Rumah Hantu Darmo memang sempat menjadi tempat angker yang cukup melegenda di kalangan masyarakat Surabaya. Banyak cerita-cerita seram lagi mengerikan beredar seputar asal-usul rumah tersebut.
Namun, Mojok menemukan fakta lain mengenai kebenaran cerita yang sudah kadung diamini oleh masyarakat luas itu. Kisah di balik Rumah Hantu Darmo nyatanya tak sedramatis yang diberitakan oleh banyak media.
***
Butuh waktu sekitar 25 menit dari tempat kerja saya untuk sampai ke Rumah Hantu Darmo. Tepatnya di Jl. Puncak Permai III Darmo Indah Timur, Tanjungsari, Kec. Sukomanunggal, Surabaya. Sebuah kawasan perumahan elite yang cukup teduh dan asri.
Beberapa jenak saya sempat duduk-duduk bersama dua orang satpam yang sedang ngaso di portal pembatas antar-perumahan, tidak jauh dari lokasi Rumah Hantu Darmo berdiri. Saya sendiri awalnya mencoba mengulik informasi dari dua satpam tersebut. Sayangnya, dua-duanya tidak berkenan.
“Kalau mau informasi yang lebih detail, Mas, coba samean ke sana saja. Yang di sana itu orang-orang lama semua. Lebih paham seluk-beluk perumahan ini,” ujar salah satu satpam itu sembari menunjuk ke arah sebuah mobil pick up tua yang disulap menjadi warung kopi oleh pemiliknya.
Tak lama berselang, dua satpam itu beranjak meninggalkan saya yang masih duduk santai. Lamat-lamat saya pandangi Rumah Hantu Darmo yang tampak kelam dengan semak belukar yang tumbuh merambat di banyak sisi. Terlihat beberapa ekor burung—mungkin burung gereja—keluar masuk di lantai atas. Tampak lebih kelam karena hari itu, Selasa, (28/12/2021) Surabaya sangat mendung. Jam di hape saya menunjukkan pukul 13.45 WIB, namun gelapnya sudah seperti jelang magrib.
Saya kemudian mendekat ke warkop pick up sebagaimana yang disarankan dua orang satpam sebelumnya.
Pak Mulyono (60), salah satu pengunjung di warkop tersebut mengatakan, sebenarnya Rumah Hantu Darmo tidak seangker cerita yang sudah beredar dari mulut ke mulut. Ia sendiri mengaku bingung, siapa sebenarnya yang memulai sampai akhirnya ada cerita yang aneh-aneh seputar Rumah Hantu Darmo.
“Rumah ini kosong ya memang kosong, Mas. Tapi kalau soal asal-usulnya sampai dibilang angker dan melegenda, itu yang nggak bener,” ujar pria yang tinggal di Tanjungsari itu.
“Cangkeme arek-arek (mulutnya orang-orang) memang kadang suka ngawur. Bisa saja cerita soal rumah ini memang dibuat-buat,” lanjutnya yang membuat saya semakin tertarik untuk mendengar kesaksian dari Pak Mulyono.
Rumah keluarga kaya yang mati karena pesugihan
Pak Mulyono bercerita, ia sudah tinggal dan menetap di Tanjungsari, Surabaya sejak tahun 1970-an awal. Seturut kesaksiannya, pada tahun-tahun tersebut kawasan Puncak Permai masih berupa rawa dan semak belukar. Masih belum ada satu rumah pun yang berdiri di sana.
Baru di akhir-akhir tahun 1970-an (antara 1979 atau 1980), kawasan tersebut kemudian disulap menjadi perumahan elite.
“Jadi bisa dibilang aku ini termasuk saksi hidup lah dari awal perumahan ini berdiri sampai sekarang ini. Nah, selama itu pula, sebelum Rumah Hantu Darmo itu kosong dan ramai diperbincangkan, aku nggak pernah dengar ada desas-desus yan aneh-aneh,” ungkapnya.
Berdasarkan cerita yang disampaikan oleh Pak Mul (sapaan akrab Pak Mulyono), Rumah Hantu Darmo awalnya memang dihuni oleh sebuah keluarga besar. Lalu rumah tersebut mulai kosong sejak tahun 1988 karena ditinggalkan oleh pemiliknya.
Pak Mul sendiri mengaku tidak tahu-menahu soal alasan kenapa rumah itu dikosongkan. Pada masa-masa itu juga masih belum beredar narasi yang aneh-aneh soal rumah tersebut. Sampai akhirnya, memasuki awal tahun 2000-an, entah bagaimana mulanya tiba-tiba saja beredar cerita yang menyebut bahwa rumah tersebut dikosongkan karena seluruh keluarga dalam rumah itu tewas di tangan demit yang jadi pesugihan mereka sendiri.
