Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

Ilustrasi - Dokter Budi Pranowo selamatkan mahasiswa Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sepanjang hidupnya menjadi dokter di Jogja, Budi Pranowo (72) selalu berusaha membantu orang di sekitarnya. Tak jarang ia harus berlari-larian di koridor rumah sakit demi membantu pasien ke ruang gawat darurat. Setelah 30 tahun mengabdi, Budi akhirnya pensiun.

Namun, di masa purna tugasnya itu, Budi tak pernah lupa dengan prinsip hidupnya. Baik jati dirinya sebagai dokter maupun sebagai manusia, yakni berbuat baik dan saling membantu sesama.

“Saya sekarang masih melayani pasien rawat jalan yang kebanyakan sudah lanjut usia di CitoKlinik Jogja,” ujar Budi saat mengunjungi kantor Mojok di Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada Senin (20/10/2025).

Selain merawat pasien, Budi juga sedang gencar-gencarnya mengedukasi masyarat soal masalah kesehatan. Di usianya yang sudah senja, Budi turut aktif membuat pembelajaran di YouTube, menyemangati anak-anak muda dalam berkarya, hingga membantu mahasiswa dan masyarakat di sekitarnya.

Tetap berbuat baik meski sudah pensiun

Setelah 5 tahun pensiun sebagai dokter, Budi merasa ada satu hal yang terus mengganjal dalam pikirannya yakni ingin memberdayakan masyarakat (empowering people). Dengan segala sumber daya yang ada, baik tenaga maupun ilmu yang ia punya, ia ingin mendorong gerakan tersebut.

People itu siapa? Siapa pun yang bisa saya dorong, yang mungkin membutuhkan bantuan. Bantuan itu bisa bimbingan atau bisa juga berdiskusi untuk menemukan jalan keluar,” kata Budi. 

Belum lama ini, tepatnya di bulan Ramadhan 2024 lalu, Budi menggelar acara buka bersama di Jogja, meskipun ia seorang Katolik. Pesertanya kebanyakan berasal dari mahasiswa, salah satunya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN).

Dokter Budi Pranowo selamatkan mahasiswa Jogja. MOJOK.CO
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Budi Pranowo di Jogja. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Tak hanya itu, kata Budi, acara yang diselenggarakan di Jogja itu juga dihadiri oleh mahasiswa non-muslim sebagai bentuk toleransi umat beragama. Di sana, mereka tak hanya makan-makan sambil menikmati musik hadrah, tapi juga menggelar bedah buku di Jogja.

“Judul bukunya Agama Masa Depan karya Komaruddin Hidayat yang dulunya rektor UIN Jakarta,” kata Budi.

Mess gratis untuk mahasiswa di Jogja

Budi sendiri seorang penggemar Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi asal Persia yang karyanya berpengaruh di dunia. Dari sosok tersebut, ia punya prinsip hidup bahwa manusia harus membantu sesama (people helping people).

“Saya rasa kewajiban saling tolong menolong ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah ya, kalau itu sudah banyak ceritanya. Ada BPJS, KIP, MBG, bansos, dan lain sebagainya. Nah, saya rasa itu tidak cukup, tapi bagaimana kita harus punya gerakan warga menolong warga,” jelas Budi.

Salah satu aksi yang sudah ia lakukan adalah membantu para mahasiswa di Jogja. Ia menyediakan beberapa kamar kosong di rumahnya untuk ditinggali mahasiswa yang sedang kesulitan di Jogja. 

Budi tak ingin menyebut kamar itu sebagai kos-kosan melainkan “mess”, karena beberapa mahasiswa juga magang sebagai petugas administrasi di klinik tempat Budi bekerja. Lebih dari itu, Budi juga tak memungut biaya sepeser pun atas jasanya.

“Dalam kurun waktu 5 tahun ini, kira-kira ada 7 mahasiswa yang saya tolong dan di antaranya sudah wisuda. Ada juga yang sudah bekerja di tempat lain,” kata Budi.

Budi Pranowo saat di kantor di Mojok, Senin (20/10/2025). (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Mahasiswa itu di antaranya dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hingga Universitas Sanata Dharma. Kebanyakan mereka bukan berasal dari Jogja dan sedang nyambi kuliah sambil kerja.

Kebaikan bisa berwujud apa pun

Bagi Budi, mahasiswa yang tinggal di messnya adalah keluarga. Ia tak hanya mengizinkan mereka “numpang” tinggal di rumahnya, tapi juga kerap mengajak mereka makan bersama dan berdiskusi. 

Bahkan dari cerita mahasiswa tersebut, Budi pun jadi tahu bahwa anak-anak muda sekarang punya kekhawatiran yang sama, utamanya tentang masa depan. Oleh karena itu, ia berharap kebaikan-kebaikan kecil dari dirinya bisa membantu mereka membangun mimpi ke depan.

“Pada pokoknya, saya hanya ingin membuka jalan bagi anak muda yang resah dan galau. Mungkin ini cara sederhana, bagaimana kita meringankan beban sesama manusia, tapi juga sebetulnya membantu pemerintah,” kata Budi.

Jasa Budi barangkali tidak dibalas secara materi seperti uang, tapi ia selalu percaya bahwa perbuatan baik akan mendatangkan berkah dalam segala macam bentuk dan cara. Contoh nyata ialah ketika ia ingin pergi sendirian ke Tiongkok untuk berlibur.

Salah satu mahasiswa di mess Budi, yang kini sudah berkarier di luar Jogja, tak segan untuk membantunya. Mahasiswa itu segera menghubungi temannya yang ada di Tiongkok untuk menjaga Budi, karena ia sendiri tak bisa menemani Budi sebab urusan pekerjaan.

“Seandainya gerakan-gerakan kecil seperti ini dilakukan oleh semua orang, saya kira akan banyak yang tertolong dan kita akan merasa lebih guyub dan kompak.” Kata Budi. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kedermawanan Penjual Kopi di Jogja, Menyalurkan Makanan Berlebih kepada Mahasiswa dan Orang-orang yang Membutuhkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Exit mobile version