Tono, Penjaga Perumahan yang Keliling Tiap Malam Beri Makan Kucing Pasar di Kota Semarang

Sisihkan gaji untuk rawat kucing jalanan.

Tono dan kucing jalanan. (Anin Kartika/Mojok.co)

Tri Martono tiap malam berkeliling ke pasar tradisional di Kota Semarang untuk merawat kucing jalanan. Aksi yang dimulainya sejak 5 tahun yang lalu kini melahirkan komunitas yang fokus merawat kucing-kucing tak bertuan.

***

Aroma lembap dari tumpukan sayur yang mulai membusuk menusuk hidung. Sorot remang cahaya lampu tak mampu menembus gelapnya malam. Deretan lapak pedagang yang tak berpenghuni menyisakan ceceran buah dan sayur yang mulai layu.

Malam (16/2/2022) pukul 22.00, saya mengikuti seorang laki-laki berbadan gempal berpakaian serba hitam masuk ke dalam pasar tradisional di sekitar Banyumanik, Semarang atas. Sesekali pria itu menyorotkan lampu senter yang ia bawa ke kolong dan lorong di sudut pasar. Di tangan kirinya terdapat bungkusan plastik berwarna biru. Dengan cekatan ia membuka bungkusan plastik yang ia bawa. Puluhan butir snack berbentuk ikan ia kucurkan di atas kertas.

Aroma amis seketika menyeruak menusuk hidung. Tak berapa lama, tiga kucing menghampiri dan melahap makanan kucing yang ia taruh di lantai pasar. Sesekali, laki-laki tersebut mengangkat salah satu kucing dan melihat kondisi tubuh kucing tersebut. Mulai dari mata hingga telinga.

Lelaki tersebut lantas membuka tas yang ia gendong di punggungnya dan mengambil botol obat tetes mata. Ia meneteskan obat ke mata salah satu kucing pasar yang ia temui dengan seksama. Sebelum meneteskan obat tersebut, ia terlebih dahulu membersihkan mata kucing dengan cara dilap menggunakan tisu.

tono saat merawat kucing pasar mojok.co
Tono saat merawat kucing pasar. (Dok. Pribadi Tono)

Kucing tak bertuan

Saya sangat penasaran dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki tersebut, lantaran memperlakukan seekor kucing seperti anak kecil dan mengobatinya. “hampir setiap malam saya datang di pasar-pasar untuk memberi makan kucing liar,” kata laki-laki tersebut kepada saya.

Ia adalah Tri Martono (30), salah satu relawan peduli kucing liar di Kota Semarang. Tono sapaan akrabnya mengatakan bahwa saban malam ia selalu berkeliling dari pasar ke pasar tradisional yang berada di Kota Semarang untuk memberi makan kucing-kucing tak bertuan atau street feeding.

Tak hanya di pasar sebetulnya, terminal hingga tempat pembuangan sampah (TPS) juga ia sambangi untuk memberi makan puluhan kucing tak bertuan. Aktifitas street feeding yang dilakukan oleh Tono telah dilakukan sejak 2017 lalu. “Sudah hampir lima tahun saya kasih makan kucing-kucing liar,” ucapnya.

Aktivitas street feeding yang dilakukan Tono di Pasar Tradisional Kota Semarang. (Anin Kartika/Mojok.co)

Tono menceritakan kepada saya awal mula memulai aktivitas street feeding. Kala itu, dirinya kerap pulang hingga larut malam usai bekerja dan nongkrong bersama teman-temannya. Awalnya ia hanya memberikan sisa makanan yang ia makan pada kucing-kucing liar. Namun, dari aktivitas kecil itulah dorongan untuk memberikan makanan terhadap kucing liar semakin besar.

Ketika ia melintas di depan pasar yang tak jauh dari rumahnya, ia kerap menemui puluhan kucing mengais makanan di tempat sampah. Melihat hal ini, dirinya semakin terpacu untuk  memberi makan dengan kucing-kucing liar.

Mulanya, ia hanya membawa satu bungkus pakan kucing tiap malam. Namun, terus bertambah hingga lima bungkus atau setara dengan 5 kg pakan kucing setiap malamnya. Makan kucing ini ia bagikan di pasar-pasar tradisional.

“Saya itukan sering pulang malam, kebetulan dekat rumah ada pasar dan banyak kucing di sana. Saya bawa satu bungkus makanan kucing itu sekitar satu kilo, selalu habis waktu saya kasih makan itu kucing-kucing. Kok rasanya saya seneng banget kalo liat mereka sudah makan,” jelasnya.

Menyisihkan gaji

Tono mengaku, untuk membeli pakan kucing, ia selalu menyisihkan sebagian gajinya. Gajinya sebesar Rp2 juta dari pekerjaannya sebagai penjaga komplek di salah satu perumahan Kota Semarang. Dalam sepekan, Ia mampu merogoh kocek hingga Rp200 ribu untuk membeli pakan kucing. Meski dalam keterbatasan dana, Tono memiliki cara agar bisa selalu memberi makan pada kucing liar.

Salah satu dengan cara meminta tolong kepada teman-temannya yang bekerja di rumah makan. Ia meminta temannya untuk selalu mengumpulkan makanan sisa dari pelanggan yang nantinya ia ambil dan berikan kepada kucing-kucing liar.

