Kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogja tak cukup modal pintar. Nyatanya, calon mahasiswa baru ini batal kuliah S1 karena “kondisi”. Namanya juga hidup, ada saja dramanya. Alhasil, ia lebih memilih mencari kerja dan kuliah di Universitas Terbuka (UT) Malang.
Batal kuliah di UGM
Segala-galanya ambyar bagi Salma Dwi usai ayahnya berpulang, tak lama setelah ia mendapatkan pengumuman lolos menjadi mahasiswa baru S1 di UGM, Jogja. Sementara, ibunya sudah lama tiada, jauh sebelum ayahnya meninggal.
Satu minggu setelah pengumuman kampus tersebut, Salma yang asal Malang terlalu sibuk mengurus pemakaman ayahnya. Tak sempat mengurus berkas-berkas untuk kuliah. Jiwanya terguncang. Perasaannya tak karuan.
Ia pun urung pergi merantau dari Malang, alias batal kuliah di UGM, Jogja. Selain karena sedang berkabung, Salma juga tak tahu harus membayar kuliahnya dengan apa. Selama ini, ayahnya adalah tumpuan keluarga. Yang menghidupi dia bersama empat saudara laki-lakinya.
“Kakakku masih kuliah di Bandung, baru semester tiga. Terus tiga adikku juga masih sekolah. Aku galau banget waktu itu soalnya kayak dilema mau ngejar cita-cita atau berjuang buat keluarga,” ujar Salma saat dihubungi Mojok, Senin (6/10/2025).
Jujur, berat bagi Salma untuk melepas mimpinya kuliah di Jurusan Hukum UGM walaupun pilihan pertamanya adalah Hubungan Internasional (HI). Bahkan saat itu, ia sudah melakukan daftar ulang. Namun, setelah nominal UKT-nya keluar, rasanya Salma ditampar oleh kenyataan.
Tak sanggup bayar UKT UGM
Dengar-dengar dari saudara jauhnya yang juga baru masuk kuliah, saudaranya itu mendapat UKT sebesar Rp5,7 juta padahal gaji tante dan om Salma saat itu cuma Rp600 ribu. Belum lagi saat mencoba daftar beasiswa KIP-Kuliah, saudaranya itu mengaku prosesnya nggak mudah.
“Aku akhirnya paham, keluargaku yang lain nggak bisa ngasih dukungan emosional dan finansial jangka panjang, jadi aku memutuskan batal kuliah S1 di UGM, Jogja. Aku juga belum sempat ikut kelasnya,” kata Salma.
Meski begitu, Salma turut bersyukur saudaranya itu tak batal kuliah. Ia merasa saudaranya masih beruntung. Tak seperti dirinya. Bahkan untuk membayar UKT-nya yang sebesar Rp1 juta saja, tidak ada orang yang bisa membantu.
Sebagai informasi, UKT di UGM terklasifikasi dari golongan 1 hingga 6 tahun 2022/2023. Untuk semua jurusan golongan 1 dipatok harga sebesar Rp500 ribu per semester. Lalu, golongan 2 sebesar Rp1 juta. Selanjutnya, harga semakin naik tergantung masing-masing jurusan.
Baca Halaman Selanjutnya
Bisa bekerja sambil kuliah di kampus terbaik
Berusaha hidup mandiri
Di tengah pondasi keluarganya masih yang pincang, Salma sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga dituntut untuk menggantikan peran pengasuhan bagi adik-adiknya.
Boro-boro mau merantau dan kuliah di UGM, Salma harus menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah tangga. Mulai dari memasak, mencuci, menyapu, hingga menata barang yang kerap ditaruh sembarangan.
Namun, kegiatan itu justru membuat Salma kewalahan. Ia pun akhirnya memilih ngekos sendiri, meski belum punya pekerjaan mapan. Beruntung, ia dapat kos murah di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berjarak sekitar 30 menit dari rumahnya. Jadi setiap seminggu sekali ia dapat menengok adik-adiknya.
“Aku udah nggak kuat dengan budaya patriarki seperti ini. Aku juga ingin mandiri dan memberikan waktu untuk diriku sendiri. Kini, aku merasa lebih bebas dalam artian nggak terbebani dengan pekerjaan domestik rumah tangga,” tutur Salma.
Alhasil, alih-alih berangkat kuliah di UGM, Jogja, Salma memutuskan lanjut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri setelah lulus SMA. Namun rupanya perjalanan itu tidaklah mudah, karena ternyata sulit mencari kerja hanya dengan modal ijazah SMA.
UT Malang, T-nya terbaik
Sudah lebih dari 300 kali Salma mengirim CV-nya, tapi tak ada perusahaan yang mau menerimanya. Kalau gagal di tahap seleksi berkas, ya gagal saat proses wawancara. Pernah suatu kali Salma lolos tahap offering sebagai media sosial spesialis, tapi menurut dia beban kerja dan gajinya tak sepadan. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.
Dari pengalamannya tersebut, Salma akhirnya sadar kalau sepertinya dia perlu meningkatkan kemampuannya dengan kuliah. Namun, pilihannya tidak jadi di UGM. Selain karena belum ada biaya untuk merantau, ia merasa tidak bisa nyambi kuliah sambil kerja.
“Aku akhirnya pilih Universitas Terbuka (UT) Malang dengan biaya pribadi, karena kuliahnya bisa fleksibel. Selain itu, cepat banget jamnya sehingga dari segi keilmuan nggak bisa semaksimal di UGM. Cuma enaknya ya itu tadi, bisa kuliah sambil kerja,” tutur Salma.
Lebih-lebih, alasan Salma kuliah saat ini lebih matang untuk menunjang tangga kariernya di bidang Ilmu Komunikasi, yakni media sosial speasialis dan content creator. Dari hasil kerja WFA-nya tersebut, Salma bisa mendapat upah sebesar Rp2 juta per bulan. Kadang-kadang, ia juga mencari kerja sampingan untuk membayar UKT di UT Malang.
“Biaya kuliahku per semesternya beda-beda tergantung SKS yang diambil sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta,” ujar Salma.
Salma berharap setelah lulus kuliah di UT Malang nanti, ia punya jenjang karier yang lebih baik. Atau setidak-tidaknya, bisa menyerap banyak ilmu di bangku perkuliahan S1 Ilmu Komunikasi.
“Aku ingin tetap bisa kerja di dunia sosial media, tapi dengan jenjang karier dan gaji yang lebih baik. Serta, ingin punya lingkungan kerja yang bisa bikin potensiku berkembang,” ujar Salma.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Sulitnya Tempuh Kuliah di UGM Berujung Gagal Angkat Toga, Malah Jadi Aib dan Bikin Malu Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
