Reezky Pradata (30) pernah mendapatkan penghasilan sebanyak Rp130 juta dalam sebulan dengan melakukan pekerjaan sampingan (side hustle) di Klaten. Angka ini puluhan kali lipat daripada gaji yang ia terima saat masih kerja di Jakarta.
Tentu jalan yang ia lalui tak semudah membalikan telapak tangan. Ada banyak hal yang harus dikorbankan. Termasuk merelakan pekerjaan tetap, dan beralih profesi sebagai penjual stok foto di sebuah platform online.
Jakarta bikin warganya tak produktif
Reezky sempat bekerja di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta pada tahun 2017. Kantornya bergerak di bidang digital. Sejak kuliah, ia selalu punya mimpi untuk bekerja di sana sampai akhirnya terwujud.
Sama seperti pekerja kantoran lainnya, Reezky memulai aktivitasnya dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sehari-hari ia harus berhadapan dengan laptop. Namun, selama setahun menjalani aktivitas tersebut, Reezky akhirnya mulai jenuh.
Ia merasa tidak bisa produktif karena sudah kelelahan di jalan. Keriuhan Kota Jakarta yang terkenal macet membuatnya sumpek. Untuk pulang-pergi dari kantor ke kosannya saja membutuhkan waktu 2-3 jam per hari.

“Sebenarnya saya pindah ke Jogja terus ke Klaten pada saat itu ya karena untuk meningkatkan produktivitas,” ucapnya saat dikonfirmasi Mojok pada Rabu (5/2/2025).
Berangkat dari gejolak hatinya tersebut, Reezky pun memutuskan resign dan kembali ke kota kelahirannya, Jogja. Dari sana, tujuan kariernya mulai jelas.
Pindah dari Jakarta karena Jenuh dengan kerja kantoran
Setelah setahun di Jakarta, akhirnya Reezky pindah ke Jogja pada tahun 2018. Di sana, ia tak terlalu lama menganggur. Ia manut-manut saja saat seorang teman mengajaknya menjadi tukang antar surat. Hitung-hitung untuk mengisi waktu luang. Sampai akhirnya, ia mendapatkan tawaran kerja sebagai seorang digital marketing staff di sebuah startup edukasi untuk guru.
Reezky mengaku jauh lebih produktif karena bisa meluangkan waktunya untuk membuat perencanaan ke depan, termasuk istirahat.
“Sehingga fasenya di Jogja justru jadi lebih cepat dan membuat saya makin produktif,” ucapnya.
Pada tahun 2023, kinerja Reezky dipandang bagus, sehingga diangkat menjadi head of operation di sana. Tapi lagi-lagi, ia pun terjebak dalam rutinitas kerja kantoran. Menghadap laptop selama berjam-jam, memiliki waktu yang terbatas untuk bermain atau meluangkan waktu untuk diri sendiri, sementara ia bukan tipe orang yang terlalu suka diatur.
“Sejak awal pas saya masuk situ, saya berpikir mau sampai kapan ya saya akan kerja kantoran kayak gini?” tanya Reezky.
Sementara, ia adalah orang yang lebih suka aktivitas fisik. Oleh karena itu, di tengah kesibukannya, Reezky selalu menyempatkan waktunya untuk jalan-jalan. Kadang-kadang ia juga pergi ke Klaten, asal-usul dia bertemu dengan istrinya.
Selama proses menghilangkan stres tersebut, Reezky jadi kepikiran untuk melakukan side hustle, tapi bukan pekerjaan di bidang jasa. Sebab kalau begitu, ia sama saja harus bekerja dua kali. Siangnya bekerja di perusahaan utama, sorenya mengurus klien.
Ingin pekerjaan yang fun
Sementara, Reezky ingin melakoni pekerjaan yang menurutnya menyenangkan. Oleh karena itu, sebelum memutuskan side hustle, ia lebih dulu mengeksplor passion sampai lingkungan kerjanya, termasuk platform yang cocok untuknya.
“Saya kemudian bertanya, apa ya pekerjaan yang bisa saya atur? yang saya enjoy, having fun melakukannya. Akhirnya ketemulah, kalau saya suka fotografi,” kata dia.
