Sekolah Dasar dengan Murid Paling Sedikit di DIY yang Tak Akan Tutup Meski Hanya Punya Satu Murid

Ilustrasi Sekolah Dasar dengan Murid Paling Sedikit di DIY yang Tak Akan Tutup Meski Hanya Punya Satu Murid. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Di tahun ajaran 2015/2016, sekolah dasar di pelosok Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini hampir saja ditutup karena hanya punya 7 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Kondisi kekurangan murid ini sudah bertahun-tahun terjadi. Sampai kemudian diputuskan, berapapun muridnya, sekolah ini akan tetap ada.

***

“Saya mau jadi pemain voli, kayak Farhan Halim,” kata Julian (10) siswa kelas IV SD Wonolagi saat saya masuk ke kelasnya. Julian mengaku kerap menonton Farhan yang juga anggota Timnas Voli Indonesia yang saat ini bermain di Liga Voli Thailand di YouTube. Ia juga kerap bermain voli bersama-sama teman kampungnya.

Azka (10) teman sekelasnya punya cita-cita yang berbeda. Ia ingin jadi YouTuber seperti idolanya, Hyper Potatoes yang suka mengulas mainan anak. Ia memang belum punya YouTube, tapi ia ingin jadi YouTuber mainan karena menurutnya asyik.

Azka dan Julian adalah dua siswa di SD Wonolagi, Playen Gunungkidul. Hanya ada dua siswa di kelas tersebut. Saat saya masuk ke kelas, mereka tengah mengikuti jam pelajaran terakhir berupa pelajaran Bahasa Indonesia. 

Jika kelas IV ada dua siswa, maka untuk kelas V bahkan tidak ada siswa sama sekali. Di kelas VI, ada 4 siswa. 

“Dua tahun lagi, kami perkirakan nggak dapat murid baru karena di kampung ini anaknya masih bayi-bayi,” kata Sugiharjanto, Kepala SD Wonolagi kepada Mojok yang berkunjung ke sekolah tersebut, Selasa (13/2/2024). 

Dua siswa kelas 4 SD Wonolagi tengah mengikuti pelajaran MOJOK.CO
Dua siswa kelas 4 SD Wonolagi tengah mengikuti pelajaran. (Agung P/Mojok.co)

Sekolah dasar negeri dengan murid paling sedikit dan terpencil di DIY

SD Wonolagi, merupakan SD di pelosok Gunungkidul dengan murid paling sedikit di DIY. Bertahun-tahun SD ini selalu kekurangan murid. Sekolah ini berada di sebuah lembah tak jauh dari alas Bunder, Wanagama.

Menuju SD Negeri Wonolagi yang berada di Padukuhan Wonolagi, Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen Kabupaten Gunungkidul ini cukup menantang. Terutama karena harus melewati hutan dan perbukitan dengan jalan yang berkelok dan menurun. Saya membayangkan jika hujan, jalanan tersebut akan licin.

“Lho, kalau lewat Patuk lebih dekat, Mas. Rumah saya Bantul, jadi lewat jalan tembus, cuma harus lewat jembatan gantung,” kata Kepala Sekolah SD Wonolagi, Sugiharjanto saat tahu saya datang dari arah Playen. 

Sugiharjanto baru tiga tahun ini menjadi kepala sekolah menceritakan sekitar tahun 2015/2016, sudah ada rencana menggabungkan atau regrouping SD Wonolagi dengan SD lain. Di tahun ajaran itu hanya ada 7 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Pemda Gunungkidul sudah akan menggabungkan dengan sekolah lain. 

“Aturannya memang seperti itu, kalau ada sekolah yang muridnya kurang dari 50 siswa, harus di-regrouping dengan sekolah lain. Siswanya nanti akan pindah ke sekolah lain yang lebih banyak muridnya,” kata Sugiharjanto. 

Jalan menuju ke Sekolah Dasar Wonolagi yang berada di tempat terpencil. (Agung P/Mojok.co)

Pihak sekolah sendiri saat itu sudah mengajukan agar SD Wonolagi yang meski berada di pelosok Gunungkidul menjadi sekolah layanan. Dengan begitu, sekolah  tidak perlu mengalami regrouping. 

Dengan menjadi sekolah layanan maka, berapapun jumlah siswa, sekolah tetap beroperasi. Alasan menjadi sekolah layanan karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan jika sampai anak-anak dari Dusun Wonolagi sampai sekolah di luar kampung mereka. 

Menurut Sugiharjanto, medan berat berupa hutan dan jalan yang naik turun dirasa tidak aman bagi anak-anak. Jalur lain, siswa harus melewati sungai yang ketika musim hujan juga tidak cukup aman untuk anak-anak lewati. 

Baca halaman selanjutnya…

Perintah Sultan, berapapun jumlah siswa, SD Wonolagi harus tetap beroperasi

Perintah Sultan, berapapun jumlah siswa, SD Wonolagi harus tetap beroperasi

SD Wonolagi akhirnya benar-benar menjadi sekolah layanan setelah Gubernur DIY, Sultan HB X meninjau langsung kondisi sekolah. Hasilnya, Sultan HB X memutuskan agar SD Wonolagi tetap beroperasi, meski muridnya sedikit. 

Sugiharjanto mengatakan, saat ini dari 6 kelas, total siswa ada 16 orang yang terdiri kelas 1 dua siswa, kelas 2 dan 3 masing-masing 4 siswa, kelas 4 dua siswa, kelas 5 tidak ada siswa sama sekali dan kelas 6 terdiri empat siswa. 

Kepala SD Wonolagi, Sugiharjanto di depan sekolah yang akan terus buka meski hanya 1 murid. (Agung P/Mojok.co)

Sugiharjanto mengatakan, meski secara geografis lokasi sekolah terpencil dan fasilitas terbatas, tapi dari sisi prestasi tidak kalah dengan sekolah lain. “Setidaknya dalam satu gugus, yang terdiri 5 sekolah, kami bisa bersaing secara prestasi, beberapa siswa kami punya prestasi akademik maupun olahraga,” katanya.

Meski jumlah siswa sedikit dan lokasi terpencil, ia menjamin guru-guru memberikan dedikasi terbaik untuk para siswa. Bahkan ketika cuaca jelek pun, guru akan tetap datang.

“Cuaca kayak apapun ya kami tetap datang. Paling menakutkan itu pas pulang dari sekolah beberapa waktu lalu, pas di tengah hutan hujan angin, ranting-ranting pada patah,” kata Deni (30) salah satu guru SD Wonolagi.

Warga kampung yang merasa memiliki SD Wonolagi

Menurut Sugiharjanto, Dusun Wonolagi hanya memiliki sekitar 60 Kepala Keluarga (KK). Sebagian warga bekerja di Kota Jogja. “Warga sini rasa memiliki sekolah sangat tinggi. Misalnya, di depan sekolah kalau hujan itu licin. Mereka berinisiatif untuk mengecor agar guru-guru tidak sampai jatuh,” katanya.

Sugiharjanto juga bersyukur, orang tua di Wonolagi peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Meski jumlah siswanya sedikit, ia memastikan siswa SD Wonolagi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Lulusan SD Wonolagi kami pantau terus agar mereka bisa melanjutkan ke SMP. Kebanyakan mereka pilih di SMP 4 Playen dan sebagian di daerah Patuk. Kami juga pantau banyak yang berprestasi di SMP, terutama di olahraga voli,” kata Sugiharjanto.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Biaya TK Swasta di Jogja Bisa Dapat 2 Honda BeAT, Orang Tua Pas-pasan Banting Tulang Demi Masukkan Anak

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version