Dulu, ada seorang teman yang mengingatkan Rizky Aflaha agar bermimpi realistis. Temannya itu meremehkan Rizky yang ingin kuliah di kampus ternama seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogja. Karena di SMA Rizky dulu yang berada di Tangerang, belum ada siswanya yang bisa menembus UGM. Kini, ia pun bisa membuktikan diri sebagai lulusan S3 termuda di UGM.
“Di SMA-ku dulu yang ada di Tangerang belum ada sejarahnya yang bisa masuk UGM, Jogja. Aku jadi yang pertama,” ucap Rizky saat dihubungi Mojok, Selasa (4/11/2025).
Selain memikul harapan yang berat, Rizky harus membuktikan bahwa ia mampu. Pada tes jalur SNMPTN atau prestasi, Rizky sempat gagal tapi tak berhenti dan mencoba kembali masuk UGM lewat jalur SBMPTN atau tes. Dari sanalah Rizky lolos sebagai mahasiswa Jurusan Fisika UGM, Jogja.
Pada Oktober 2025 lalu, Rizky berhasil membuktikannya. Tak tanggung-tanggung, ia berhasil menjadi doktor Fisika termuda dari UGM di usia 25 tahun dengan IPK sempurna. Padahal, rata-rata usia lulusan Program Doktor adalah 41 tahun.
Minder karena masih muda
Rizky mengaku sempat merasa dipandang sebelah mata pada awalnya. Ia jadi pribadi yang tidak percaya diri di antara teman-teman lulusan S3-nya yang usianya terpaut jauh dari dirinya.
Namun, ia buru-buru menepis pikiran tersebut. Toh, ia paham betul dengan lingkungan kampusnya, UGM, Jogja. Terutama dosen-dosennya yakni Kuwat Triyana, Roto, serta Aditya Rianjanu selaku promotor yang tak pernah lelah membimbingnya di UGM.

“Beliau memberi arahan dari mulai hal-hal kecil, mulai dari membuat roadmap riset, desain riset, menulis jurnal internasional, sampai hal-hal seperti penyajian gambar yang bagus di jurnal,” tuturnya.
Bisa dibilang, Rizky juga sudah familiar dengan UGM sehingga tak sulit untuk beradaptasi. Pada 2017, ia masuk UGM sebagai mahasiswa program studi Fisika. Kemudian, lulus sarjana di tahun 2020. Dengan kata lain, ia mampu menyelesaikan studinya lebih cepat dari batas waktu ideal.
Bisa lulus cepat karena program khusus dari UGM
Karena mampu menyelesaikan studi dengan cepat, kepercayaan dirinya pun tumbuh. Ia berani mendaftar program beasiswa jalur cepat Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Salah satu program di UGM yang mengedepankan strategi dan pemanfaatan peluang beasiswa.
“Setelah menyelesaikan kuliah S1 pada semester 7, saya daftar program tersebut sehingga saya bisa menyelesaikan program magister hanya satu tahun dan doktor tiga tahun. Maka dari itu, saya dapat gelar lebih muda dibanding yang lain,” ungkapnya.
Baca Halaman Selanjutnya
Lulus kuliah S3 dengan banyak prestasi
Tak cukup menyelesaikan disertasi dengan cepat, ia juga mendapat IPK 4,00. Selain itu, Rizky juga berhasil membuat 40 publikasi internasional. Padahal, minimal syarat wajib publikasi jurnal untuk doktoral hanyalah 2.
“Sebelum wisuda, aku berhasil publikasi 32 jurnal internasional yang 27 di antaranya terklasifikasi kuartil 1 dan 2 (dalam artian bagus). Sampai akhirnya, perlahan-lahan aku mulai menunjukkan diri bahwa aku bisa. Dan alhamdulillah terhitung dari mulai studi doktor sampai hari ini sudah melahirkan 40 publikasi internasional,” tuturnya.
Lebih dikenal sebagai atlet daripada pemuda “kutu buku”
Sejak kecil Rizky memang suka belajar dan selalu masuk peringkat 1 di SMA Tangerang. Di sisi lain, ia juga sering melatih fisiknya. Rizky bilang sudah ikut club bulu tangkis sejak SD. Hingga kini, kegiatan itu terus ia lakukan sampai-sampai tema-temannya di UGM sering mengira ia sebagai atlet.
Oleh karena itu, ia jarang melakukan aktivitas yang menurutnya tidak penting. Ia harus mengatur manajemen waktu dengan baik, kalau ingin lulus kuliah lebih cepat serta tetap seimbang menjaga kesehatannya.
“Aku tidak bermain game online dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain sosial media, sehingga aku mengalihkannya ke berbagai kegiatan, misalnya bulu tangkis, organisasi, dan naik gunung,” ucapnya.
“Bahkan, sepertinya orang-orang di Jogja lebih mengenalku sebagai atlet bulu tangkis ketimbang mahasiswa doktor,” kelakarnya.
Selain mengatur waktu dengan baik, Rizky menekankan pentingnya modal untuk selalu menumbuhkan sikap optimis dan percaya diri. Apalagi, seorang mahasiswa dituntut untuk terus belajar dan melakukan riset.
“Kita hanya perlu percaya diri. Melalui percaya diri, kita akan banyak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas lebih jauh. Sebaliknya, seberbakat apapun kita, kalau tidak percaya diri, maka tidak akan kemana-kemana,” ucapnya.
Kini, usai berhasil mengambil gelar doktor, ujung tertinggi dari sekolah formal, Rizky percaya tugasnya belum berhenti sebagai manusia.
“Perjalanan pendidikan formalku mungkin telah berakhir, tapi aku akan tetap mengukir kisah-kisah luar biasa ke depannya. Aku akan berhenti melakukan hal-hal hebat, hanya jika aku berhenti bernapas,” ucapnya.
Dalam waktu dekat ini, ia sedang membangun start up soal hilirisasi produk riset. Dengan begitu masyarakat juga bisa merasakan manfaatnya.
“Jangka panjangnya, aku ingin jadi presiden. Aku rasa Indonesia perlu ngerasain pemimpin dalam kalangan eksakta, terakhir itu BJ Habibie kan. Mungkin aku bisa jadi salah satunya,” kata Rizky.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Rahasia di Balik Alumnus S2 Matematika UGM yang Bisa Lulus Hanya dalam Waktu 1 Tahun lewat Program “Studi Kilat” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.