Kenikmatan Ngekos Dekat Kampus UII, Cocok untuk Slow Living di Jogja dan Lebih Hemat Biaya

Kos dekat UII, Jogja dengan harga murah. MOJOK.CO

ilustrasi - wisma dekat UII, Jogja yang nggak kalah dengan LV. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Saat merantau dari Jakarta ke Jogja tahun 2024, saya sudah mengantongi beberapa nama kos murah di dekat kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Jogja. Setidaknya, saya butuh waktu selama empat hari untuk survei, hingga menemukan kos nyaman, fasilitas lengkap, lingkungan oke, tapi harga tak terlalu mahal. 

***

Perjalanan saya mencari kos di sekitar UII, Jogja cukup sulit karena beberapa kos yang saya datangi kurang memenuhi standar. Beberapa teman sampai mengatai saya terlalu “neko-neko”. 

Karena dengan budget Rp650 ribu, saya ingin kosan dengan fasilitas lengkap seperti “kos isian”. Setidaknya ada kasur dan lemari. Lalu, dapur serta kulkas bersama, sehingga saya bisa hemat dengan memasak. Selebihnya, WiFi, biaya listrik dan air sudah termasuk. 

Syarat selanjutnya adalah kamar mandi dalam dan fentilasi jendela. Saat ngekos di Jakarta dulu, saya merasa pengap karena lokasinya berada di gang-gang sempit.

Selain itu, yang paling penting dari itu semua adalah lingkungannya. Apakah tetangga kos tersebut tidak resek? Apakah dekat dengan laundry-an, supermarket, toko klontong, pom bensin, bengkel, dan warung makan? 

Pertimbangan itulah yang bikin teman-teman saya menyerah. Katanya, mending cari indekos ‘Las Vegas’ alias kos LV kalau standar saya begitu. Atau cari kosan eksklusif. Tapi dengan UMR Jogja lebih sedikit, saya rasa sayang kalau sebagian gaji saya habis untuk bayar kosan.

Lebih-lebih, rekomendasi kosan yang diberikan teman saya tidak ada yang harganya Rp650 ribu. Paling tidak, harganya Rp1 jutaan per bulan. Sampai akhirnya, saya menemukan kos dekat UII, Jogja yang setidaknya memenuhi standar saya itu. 

Lingkungan di sekitar kos dekat UII

Salah satu alasan saya merantau ke Jogja karena saya ingin mencari ketenangan batin. Saya sudah suntuk dengan hiruk pikuk kehidupan Kota Jakarta. Setidaknya, selama di Jogja saya masih bisa menikmati perjalanan dengan pemandangan “ijo-ijo”. 

Apalagi, kos dekat UII Jogja menyuguhkan langsung pemandangan Gunung Merapi. Terlepas dia masih aktif atau tiba-tiba bakal erupsi. Tak ayal, teman-teman saya selalu mengeluh jika bermain ke kosan saya di Kaliurang, Sleman.

Kosmu adoh (jauh) cak!” 

Kon lapo seh ngekos cidek Merapi iku? (Kamu kenapa sih ngekos dekat Merapi?” keluh teman-teman saya.

Saya sih nggak terlalu soal, sebab lokasi wisma dekat UII, Jogja itu menurut saya cukup strategis. Saya tidak perlu jauh-jauh mencari laundry atau warung makan murah, karena di sepanjang jalan tersebut sudah tersedia. Bahkan buka sampai malam.

Lokasinya pun tak jauh dari kampus Universtitas Islam Indonesia (UII), yakni sekitar 1 kilometer. Sekitar 1,5 kilometer ke arah Jalan Besi Jangkang, Sleman saja saya sudah bisa olahraga di Lapangan Klidon. 

Minusnya, ya tadi. Wisma ini cukup jauh jika kalian ingin ke Kota Jogja. Misalnya, kalau ingin ke Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya sendiri harus menempuh waktu 20 menit dengan sepeda motor mungil saya. 

Baca Halaman Selanjutnya

Cocok untuk slow living

Kos dekat UII cocok untuk slow living

Kos yang saya pilih di dekat UII, Jogja juga memiki taman yang berisi tumbuhan hias seperti anggrek, sri rezeki, pohon sikas, kamboja, kuping gajah, dan sebagainya. Tanaman itu dirawat langsung oleh pemilik kos sekaligus ibu penjaga wisma. 

Setiap pagi, ibu kos sudah asyik menyirami tanamannya sembari bersenandung membaca sholawat. Setelah menyiram dan memilah daun-daun kering, ibu kos akan memberi makan kucing-kucingnya. 

Total ada lima kucing yang ia miliki, dua berjenis anggora berwarna putih yang tinggal di kandang, dan tiga diantaranya kucing blesteran yang kadang bermain-main di taman. Saya suka bermain dengan kucing putih yang ada di kandang, karena kucing blesteran lebih penakut kalau didekati. 

“Mbak, ibu minta tolong kasih makan kucing-kucing ya karena ibu hari ini nggak pulang. Nginap di rumah bawah,” begitu pesan ibu kos kalau ia sedang pergi.

Kadang-kadang, saya bergantian melaksanakan amanah ibu kos dengan tetangga kos saya. Ia cukup enak diajak kompromi, karena saya sendiri sering pulang malam. Lebih dari itu, ia bukan orang yang resek dan tidak terlalu ingin tahu urusan orang lain.

Suasana itu bikin saya nyaman menikmati hari libur. Entah untuk bersantai menikmati hujan dengan pintu terbuka sambil membaca buku dan menyeduh teh hangat, mendengarkan musik sambil melipat baju, atau mengetik di hadapan laptop dengan jendela terbuka.

Nyaris all in dengan biaya murah

Seperti yang saya katakan sebelumnya. Secara fasilitas, kos yang ada di dekat UII, Jogja memenuhi kebutuhan saya. Mulai dari kasur double size, meja, kaca, lemari baju berukuran besar, rak sepatu, ember hingga penjemur pakaian. Ukuran kamarnya sekitar 3×4 meter dengan kamar mandi dalam yang terpisah dua pintu, untuk ruang ganti atau ruang serba guna. 

Ada juga dapur bersama yang cukup luas, garasi, Wifi, kulkas, ruang tamu, dan tempat jemuran terbuka di lantai atas. Semua itu dipatok dengan harga sewa Rp650 per bulan. Sayangnya, harga itu tidak termasuk listrik. 

“Harga Rp650 include WiFi plus listrik untuk laptop. Kalau bawa kipas angin, rice cooker, dispenser, setrika, nambah ya,” ucap ibu kos.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Berkah Kos Rp200 Ribu di Surabaya, Terlalu Jelek untuk Ditempati tapi Lebih Aman dari Banjir ketimbang Kos Mahal atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version