Konon, keluarga besar pemilik rumah tersebut memang dikenal sangat tajir melintir. Mereka bahkan disebut-sebut memiliki kapal pribadi. Katanya, masih berdasarkan cerita yang umum beredar, keluarga itu bisa mendulang kekayaan melalui jalur pesugihan.
Nah, karena melalui pesugihan, maka mereka diwajibkan memberi tumbal berupa nyawa orang di malam-malam tertentu. Awal-awal mereka memang nyaris tak pernah absen untuk memberi tumbal sebagaimana sudah disepakati. Namun, lambat-laun mereka mulai terlena dengan kekayaan dan kesuksesan yang mereka peroleh sehingga lupa untuk memberi tumbal di malam yang sudah ditentukan.
Si demit pesugihan lantas memberi peringatan kepada keluarga tersebut. Jika di malam selanjutnya tidak ada tumbal lagi, maka mereka sekeluarga akan dihabisi. Dan memang demikianlah yang terjadi. Mereka sekeluarga tidak memberi tumbal lagi hingga akhirnya tewas di tangan pesugihan mereka sendiri.
“Jadi karena mereka tahu mereka nggak sanggup memberi tumbal lagi, mereka sekeluarga akhirnya sepakat kabur ke Bali, naik kapal pribadi mereka, to. Tapi belum sampai tujuan, kapalnya tenggelam. Mereka semua tewas,” tutur Pak Mul.
“Itu kalau kata orang-orang, Mas. Dan itu versinya ada banyak. Orang-orang kalau ditanya wartawan mesti seperti itu ceritanya. Padahal nggak pasti bener cerita itu,” imbuhnya.
Pak Mul sendiri lebih percaya kalau si pemilik rumah—yang saat ini menjadi Rumah Hantu Darmo—itu pindah ke tempat lain, tanpa ada alasan-alasan mistis di baliknya. Karena, menurut Pak Mul, jika cerita yang beredar itu benar harusnya sudah ramai sejak saat itu juga. Tapi nyatanya cerita horor yang katanya melegenda itu baru ramai justru di awal-awal tahun 2000-an.
Beda versi Pak Mul dengan versi yang dituturkan oleh Pak Santoro (60) pemilik warkop pick up di samping Rumah Hantu Darmo.
Pak Santoro sendiri sebenarnya mulai jualan di samping Rumah Hantu Darmo baru pada tahun 2006. Saat itu memang sudah ramai desas-desus mengenai betapa angkernya Rumah Hantu Darmo.
Cerita dari Pak San (panggilan akrab Pak Santoro) malah jauh berbeda dari versi Pak Mul. Karena versi Pak San menyebut, rumah tersebut dulunya memang dihuni oleh sebuah keluarga yang kaya raya.
Konon katanya, ada seseorang—masih saudara dengan keluarga tersebut—yang iri dengan kekayaan dan kejayaan yang keluarga itu peroleh. Orang itu lalu melakukan pembantaian dengan membakar rumah besar itu hingga seluruh penghuninya tewas terbakar.
“Dulu ada wartawan yang datang. Mungkin karena penasaran dengan rumah yang kelihatan menyeramkan ini, terus tanya-tanya ke orang sekitar. Dari situ menyebarlah cerita yang nggak-nggak itu. Sepertinya ya asal ngarang saja awalnya. Eh akhirnya malah dipercayai sampai sekarang,” ujar Pak San dengan suara beratnya.
“Tapi sebenarnya memang angker mboten to, Pak, rumah ini?” tanya saya.
“Kalau demit mestinya ada saja to, Mas. Namanya juga rumah kosong. Dinamakan Rumah Hantu Darmo kan juga karena ada hantunya. Tapi soal desas-desus mengenai kosongnya rumah ini, nah, itu yang nggak terlalu bisa dipercaya,” tegas pria asli Waringinanom, Kabupaten Gresik.
Didramatisir sampai diangkat menjadi film
Saking viralnya Rumah Hantu Darmo, cerita mengenai keangkeran rumah tersebut bahkan sampai difilmkan oleh sutradara Eka Katili dengan judul Malam Suro di Rumah Darmo. Film yang dirilis pada 16 Januari 2014 itu konon diadaptasi dari cerita-cerita menyeramkan yang pernah dialami oleh seorang sopir taksi dan tukang nasi goreng yang melintas di Rumah Hantu Darmo.
