Warga Sidoarjo Muak dengan “Jalan Neraka” Perempatan Gedangan, Hanya Bisa Ngeluh Bertahun-tahun karena Flyover Hanya Wacana

Perempatan Gedangan adalah momok bagi warga Surabaya dan Sidoarjo. MOJOK.CO

ilustrasi - pembangunan flyover Gedangan tak kunjung rampung. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Warga Surabaya dan Sidoarjo tentu tak asing dengan jalan Perempatan Gedangan. Jalan ini terkenal dengan tingkat kemacetannya yang parah. Bertahun-tahun yang lalu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo punya rencana membangun flyover guna mengatasi kemacetan tersebut, tapi hingga kini proyek fisiknya saja masih belum terlihat.

Waktu-waktu Perempatan Gedangan chaos

Sebagai orang yang punya rumah di daerah Gedangan, Sidoarjo dan harus pulang-pergi ke Surabaya, Vita (23) mengaku kesal hampir setiap hari. Pasalnya, persoalan macet sepanjang tahun di perempatan Gedangan tak kunjung usai. Membuat ia dan keluarganya kena getahnya.

“Kondisi motor itu bisa yang kayak desak-desakkan. Sempit. Nggak ada ruang, tapi masih bisa nyempil di sela-sela mobil. Kadang aku ngeri sih, takut pengendaranya kenapa-napa,” kata Vita saat dihubungi Mojok, Rabu (16/7/2025).

Kondisi itu, kata Vita, bisa semakin parah saat memasuki bulan Ramadan. Barangkali karena rasa lapar saat puasa dan lelah sehabis bekerja, bawaannya jadi ingin marah. Sampai-sampai, pengendaranya jadi tak tahu aturan.

“Menjelang berbuka itu, perempatan Gedangan sudah chaos. Lebih macet dari biasanya. Terutama pengendara motor yang udah ugal-ugalan. Bahkan aku hampir keserempet. Untungnya, aku masih nggak kenapa-napa,” tutur Vita.

Tak hanya motor yang suka menyalip dan ugal-ugalan, Vita juga seringkali merasa risih saat mendengar bel kendaraan yang saling bersahutan. Padahal, sudah jelas-jelas kondisinya tak bisa maju atau mendahului.

“Aku sampai mewajari, mungkin itu bentuk kekesalan mereka yang harus diburu waktu,” ucap Vita.

Malam minggu jadi sial

Beberapa cara sudah pernah Vita coba untuk menghindari kemacetan tersebut. Mulai dari mencari alternatif jalan lain atau mengatur waktu keberangkatan maupun pulang, tapi tetap saja hanya jalan buntu yang ia temui. 

Biasanya, kata Vita, kondisi perempatan Gedangan di sekitar pukul 09.00 WIB masih mending. Tapi kalau perjalanan diteruskan sampai ke arah Bundaran Aloha hingga Bundaran Waru, penderitaannya semakin terasa. 

“Apalagi kalau mendekati weekend antara Kamis dan Jumat macetnya makin menjadi. Nah, puncaknya itu di hari Sabtu,” ucapnya. 

Karena rumahnya dekat perempatan Gedangan, Vita tak punya jalan alternatif lain untuk menikmati malam minggu bersama pacarnya. Keduanya harus tahan melewati lautan manusia beserta mesin kendaraannya sebelum tiba di tujuan.

“Posisi kami berdua udah nggak bisa apa-apa. Mau marah ya percuma. Jadi cuman kayak ngebatin aja gitu, ‘ini kira-kira jam berapa sampainya’,” kata Vita.

Padahal, tujuan Vita dan pacarnya tak terlalu jauh dari rumahnya. Mereka hanya ingin pergi ke cafe di sekitar Kavling DPR Sidoarjo, tapi karena macet perjalanannya yang seharusnya singkat jadi lama.

“Tapi akhirnya kami bawa santai saja sih. Nikmatin momen dengan cara ngobrol, sekalian mengisi waktu luang,” kata Vita.

Baca Halaman Selanjutnya

Terpaksa lewat perempatan Gedangan

Terpaksa melewati Perempatan Gedangan

Kemacetan di perempatan Gedangan memang menjadi momok bagi warga Sidoarjo dan Surabaya. Habibah (24), perempuan asal Surabaya yang hampir 10 tahun tinggal di Sidoarjo mengaku masih belum terbiasa dengan kondisi tersebut.

“Setiap lewat situ pasti menakutkan karena banyak kendaraan besar seperti truk tronton sampai truk gandeng. Rasanya kayak lagi di uji mental,” ucap Habibah.

Kalau sudah begitu, Habibah sudah tidak berani menyalip. Ia lebih baik melaju pelan-pelan di antara truk-truk di samping kanan, kiri, sampai belakang motornya. Salah-salah, ia bisa kena marah pengendara lain yang saling serobot dan tak mau mengalah.

“Bahkan aku pernah kena marah sama pengendara lain, karena lupa matiin lampu sen walaupun niatnya mau mengingatkan tapi nadanya sudah bete,” ujar Habibah.

Alhasil, Habibah harus sabar menunggu lampu merah yang terasa menyiksa di bawah terik panas matahari. Habibah juga tak bisa menghindar, sebab perempatan Gedangan sudah menjadi jalan utama dari arah kampusnya menuju tempat kerja.

Tak kunjung selesai, dibangun saja belum

Tak hanya Vita dan Habibah, sampai sekarang Rochima masih tak habis pikir dengan kemacetan yang terjadi di perempatan Gedangan. Rochima yang biasa mengajar les di daerah perumahan Gedangan mengaku akhir-akhir ini sering kena macet total akibat pembangunan yang ada di kawasan tersebut.

“Bahkan untuk keluar dari perumahan saja aku bisa menghabiskan waktu setengah jam. Pernah juga, motorku sampai nggak bisa bergerak sama sekali,” kata Rochima.

Guna mengatasi kemacetan di perempatan Gedangan, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sudah merencanakan pembangunan flyover di lokasi tersebut sejak tahun 2020. Namun, hingga tahun 2025, proyek itu belum memasuki tahap pembangunan fisik.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) Sidoarjo, Dwi Eko Saptono, menjelaskan pembangunan flyover saat ini masih dalam tahap awal. Yakni review perencanaan kebutuhan lahan.

“Mudah-mudahan pembangunan fisiknya bisa dimulai tahun 2026. Untuk tahun ini, kami fokus menyelesaikan pembebasan lahan terlebih dahulu,” ujar Dwi dikutip dari Radar Sidoarjo, Kamis (24/4/2025).

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Sidoarjo 25 Tahun dalam Kebobrokan, Sudah Seharusnya Belajar pada Surabaya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version