Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal

Soto Gratis dari Cak Eko di Akhir Bulan

Nikma Al Kafi oleh Nikma Al Kafi
14 September 2021
dalam Liputan
A A
Beranda Liputan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sudah dua tahun ini, setiap akhir bulan Cak Eko memberikan soto gratis untuk konsumennya. Ada alasan tersendiri yang membuatnya rela memberikan cuma-cuma semangkok soto pada siapapun yang datang ke warungnya tepat di tanggal akhir bulan. 

***

Pernah sepi pembeli

Soto Lamongan Cak Eko sudah jadi langganan saya selama ini. Butuh 15 menit untuk sampai di warungnya yang terletak nyaris di pinggir jalan. Lokasi persisnya di Jalan Melon, Mundusaren, Depok, Sleman. Letaknya agar tertutup 3 pohon yang berdaun rimbun. 

Saya memesan dua mangkuk soto berukuran sedang. Satu untuk saya dan satunya lagi untuk pacar. Tak lama kemudian soto hadir di hadapan saya. Dua sendok sambal dan satu sendok bubuk koya saya tuangkan untuk melengkapi kelezatan soto itu, segera saya menyeruput kuah soto yang kental dan berwarna kekuningan. 

Sesudah melahap soto tanpa tersisa sedikit pun, saya melangkah ke arah kasir untuk membayar sekaligus menyampaikan niat untuk melakukan wawancara. Saya mengobrol dengan istri Cak Eko, kemudian saya diminta menunggu suaminya karena tengah pergi. Beberapa menit kemudian Cak Eko datang.

Cak Eko (37) menyapa dengan senyum ramah. Saya pun mulai berbincang dengannya. Saya bertanya pada beliau tentang berdirinya usaha warung soto miliknya. “Berdiri sejak tahun 2011, Mas” kata Cak Eko.

Baca Juga:

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan Mojok.co

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan

1 November 2025
Kuliner Semarang.MOJOK.CO

10 Tahun Merantau Bikin Sadar Kalau Kuliner Semarang Super Enak, Sedangkan Jogja Overrated

24 Oktober 2025

Cak Eko pertama kali membuka warung soto pada tahun 2011. Saat itu ia memulai usahnya dengan konsep kaki lima. “Alhamdulillah sekarang sudah banyak pelanggan, dulu di tahun pertama sepinya minta ampun, Mas” ucap Cak Eko mengenang kondisi berdagang sepuluh tahun yang lalu.

Di tahun pertama berjualan Cak Eko hanya berdagang bersama istrinya. Ia sempat berada di titik tak yakin bahwa usahanya akan berjalan mulus. Bahkan sekali waktu ia pernah dibangunkan seorang pengunjung yang hendak membeli sotonya. “Saking sepinya saya ketiduran, Mas,” jelas Cak Eko.

Kendati demikian, warung sepi pembeli, Cak Eko terus bertahan. Mau bagaimanapun untuk menyambung hidup ia kudu bisa menjalankan usahanya sebagai napas kehidupan keluarganya. Hingga di tahun ke dua ia mulai menuai buah kesabaran dan usaha kerasnya mempertahankan usaha. Pelanggan mulai bertambah.

Cak Eko (tengah) bersama anak dan dua pegawainya. Foto: Nikma Al Kafi/Mojok.co

Tahun 2016 masalah besar menghampiri dirinya, saat warungnya sudah mulai dikenal secara luas. Tiba-tiba tanah yang ia jadikan tempat memupuk pundi rezeki akan dibangun apartemen dan ruko. Raut wajah Cak Eko berubah sedih saat mengenang kejadian itu. Ia digusur atau diminta meninggalkan lokasi itu. Ia pun tak bisa melakukan apa-apa, tanah itu bukan tanah sewa.

“Tanah yang saya pakai dulu tanah kas desa, Mas. Saya cuman nembung ke dukuh dan diberi izin. Namun setelah ada perintah dari yang punya hajat pembangunan untuk meninggalkan lokasi, saya pun kukut dari tempat itu” terang Cak Eko.

Untung saja, setelah kebingungan Cak Eko untuk mencari lokasi baru. Ia menemukan lokasi yang tak jauh dari tempat berdagangnya yang dulu. Kurang lebih 200 meter jaraknya. Tanah baru yang digunakan berdagang itu lebih luas, dan bertahan sampai kini. 

Cak Eko banyak mengenang kejadian-kejadian yang ia rasa membantu dirinya mencapai titik menggembirakan. Yang menjadi ciri khas dari soto Lamongan adalah adanya tambahan sajian koya di dalam semangkuk soto. Saat itu koya yang disajikan untuk pelanggan diatur oleh Cak Eko sendiri, karena ia menyediakan stok koya dengan terbatas karena boros.

“Sekali waktu saya mendapat masukan dari pelanggan untuk menyediakan koya di atas meja makan, jadi pembeli bisa mengatur koyanya sendiri,” kenang Cak Eko.