Bu Santi (58), istri dari Pak San pemilik warkop pick up menceritakan, ia pernah mendengar ada kejadian cukup menyeramkan di tahun-tahun pertama Rumah Hantu Darmo tak berpenghuni.
Cerita yang beredar, dulu pernah ada seorang sopir taksi yang kebetulan melintas di depan rumah tersebut. Lalu ia melihat ada seorang perempuan cantik melambai, tanda hendak menumpang.
Di tengah perjalanan mengantarkan si perempuan ke tempat tujuan, tiba-tiba si sopir taksi mencium aroma tak sedap menguar dari kursi belakang. Firasatnya waktu itu sudah tidak enak. Dan benar saja, ketika ia menoleh ke belakang, ternyata perempuan cantik yang menumpang di taksinya berubah menjadi sosok perempuan yang menyeramkan; berambut basah dengan bercak-bercak darah di area wajah. Sejak kejadian malam itu, si sopir taksi tidak pernah berani lagi melintas di perumahan Puncak Permai.
Cerita lain, pernah ada seorang tukang nasi goreng yang mengaku mendapat pesanan dari rumah kosong tersebut. Suatu malam saat ia melintas di Jl. Puncak Permai III, ada seorang perempuan cantik yang memesan tujuh bungkus nasi goreng. Dengan suka ria ia langsung bergegas menyiapkan pesanan. Saat itu ia tidak sadar kalau perempuan tadi keluar dari sebuah rumah kosong.
Baru ketika ia hendak mengantarkan pesanan tujuh bungkus nasi goreng tadi, ia baru menyadari kalau ia sedang berada di sebuah rumah besar yang kosong dan menyeramkan. Sontak saja ia mendorong gerobaknya dengan lari pontang-panting.
“Gara-gara cerita itu, akhirnya banyak TV yang bikin acara di situ. Buat film lah, uji nyali lah. Dari TV-TV itu juga akhirnya ada sebutan Rumah Hantu Darmo karena dianggap berhantu. Dulunya ya cuma dianggap rumah kosong gitu saja,” terang Bu Santi.
Tak hanya itu, seturut keterangan Bu Santi, masih banyak cerita lain yang seolah menggambarkan betapa seramnya Rumah Hantu Darmo. Namun, Bu Santi sendiri mengatakan, aura Rumah Hantu Darmo memang terkesan angker dan menyeramkan. Tapi sebenarnya tidak menyeramkan-menyeramkan amat sebagaimana dinarasikan orang-orang. Karena sejauh pengalamannya berjualan di samping Rumah Hantu Darmo sejak 2006, ia sekali pun belum pernah mengalami gangguan-gangguan mistis. Melihat penampakan demit pun ia tidak pernah.
“Kalau suara-suara gelontangan ya sering dengar, Mas. Tapi saya nggak pernah melihat penampakan kok selama ini. Ya benar kata Pak Mul tadi, banyak cerita yang dibuat-buat biar rumah ini jadi terkesan seram,” ujar Bu Santi.
“Cerita soal sopir taksi dan tukang nasi goreng tadi juga belum tentu kebenarannya,” sambungnya.
Ardi (23), seorang driver ojol yang sering melintas di area situ juga mengaku kalau dirinya nyaris tidak pernah mengalami gangguan-gangguan mistis tiap melintas di Rumah Hantu Darmo. Tiap malam hari area perumahan Puncak Permai memang amat sangat lengang. Tapi sejauh ini masih aman-aman saja, tidak ada pengalaman yang membuatnya sampai kapok untuk mengambil orderan di sana lagi.
“Biasa saja kok, Mas, nggak ada apa-apa. Nggak ada gangguan sampai yang ditumpangi hantu cewek seperti cerita sopir taksi itu,” ungkapnya usai meraih sebungkus kacang atom yang menggantung di mobil pick up Pak San.
Pak Mul yang sedari tadi menyimak obrolan antara saya dengan Bu Santi dan Ardi lantas kembali menegaskan, ia tidak menampik bahwa Rumah Hantu Darmo Surabaya memang berhantu. Ia hanya menyangkal dua hal. Pertama, soal kisah keluarga yang meninggal karena pesugihan. Kedua, perihal cerita-cerita mistis yang sudah jamak beredar.
Baginya, cerita-cerita itu terlalu dibuat-buat dan didramatisir. Padahal, masih dari kaca mata Pak Mul, kenyataan yang ia lihat dan alami sehari-hari menyimpulkan bahwa Rumah Hantu Darmo sebenarnya hanyalah rumah kosong biasa, selayaknya rumah kosong pada umumnya.