“Gaji saya kalau dibilang sedikit ya memang sedikit, tapi karena saya sudah niat mau berbagi selalu ada rejeki dan cukup buat hidup sehari-hari. Kebetulan teman-teman itu ada yang kerja di rumah makan, nah saya minta ke mereka untuk tidak membuang makanan sisa. Lalu saya ambil malamnya dan saya bagian ke kucing di pasar atau terminal,” tutur Tono.

Tono dan kucing-kucing di pasar. (Dok. Pribadi Tono)

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa kucing yang ia temui di pasar, terminal maupun tempat pembuangan sampah tak selalu dalam kondisi sehat. Menurut Tono, banyak kucing yang dalam keadaan sakit parah seperti kulit berjamur hingga menimbulkan koreng atau luka. Lalu, mata penuh kotoran hingga menjadi kerak. Bahkan kucing dengan kondisi luka parah, hampir membusuk di bagian tubuh tertentu akibat di tabrak oleh pengendara motor.

Dari kondisi kucing yang memprihatikan tersebut, acap kali membuat Tono harus membawa kucing-kucing itu pulang ke rumahnya, untuk dirawat sementara waktu hingga kondisi kucing membaik. “Selain memberi makan kadang juga kasih vitamin kucing seperti obat cacing, obat jamur sampai kadang saya bawa pulang kalau yang kondisinya parah untuk dirawat. Kalau udah mendingan mereka saya lepas lagi di pasar,” ungkapnya.

Komunitas Catmeong

Niat ikhlas dan ketekunan Tono untuk berbagi dengan kucing-kucing liar mulai menggelitik teman-temannya. Seiring berjalannya waktu, kegiatan street feeding yang dulu ia lakukan sendirian, mulai diikuti oleh teman-temannya sejak dua tahun yang lalu.

Bersama dengan delapan orang lainnya, Tono membuat komunitas yang bernama Catmeong. Setiap malam, Tono bersama delapan orang lainnya memulai street feeding dari pukul sepuluh malam hingga pukul tiga pagi. Mereka menyebar jadi tiga hingga empat kelompok, kemudian menyebar ke sejumlah pasar tradisional yang berada Kota Semarang.

“Kalau sekarang saya sudah tidak sendirian, sama beberapa teman bagi tugas tiap malam keliling pasar untuk memberi makan kucing,”kata Tono

Kegiatan street feeding yang dilakukan oleh Tono, juga kerap dibagikan di media sosial seperti Facebook, Instagram hingga YouTube oleh teman-temannya sejak tahun 2020 lalu. Dari media sosial YouTube yang ia kelola bersama teman-temannya. Tono kerap memberikan edukasi kepada masyarakat agar tak membuang kucing-kucing ke pasar atau tempat pembuangan sampah (TPS).

Menurutnya, membuang kucing di pasar tak menjamin tersedianya kebutuhan makan untuk kucing-kucing tersebut. Ditambah dengan masih adanya warga yang kerap menyiksa hewan lantaran antipati dan dianggap mengganggu. “Karena sekarang ada tim, teman-teman itu suka bikin video dan dibagikan di YouTube, sekalian saya di situ edukasi agar orang-orang jangan buang kucing di pasar,” tutur Tono.

Lebih lanjut Tono menuturkan, akun Youtube dengan nama “cat meong” yang ia kelola bersama teman-temannya saat ini telah memiliki 8,21 ribu subscriber. Perlahan namun pasti, akun YouTube Cat Meong mampu menghasilkan pendapatan senilai Rp2 juta hingga Rp3 juta setiap tiga bulan sekali.

“Dulu waktu dapat pemberitahuan kalau YouTube Cat Meong bisa diuangkan sempat kaget juga, padahal itu iseng aja, share kegiatan tiap malam kami waktu kasih makan kucing liar,” kata Tono. Ia menyebut, dengan adanya penghasilan tambahan dari akun YouTube, saat ini ada 50 kucing lebih yang ia rawat untuk proses pemulihan di rumahnya.

Kucing-kucing yang sedang dirawat oleh Tono di rumahnya. (Anin Kartika/Mojok.co)

Puluhan kucing tersebut, biasanya merupakan kucing yang sakit parah hingga anak kucing tanpa induk. Dirinya juga mengupayakan untuk mencarikan adopter bagi kucing-kucing liar tersebut dengan cara menawarkan di sosial media. “Kadang juga saya bagikan ke grup secara gratis agar ada yang mau merawat kucing yang dirawat sementara di rumah saya,” ucap Tono.

Kepuasan batin lantaran mampu memberikan makan dan merawat kucing tak bertuan membuat Tono terus melakukan street feeding hingga saat ini. Bagi Tono, kucing-kucing liar yang kerap ia temui baik di pasar, terminal hingga tempat pembuangan sampah berhak mendapatkan hidup layak dan mendapatkan kasih sayang tanpa harus dibuang atau disakiti.

Selanjutnya ia berharap pemerintah bisa memberikan shelter untuk hewan seperti kucing dan anjing yang acap kali disingkirkan. “Kucing itukan identik sama hewan peliharaan ya, kalau yang beruntung ya ada yang merawat. Sekarang kan banyak pecinta kucing tapi kadang tidak peduli sama kucing liar yang dijalanan,”pungkas Tono.

Reporter: Aninda Putri Kartika
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Kios Buku Pak Min dan Senjakala Bisnis Buku Bekas dan liputan menarik lainnya di Susul.

 

Exit mobile version