Iklan

Menurut Cak Eko masukan dari pelanggan itu sangat membantunya. Dulu acap kali pelanggan banyak yang tak jadi beli karena kehabisan koya. Namun, berkat masukan dan keberanian Cak Eko menyediakan koya di atas meja, menjadikan pelayanan terhadap pelanggan menjadi memiliki nilai tambah. Ia pun tak takut kehilangan pembeli karena kehabisan koya.

“Awalnya takut boros, Mas, tapi ini menjadi semacam ciri khas di tempat saya. Karena belum banyak soto Lamongan yang menyajikan koya di atas meja makan,” terang Cak Eko

Alasan ada soto gratis di akhir bulan

“Sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan rasa terima kasih pada pelanggan, Mas” ucap Cak Eko setelah saya tanya alasan memberikan soto gratis di akhir bulan.

Cak Eko berkisah, memberikan soto gratis di setiap akhir bulan ini baru diadakan 2 tahun. Yang pertama adalah sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat dari Tuhan. Selain itu, ia terkenang dengan pelanggan-pelanggan, tanpa kepercayaan mereka—pelanggan, atas usaha menikmati resep soto Cak Eko, beliau tak akan bisa merasakan pencapaian saat ini.

Tak sedikit pelanggan dari soto Cak Eko adalah mahasiswa. Beliau menyadari, banyak mahasiswa di Yogya merupakan mahasiswa rantau. Sehingga ia sedikit mengerti, biasanya di akhir bulan ada mahasiswa yang mengalami kehabisan uang saku, bahkan sampai bingung mau membeli makan. Paling tidak dengan adanya soto gratis ini bisa dimanfaatkan bagi mereka yang sedang kehabisan uang saku di akhir bulan.

Soto Lamongan Cak Eko
Soto Lamongan Cak Eko. Foto: Nikma Al Kafi/Mojok.co

Pernah sekali waktu, usaha Cak Eko mengadakan soto gratis dianggap  sebagai langkah strategi marketing. Ia tak mempermasalahkan hal itu. “Yang jelas niat saya untuk kebaikan, Mas,” ucap Cak Eko dengan lugas. Soto gratis di Soto Lamongan ‘Cak Eko’ terlaksana di tanggal akhir bulan. 

“Tanggal terakhir dalam kalender, Mas,” ucap Cak Eko. Pengadaan soto gratis itu berlangsung dari bukanya warung soto pada pukul 6 sampai dengan pukul 9 pagi. Di bulan lalu, Agustus, untuk soto gratis Cak Eko menghabiskan 12 ekor ayam. Jumlah itu melebihi jumlah biasanya yang hanya 7-8 ekor. 

“Mbludak berarti, Pak” tanya saya

“Iya, Mas, Sampe kepontang–panting. Tapi saya senang,” jawab Cak Eko

“Apa tidak rugi, Pak,” tanya saya lagi

Cak Eko menjelaskan, kalau dihitung di hari itu pasti rugi, karena tidak mungkin bisa belanja untuk hari selanjutnya. Akan tetapi segala perhitungan sudah diatur Cak Eko, semua sudah ia perkirakan dengan matang.

“Segala laku baik akan mendapat kebaikan pula kan, Mas. Yang penting berkah,” pungkas Cak Eko

Cak Eko juga bercerita, ketika sedang dalam nuansa soto gratis banyak pembeli yang belum tahu terkejut ketika hendak membayar, porsi sotonya tak dihitung. Mereka sempat merasa tak percaya kalau di hari itu makan soto sedang gratis. 

Selain koya yang tersedia di meja makan dan bisa mengatur sendiri, taburan tauge, irisan daun bawang begitu menggiurkan, ditambah suwiran daging ayam dan potongan telur membuat saya menelan ludah terlebih dahulu sebelum menyantap. 

Harganya pun sangat terjangkau, ada dua pilihan ukuran mangkuk soto. Besar seharga Rp9 ribu dan sedang Rp8 ribu. Oh iya, sotonya memang gratis, tapi menu pelengkap seperti sate usus, sate ati, sate telur puyuh, tempe goreng, dan bakwan tetap bayar.

BACA JUGA Satu Kata yang Jadi Penanda Warung Soto Enak di Yogya dan liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.

Tags: Kuliner JogjaSotosoto cak ekosoto lamongansusul
Nikma Al Kafi

Nikma Al Kafi

Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan.

Artikel Terkait

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan Mojok.co
Pojokan

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan

1 November 2025
Kuliner Semarang.MOJOK.CO
Kuliner

10 Tahun Merantau Bikin Sadar Kalau Kuliner Semarang Super Enak, Sedangkan Jogja Overrated

24 Oktober 2025
Roti kembang waru, kuliner tradisional Kotagede yang bisa jadi pilihan oleh-oleh khas dari Kota Jogja MOJOK.CO
Kilas

Oleh-oleh Khas Jogja Tak Cuma Bakpia, Ada Roti Tradisional Legend Sejak Zaman Mataram Islam

21 Oktober 2025
Kenorakan-kenorakan orang yang pertama kali ke Jogja dan bikin risih (Dari angkringan, Tugu Jogja, hingga Jalan Malioboro) MOJOK.CO
Ragam

Kenorakan-kenorakan Orang yang Pertama Kali ke Jogja, Niat Kelihatan Kalcer tapi “Nggak Mashok!”

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.