“Yawes lah sembarange arek-arek wae (Yasudah lah, terserah orang-orang saja),” pungkasnya sinis.
Jadi tempat wisata dan lokasi mesum anak-anak muda
Praktis sejak diangkat menjadi sebuah film dan sering jadi objek program reality show oleh beberapa stasiun TV, banyak orang yang penasaran dengan Rumah Hantu Darmo. Sejak tahun 2014 itu, Rumah Hantu Darmo mendadak menjadi semacam tempat wisata. Karena nyaris setiap hari, rumah usang itu selalu didatangi banyak orang. Mulai dari remaja SMA hingga orang dewasa pun tertarik untuk berkeliling di dalam Rumah Hantu Darmo.
Bu Santi sendiri sampai merasa heran dengan fenomena yang terjadi hingga bertahun-tahun itu. Ia bahkan pernah melihat ada rombongan dari salah satu SMA di Surabaya yang datang dengan alasan untuk memenuhi tugas sekolah. Entah tugas mata pelajaran apa. Tapi yang Bu Santi ingat, rombongan anak-anak SMA itu tidak hanya berisi para siswa saja, melainkan ada beberapa guru yang turut mendampingi.
“Mbuh apa yang mau dipelajari dari rumah kosong, aneh-aneh saja memang, og,” ujar Bu Santi.
Melengkapi penuturan Bu Santi, Pak San membeberkan, orang-orang yang datang ke Rumah Hantu Darmo memiliki motivasi yang beragam. Selain anak-anak SMA yang datang dengan alasan tugas sekolah, ada juga anak-anak sekolah lain yang menjadikan Rumah Hantu Darmo sebagai tempat untuk bolos.
Dalam kurun tiga tahun terakhir, Rumah Hantu Darmo bahkan dijadikan sebagai objek berfoto. Terlebih setelah masifnya penggunaan aplikasi TikTok dan YouTube, semakin banyak remaja-remaja yang datang untuk sekadar membuat konten video. Di samping ada juga kelompok orang yang memanfaatkan Rumah Hantu Darmo untuk hal-hal yang bersifat supranatural. Termasuk di antaranya adalah mencari gaman hingga pesugihan.
“Sementara kalau malam ada saja yang makai tempat ini buat jadi tempat maksiat, Mas. Mabuk-mabukan, pacaran, sampai jadi tempat mesum juga,” terang Pak San.
“Pokoknya terakhir ramai banget itu pas awal-awal ada Corona 2020 kemarin. Setelah itu sudah nggak ada lagi yang boleh masuk ke rumah ini. Sama Pemkot (Surabaya) akhirnya kan dipagari tembok biar nggak ada yang bisa masuk. Dulunya nggak ada,” lanjut Pak San sembari menunjuk tembok yang menutupi area Rumah Hantu Darmo.
Kata Pak San, Rumah Hantu Darmo mulai dipagar setelah banyak warga sekitar yang mengajukan komplain kepada Satpol PP Surabaya. Banyak warga yang mulai jengah dengan kelakuan anak-anak muda yang seringnya menjadikan Rumah Hantu Darmo sebagai tempat maksiat. Puncaknya adalah saat awal-awal Covid-19 merebak di Indonesia. Warga sekitar merasa sudah harus bertindak agar Rumah Hantu Darmo tidak menjadi tempat berkerumun.
“Setelah dirundingkan, akhirnya dipagar permanen saja seperti itu. Sekarang ya sudah nggak ada lagi yang datang ke sini. Ada ya satu-dua anak-anak sekolah yang nekat manjat pagar. Entah mau ngapain juga kami nggak urusan,” ucap Pak San dengan sedikit mengeraskan suara, beradu dengan riuh angin dan hujan lebat di siang menjelang sore itu.
“Ngapunten, Pak, sepengelaman Jenengan, pernah tahu nggak ada anak-anak pacaran terus kesurupan atau kena hal-hal mistis lah gitu?” tanya saya penasaran.
“Wah beberapa kali ada, Mas, yang kesurupan. Tapi ya babah wae (biarkan saja). Maksudnya gini, loh, kalau sudah tahu rumah ini berhantu, ya sudah demitnya jangan diusik. Biarpun demit kan juga punya alamnya sendiri. Kalau saya di sini niatnya jualan, nyatanya sampai sekarang juga nggak pernah ada apa-apa,” tukasnya.
Reporter : Muchamad Aly Reza
Editor : Agung Purwandono
BACA JUGA Mundur dari PNS, Taufik Pilih Jualan Lontong Malam Insomnia di Medan dan liputan menarik lainnya di Susul.