Menjadi Pemilik Kos dengan Segala Kesialannya yang Menyebalkan Mojok.co
artikel

Menjadi Pemilik Kos dengan Segala Kesialannya yang Menyebalkan

Adaaa aja kelakuan bocah yang nyewa kamar kos, wqwq~

Pengalaman anak rantau yang ngekos di tempat menyebalkan memang menarik, namun ini tidak hanya berupa cerita satu arah dari sisi anak kosnya. Ibu saya mengelola kos khusus pria. Selama menjalankan bisnisnya, beliau kerap mendapatkan kesialan-kesialan tak terduga. Kesialan yang beberapa di antaranya bisa menjadi pelajaran dan renungan asyik untuk kita semua. Tidak untuk dicontoh, tentu saja. Wahai para anak kos budiman di mana pun kalian berada.

#1 Penipuan berkedok sewa kamar

Penipuan model ini biasanya menyasar pemilik kos newbie yang masih terburu-buru dalam menerima penyewa. Modalnya hanya nomor telepon pemilik kos yang didapatkan secara cuma-cuma di web tempat mengiklankan properti. Melalui sambungan telepon, penipu akan berkata bahwa ia sudah mantap ingin menyewa kamar. Ditambah dengan pujian hiperbola seperti harga sudah sesuai, lokasi cocok, atau warna tembok sesuai dengan fengsui. 

Hal yang tentu saja cukup ganjil. Mengingat ia belum melihat kondisi dan lokasi kamarnya secara langsung.

Kalau sudah begini, penipu akan berpura-pura sudah transfer sejumlah uang pada pemilik kos. Ketika pemilik kos mengecek rekening dan tidak menemukan transaksi masuk, di sinilah penipu bekerja. Penipu akan menggocek korbannya untuk pergi ke ATM. Dengan tipu muslihtanya, ia melakukan perintah jarak jauh yang membuat rekening korban berkurang.  Ala-ala modus penipuan ATM pada umumnya, lah. 

Akan tetapi, penipuan seperti ini tidak berjalan lancar di keluarga saya. Ibu saya ndilalah lupa dengan saldo di rekeningnya sendiri. Jadi, ketika si penipu bilang apakah uangnya sudah masuk, ibu saya malah menjawab sudah. Penipunya jadi bingung sendiri, deh, lantas memutuskan tidak jadi melanjutkan aksinya. Jangan-jangan, malah ia yang takut ditipu ibu saya.

Oleh karena itu, calon-calon penyewa kos melalui telepon seperti ini harus kita curigai. Kalau perlu, kita tanya dulu bibit, bobot, dan bebetnya. 

#2 Ngakunya saudara, ternyata bukan

Bagi pemilik kos yang tidak membatasi jumlah penyewa dalam satu kamar, penipuan seperti ini marak terjadi. Kos milik ibu saya pernah dihuni oleh pria dan wanita yang mengaku kakak-beradik. Data diri berupa fotokopi KTP yang diserahkan juga menunjukkan alamat rumah yang sama. 

Entah karena kesialan mereka atau keberuntungan saya, suatu hari saya iseng mencari data diri mereka di sosial media. Berbekal dari nama yang saya tahu dari fotokopi KTP, saya menemukan akun Instagram mereka. 

Alangkah terkejutnya saya ketika melihat bentuk kemesraan yang mereka umbar di platform tersebut. Kemesraan yang terlalu ganjil jika mereka benar kakak-beradik. Sebelum dihakimi ibu saya sebab melapor tanpa bukti, saya telaah lebih lanjut akun mereka. Setelah menelusuri puluhan story, caption, dan foto di feed, saya berani mengambil kesimpulan paling menegangkan dalam hidup saya: Pasangan kampret ini telah menipu kami.

Akhirnya, kedamaian berhasil kembali melingkupi kosan ibu saya setelah pasangan itu dikeluarkan secara tidak hormat. Pesan moralnya: Kemampuan stalking sebagai perempuan rupanya berguna untuk menyingkap tabir maksiat. Mengumbar kemesraan di media sosial memang perlu dipikirkan baik-baik, terutama bila punya ibu kos yang anaknya semidetektif.

#3 Pergi tanpa pamit

Jangan sangka hanya gebetanmu yang bisa pergi tanpa pamit. Anak kos juga sama. Anak kos tukang ghosting biasanya dijumpai di akhir bulan. Tepat ketika seharusnya ia sudah membayar tagihan kos bulan ini sekaligus bersiap membayar kos bulan depan. Bagaikan ninja, mereka mengeluarkan semua perabotan dan barang pada malam hari. Keesokan harinya tidak tersisa apa pun di dalam kamar. Hanya kunci kos yang dibiarkan menggantung bersama iktikad tidak baik yang terpatri selamanya.

Setidaknya kalau mau kabur, sisihkanlah sedikit effort untuk menulis surat perpisahan. Walau tidak menjamin akan mendapat pengampunan dari ibu kos, setidaknya surat yang baik bisa ibu kos kirim ke Mojok. Diterbitkan dengan judul “Surat Permohonan Maaf untuk Ibu Kos Tersayang”, lalu honornya bisa digunakan untuk mengganti biaya kos, deh. Win-win solution.

#4 Tidak bisa dihubungi

Tipe manusia ini adalah yang paling tidak diinginkan dalam sejarah mengelola jasa penginapan. Barangnya masih ada di dalam kamar, tapi sosoknya tidak ada. Begitu pula dengan kontak dan uang sewa bulanannya. Raib semua. Sudah dihubungi berapa kali pun, tetap tidak ada jawaban. Bisa dibilang, model ini adalah penyewa gaib.

Berbeda dengan manusia ninja yang kabur, setidaknya mereka membawa barang-barangnya pergi sehingga bekas kamar mereka bisa dihuni orang lain. Nah, kalau penyewa gaib masih meninggalkan jejak hidup mereka, penghuni kos baru yang ingin menyewa tidak dapat masuk.

Saya pernah menyarankan pada ibu saya untuk membuang barang-barang penyewa gaib ini. Pada dasarnya, Ibu adalah seorang ibu: Beliau tidak tega. Jika memang tidak ada kejelasan dari penyewa gaib, saya akan menyadur gaya manusia ninja. Diam-diam, saat malam tiba akan saya keluarkan semua barangnya, kemudian saya jual. 

Pengelola ala ninja 1:0 Penyewa gaib

Itulah sekian kesialan yang pernah ibu saya alami sebagai pengelola kos-kosan. Sebagai anak kos, tentu kita ingin mendapat pengalaman ngekos yang baik dan tidak rese. Hal yang harus kita ingat adalah memanusiakan pemilik kosnya. Selayaknya orang tua, pemilik kos memang kadang bisa kepo, cerewet, dan menyebalkan, namun hal-hal itu yang menjadikan orang tua sebagai orang tua, bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *