungan modal melimpah dan instrumen birokrasinya adalah penyebar hoax terbesar—situs web abal-abal kayak Saracennews dan sejenisnya itu tidak ada apa-apanya.

Karena ini dalam suasana konfrontasi informasi, Kanda Eggi tentu insaf bagaimana tiba-tiba semuanya menyalahkan si buah khuldi. Padahal masih ada tiga pihak lain di Abad Keraguan ini: si ular, si Adam, dan si Hawa.

Maka, untuk menjernihkan soal inilah Kanda Eggi langsung ke Mekkah. Kata musuh-musuhnya sih eksil. Tapi, kata pengacara Kanda Eggi: haji, sekaligus menjernihkan posisi khuldi dan ular versus dengan Adam Andika Surachman dan Hawa Anniesa Hasibuan di Jabal Rahmah yang dimuliakan itu.

Terakhir diperbarui pada 30 Agustus 2017 oleh

Tags: beritateratasdakwatunaEggi SudjanaJoko WidodopkspiyunganposmetroSaracensaracennewsseword
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Paspampres menjaga rumah Jokowi di Solo. MOJOK.CO
Ragam

Jalan Hidup Paspampres yang Mengawal Mantan Presiden Sepanjang Hayat

25 Februari 2025
Keluarga Berkuasa: Betapa Ngerinya Jokowi Menyemai Dinasti Politik di Tingkat Daerah. MOJOK.CO
Ragam

Keluarga Berkuasa: Betapa Ngerinya Warisan Dinasti Politik Jokowi di Tingkat Daerah

26 November 2024
Nama Mulyono Terlalu Baik buat Joko Widodo (Jokowi) yang Merusak Tatanan Negara MOJOK.CO
Ragam

Jokowi Nggak Pantas Dipanggil Mulyono karena Terlalu Baik dan Sopan, Ada Panggilan yang Lebih Cocok tapi Bukan Firaun

27 Agustus 2024
Mitos Politik Dinasti Jokowi Si Raja Jawa MOJOK.CO
Esai

Mitos Politik Dinasti Jokowi Si Raja Jawa

22 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.