Sejak saat itu, ia pun mantap menjadi kontributor sebuah platform online bernama Microstock. Pekerjaannya adalah menjual foto hasil jepretannya.
Dapat penghasilan Rp130 juta dari side hustle
Setelah merenungi hidup dari Jakarta ke Jogja, Reezky sadar bahwa ia sudah lama menyukai traveling. Di sela-sela itu, ia juga hobi memotret. Sampai akhirnya, ia mencoba freelance sebagai fotografer di acara pernikahan.
“Satu minggu akan saya habiskan untuk ngejepret foto orang yang lagi nikahan,” ucapnya. Karena punya beberapa stok foto, Reezky pun coba-coba untuk menjualnya di Microstock, salah satu wadah bagi pelaku industri kreatif untuk menjual karya-karya mereka.
Mulanya memang tak mudah. Dari beberapa foto yang ia jual di sana, hanya ada satu sampai dua foto yang laku. Satu foto dihargai hanya Rp3 ribu. Namun, saat itu ia tak terlalu memikirkannya terlalu jauh karena baginya pekerjaan tersebut menyenangkan dan tak terlalu butuh usaha yang besar. Ia juga bisa memotret sambil jalan-jalan di Klaten.
“Saya cuman jepret, upload, kasih kata-kata, deskripsi sama hashtag. Habis itu taruh di situ, kalau laku alhamdulillah. Kalau nggak, ya udah deh nggak apa-apa,” kata mantan pekerja kantoran di Jakarta itu.
Namun, Reezky tak mengira konsistensinya itu membuahkan hasil hingga banyak orang yang membeli fotonya. Dari sana ia melihat peluang royalti yang dihasilkan dari aset digitalnya. Secara kebetulan, ia bertemu dengan temannya yang bekerja di perusahaan images digital. Temannya itu memberikan misi kepada Reezky untuk membuat 10 ribu foto bertema sports, plus 2 ribu foto cadangan selama lima hari.
“Jadi foto tiga tema besar untuk AI. Saya ambil tenis, basket, dan juga sepak bola,” ujarnya.
Jika berhasil, perusahaan temannya itu mampu membeli foto-foto Reezky seharga 11 ribu dolar. Bukan tanpa risiko, ia harus mengeluarkan modal sebesar Rp18 juta, mengorbankan waktu, serta merayu teman-temannya untuk membantu pekerjaannya. Sampai akhirnya, ia berhasil mengumpulkan foto sesuai target.
“Pokoknya total penghasilan terbesar ya itu. Satu bulannya Rp130 jutaan dalam sebulan,” kata dia.
Satu visi dengan istri hingga tinggal bersama di Klaten
Lambat laun, Reezky mulai menekuni pekerjaan kontributor Microstock sampai berjumpa dengan Merry Arinta yang kini menjadi istrinya. Bagai sebuah takdir, Merry juga merasa lelah dengan pekerjaan kantoran yang membuatnya stres.
Kebetulan, ia juga menyukai traveling. Sementara Reezky hobi memfoto, Merry lebih suka difoto. Maka, Merry pun membantu Reezky sebagai makeup enthusiast alias kerap menjadi model dari foto-foto Reezky. Alih-alih terbebani, keduanya merasa seperti melakukan rutinitas biasa yang menyenangkan.
“Jadi produksi tuh nggak terasa berat atau terasa kayak di set up,” kata Merry.
Merry juga membantu Reezky untuk mengunggah foto di Microstock. Semakin lama menekuni bidang tersebut, keduanya melihat ada peluang penghasilan yang semakin besar dari hasil menjual foto. Oleh karena itu, keduanya sepakat untuk menjadikan kegiatan itu sebagai pekerjaan tetap, alih-alih sebagai side hustle.
“Dari situ saya ngerasa, wah ini kalau misal amit-amit saya sakit atau apa, saya masih bisa dapet uang dari sini. Dari royalti, dari aset digital saya gitu,” kata mantan pegawai kantoran di Jakarta itu.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Kerja di Cikarang Tak Seindah Bayangan Orang Lain, Ada Kebusukan Kantor yang Jarang Diketahui atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.