Di tengah banyak kos berharga mahal di Jogja, ternyata masih ada kos yang bisa disewa dengan harga Rp66 ribu. Lokasinya di Pakem, Sleman. Tak ayal jika kos tersebut langsung viral usai si pemilik kerap membagikan kesehariannya menghuni kos murah itu di media sosial.
Pertanyaannya, seberapa nyaman meninggali kos tersebut? Pasalnya, kondisi kos murah umumnya sangat tidak layak huni. Dari video yang si penghuni unggah, kosnya pun tampak seperti rumah terbengkalai. Hanya saja, si penghuni tampak begitu menikmati hari-harinya di kos Rp66 ribu di Pakem, Sleman, itu.
***
Farid (26), sebagai penghuni kos, tak pernah menduga sebelumnya bakal mendapat kos-kosan dengan harga semurah itu untuk ukuran Jogja. Pada awalnya, pria asal Bawen itu mendapat rekomendasi dari adik kelasnya yang lebih dulu menempati kos-kosan tersebut.
“Adik kelasku ini ke Jogja cuma ngurusin skripsinya. Itup un kadang hanya sebulan atau dua bulan sekali. Makanya, akhirnya aku ngajak dia buat ngekos bareng aja (di kos si adik kelas) daripada aku susah-susah cari kos,” katanya saat berbincang dengan Mojok pada Kamis, (03/10/2024).
Kos di Pakem Sleman: bak rumah terbengkalai dan angker
Saat melihat kondisi kos di Pakem, Sleman, itu Farid mengaku kaget. Dari luar, bangunannya mirip rumah terbengkalai. Apalagi bagian dalam, banyak sudut yang benar-benar tak terawat. Misalnya yang paling Farid soroti adalah ruang tamu: malah terkesan seperti gudang.
“Untungnya bagian kamar nggak terlalu buruk,” tutur Farid. Alhasil, sejak awal 2024 ia mantap memutuskan ngekos di Pakem, Sleman, tersebut.
Hari-hari pertama di kos seharga Rp66 ribu di Pakem, Sleman, tersebut memang terasa singup. Tentu ada perasaan-perasaan gentar terhadap “gangguan tak kasata mata”. Terlebih, Farid mengaku cukup percaya dengan unsur-unsur mistis.
Akan tetapi, setelah tinggal beberapa minggu, bayangan soal kosnya yang menyeramkan lama-lama hilang. Sejauh ini ia tidak pernag mengalami gangguan.
Perihal tumbal dan sejarah kelam di kos Pakem Sleman
Lagi-lagi soal “umumnya”. Bangunan yang tampak terbengkalai kerap diasosiasikan dengan praktik pertumbalan. Begitu juga celoteh warganet terhadap kos Farid saat beberapa kali ia unggah di media sosial.
Pertama, ada yang menganggap kos Farid di Pakem, Sleman, itu jadi sarang demit. Tapi Farid sudah memberi kesaksian bahwa sejauh ini taka da “gangguan demit” yang menyasarnya.
Kedua, ada yang mengaitkan kos murah Farid sebagai modus pertumbalan dari si pemilik kos. Bahkan, ada yang menduga kalau kos di Pakem, Sleman, itu bisa jadi memiliki sejarah kelam hingga kemudian ditinggalkan pemiliknya.
“Ternyata dulunya kos ini adalah rumah warisan dari orang tua pemilik kos. Karena si pemilik kos sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri, alhasil disewakan daripada dibiarkan nganggur,” ungkap Farid mengungkap kebenaran kosnya.
Tak pernah bertemu pemilik kos sebenarnya
Sejauh ini, Farid mengaku belum pernah bertemu sama sekali secara langsung dengan pemilik kos. Sebab, pemilik kos, sejauh yang ia dengar, sedang berada di Surabaya.
“Kita bayar kosnya nggak langsung ke pemiliknya. Ada satu orang yang udah lama kos di sini, dan kita bayar kosnya ke dia, dia yang bakal setor ke pemilik kos,” terang Farid.
“Kalau anak-anak kos lain sih katanya sudah pernah bertemu denga pemilik kos asli. Jadi cuma aku yang belum pernah (bertemu pemilik kos),” sambungnya.
Kata Faird, kos Rp66 ribu hanya memiliki empat penghuni. Penghuni kos lain, menurut Farid, benar-benar mencoba saling menciptakan ruang aman dan nyaman satu sama lain. Sehingga satu sama lain saling percaya sampai di level membiarkan kamar tak terkunci pun tak ada rasa khawatir bakal ada orang masuk untuk ngutil.
Gambaran tentang rumah impian
Sebagai lelaki dusun, Farid mengaku nyaman tinggal di kosnya yang sekarang. Bagi Farid, kos Rp66 ribu di Pakem, Sleman, itu justru lebih baik daripada kosnya dulu yang beberapa penghuninya berada di dunia gelap.
Jarak antara kos Farid dengan tempat kerjanya sebenarnya cukup jauh. Namun, ia merasa lebih tenang karena suasana kosnya itu mirip dengan tempat tinggalnya di Bawen. Singkat kata, kosnya tersebut sangat cocok untuk menenangkan diri dari hiruk-pikuk pekerjaan.
“Apalagi kebetulan aku punya cita-cita punya rumah berbangunan Jawa lawas. Ketika dapat kos yang bangunannya seperti rumah Jawa yang sepi dan nyaman, ya bisa dikatakan a dreams comes true,” tutur Farid.
“Ditambah selain murah juga kalau malem suasananya sepi. Ada suara kodok, ada kolam ikannya, dan ada suara air. Jatuhnya lebih nyaman. Apalagi aku kerjanya di FNB yang selalu bising dengan omongan manusia. Ya at least bisa jadi tempat buat recharge energi juga,” imbuhnya.
Terlebih sejak pertama masuk, Farid rutin membersihkan kos Rp66 ribu di Pakem, Sleman tersebut. Alhasil kini menjadi lebih terawatt dan tak ayal jika menjadi terasa nyaman.
Atas kenyamanan itu, Farid berniat akan tinggal di sana dalam waktu lama. Bahkan misalnya direnovasi (menghilangkan unsur bangunan Jawa lawas) dan harganya dinaikkan pun tak masalah.
“Ya asal naiknya masuk akal. Kalau ternyata harganya naik nggak masuk akal, ya sudah bisa jadi aku pindah. Tapi aku nggak menjamin sih orang-orang setelah aku bakal sebersih itu juga,” pungkasnya.
Penulis: Cicilia Putri Herlinda
Editor: Muchamad Aly Reza
Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Magang Jurnalistik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode September 2024.
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News