Angelina Theodora bersama tim Wahana Visi Indonesia (WVI)–organisasi kemanusiaan Kristen yang berfokus pada anak-anak tiba di Medan, Sumatera Utara pada Sabtu (29/11/2025). Selanjutnya, mereka melanjutkan ke tiga daerah yang terisolasi akibat banjir bandang dan longsor.
Tiga daerah itu yakni Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Tapanulis Selatan. Namun, Angelina dan timnya mengaku butuh waktu selama beberapa hari agar bantuan dapat tersalurkan ke sana.
“Tim kami tiba di Medan sejak Sabtu, (29/11/2025) dan mengalami kesulitan masuk ke 3 kota/kabupaten target di Sumatra Utara, karena daerah tersebut masih terisolir akibat akses yang terputus,” ujarnya dikutip dari keterangan resmi yang diterima Mojok, Selasa (2/12/2025).
Sumatera Utara porak-poranda
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyebut tiga tempat di atas mengalami dampak terparah sehingga perlu penanganan serius. Terlebih, putusnya jalur provinsi dan nasional, jembatan rusak, dan pohon-pohon tumbang menyebabkan distribusi bantuan logistik dari jalur darat sulit diakses.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebut Per 2 Desember pukul 08.00 WIB, terdapat 290 orang meninggal, 154 orang hilang, dan lebih dari 538 ribu orang harus mengungsi akibat banjir di Sumatera Utara.

Pemerintah setempat juga telah menyatakan level Tanggap Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor dan Gempa Bumi di Wilayah Provinsi Sumatera Utara melalui Keputusan Gubernur Sumatra Utara No.188.44/836/KPTS/2O25.
Keputusan ini dibuat setelah mereka menilai tingkat kerusakan maupun kerugian di bidang infrastruktur dan ekonomi yang semakin tinggi. Mulai dari fasilitas air bersih, pendidikan, ibadah, listrik, jaringan internet, hingga fasilitas kesehatan.
Anak-anak yang terancam fisik dan jiwanya
Di tengah kondisi Sumatera Utara yang porak-poranda, tim WVI setidaknya membutuhkan waktu selama tiga hari guna menyalurkan bantuan. Selama tiga hari itu, mereka harus berjibaku melintasi jalanan macet dan tanah longsor. Beruntung, mereka berhasil melewatinya.
Setibanya di sana, mereka langsung mendistribusikan air bersih dan paket kebersihan untuk satu bulan pertama. Selanjutnya, mereka akan membuka Ruang Ramah Anak, membuka dapur Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), serta memberikan dukungan psikososial dan pendidikan dalam masa darurat.
Response Manager WVI Etta Siregar berujar bantuan itu penting karena anak-anak, secara fisik dan psikis belum mampu menyelamatkan diri saat bencana. Dampaknya, bisa terbawa hingga mereka dewasa.
“Belum lagi pada masa pengungsian, hak dasar mereka seperti gizi yang cukup dan pendidikan sering terabaikan. Untuk itu, WVI senantiasa berkomitmen menjangkau area sulit agar anak-anak dan kelompok rentan tetap mendapat bantuan yang layak di masa-masa kritis ini,” kata Etta yang bertugas langsung di Sumatera Utara.
Salurkan bantuan lewat WVI
Direktur WVI Angelina menyebut organisasinya telah bekerja sama dengan sejumlah pihak di tingkat lokal dan nasional untuk memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan itu juga sudah melalui tahap diskusi bersama pemerintah setempat dan mitra organisasi kemanusiaan lainnya.
Lebih dari 25 tahun ini, WVI telah berkolaborasi dalam pemberdayaan anak, keluarga, dan masyarakat rentan melalui pengembangan masyarakat, advokasi, dan tanggap bencana.
Sebagai organisasi kemanusiaan Kristen yang fokus pada anak-anak tanpa membedakan suku, agama, ras, dan gender, tim tanggap bencana WVI akan merespons bencana banjir di Sumatera Utara selama tiga bulan.
“Bantuan dan pendampingan kami akan fokus kepada 3.000 orang, terutama anak-anak dan keluarganya,” ujar Angelina.
WVI juga mengajak publik untuk ikut membantu korban bencana, khususnya anak-anak yang mengalami kemalangan akibat banjir Sumatera Utara dengan berdonasi melalui nomor rekening BCA 478-3019 445 atas nama Yayasan Wahana Visi Indonesia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Profesi Relawan Menyadarkan Saya Pentingnya Kata Selamat Tinggal dan Terima Kasih di Kehidupan yang “Chaos” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan