Hanya Orang Sabar yang Bisa “Kerja” sebagai Petugas Haji untuk Jemaah Indonesia, Hadapi Banyak Hal Tak Terduga

Petugas haji harus siaga menghadapi segala macam situasi. MOJOK.CO

ilustrasi - Kisah perjalanan petugas haji mengabdi di tanah suci. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Tidak mudah menjadi petugas haji. Sebab, harus siap siaga atas banyak situasi, kurang istirahat, bahkan menghadapi karakter jemaah yang bermacam-macam. Namun, menjadi petugas haji bukan semata soal itu.

***

Panggilan hati melayani jemaah haji

Mila Dyah Ulwiyah (29) memiliki keinginan besar membawa ibunya naik haji

Oleh karena itu, sembari mengumpulkan uang, dia kerap kali iseng-iseng mencari informasi di internet tentang jasa keberangkatan haji. Ya sebagai gambaran saja. 

Hingga suatu kali, saat tengah mencari-cari informasi di internet, Mila tanpa sengaja malah menemukan informasi pendaftaran petugas haji tambahan untuk keberangkatan haji Surabaya gelombang II pada Juni 2024 lalu. 

Informasi itu pun Mila sampaikan pada sang ibu. Barangkali ibunya mau untuk mendaftar sebagai petugas haji. Sebab, selain menjadi petugas, sang ibu nanti bisa sekaligus melaksanakan ibadah haji. 

Namun, alih-alih menerima, sang ibu justru menyarankan agar Mila saja yang daftar sebagai petugas haji. Kata sang ibu, mumpung masih muda, fisik Mila juga masih lincah. 

Sementara fisik ibu Mila sudah terbilang tua. Sehingga malah akan terkuras energinya jika menjadi petugas.

“Selain haji, kata ibu, saya kan juga berkesempatan buat memuliakan ibadah lain, yakni melayani jemaah,” ucap Mila kepada Mojok pada Rabu (9/10/2024).

Petugas haji harus siaga di banyak situasi

Atas dorongan dari sang ibu, Mila pun akhirnya mengikuti tahapan seleksi petugas haji tambahan. Syarat dan tahapan seleksinya sebenarnya sama dengan petugas yang terpilih lebih awal. 

Calon petugas harus mengirim berkas dan mengikuti computer based test (CAT). Pertama, di tingkat kabupaten/kota. Kemudian lanjut di tingkat provinsi untuk tes wawancara.

Mila mengaku tak mengalami kendala saat seleksi. Namun, penempatan sektor petugas haji baru diumumkan ketika petugas sampai di Arab Saudi. Dia yang awalnya memilih sektor layanan jemaah haji lanjut usia (lansia) ternyata ditempatkan di sektor konsumsi

Meski begitu, pada praktiknya setiap petugas haji, di sektor apa pun, memang dituntut sigap terhadap banyak hal. Misalnya yang Mila alami sendiri. Walaupun tugas utamanya adalah melayani konsumsi jemaah selama di Tanah Suci, tapi tak jarang ia harus membantu dalam urusan lain seperti mengarahkan saat ada jemaah tersasar.

“Saya merasa bermakna. Rasanya seneng karena bisa membantu orang lain. Kayak orang-orang yang sudah sepuh (tua), biasanya mereka pegang erat banget tangan kami. Seolah-olah merasa aman, saya jadi terharu,” ucap Mila.

Panas-panasan demi tolong jemaah yang kesasar

Mila mengaku ada banyak jemaah kerap tersasar. Padahal, sudah ada ketua rombongan dan beberapa ketua regu yang mengawasi.

Oleh karena itu, dia selalu siaga dengan mengenakan Rompi hitam bertuliskan “Petugas Haji”, meski berada di bawah terik matahari Arab Saudi yang suhunya menyentuh 40 derajat celcius. 

Rompi itu untuk mempermudah jemaah mengenali petugas. Sehingga tak lantas panik ketika terpisah dari rombongan.

Akan tetapi, Mila mewajari. Pasalnya, di tengah lautan manusia yang sama-sama memakai baju ihram, potensi salah masuk rombongan tentu tidak bisa dihindari.

“Misalnya, aku pernah nemuin lansia. Habis keluar dari toilet dia jadi linglung, lupa jalan menuju tendanya,” ucapnya.

Petugas haji dilarang panik

Dalam kondisi seperti itu, tugas utama petugas haji adalah menenangkan jemaah. 

Jika sudah agak tenang, petugas bisa mulai menanyakan, mulai dari nama, kenapa dia bisa tersasar, atau dari kloter haji berapa. 

Setelah tenang, petugas akan melakukan scan melalui aplikasi di ponsel. Aplikasi itu untuk melaporkan identitas jemaah dan posisinya saat ini. 

Petugas haji umumnya tergabung dalam grup besar WhatsApp. Di sana mereka bisa saling membagikan informasi, termasuk terkait jemaah yang tersasar.

Kurang tidur karena bertugas

Pekerjaan di sektor konsumsi terasa lebih padat di hari terakhir ibadah haji. Sebab, keberangkatan pesawat berbeda-beda tiap kloter. Ada yang pulang pukul 01.00 atau 03.00 waktu setempat.

Petugas konsumsi menyiapkan makanan tiga kali sehari, mulai pagi, siang, dan malam. Mereka harus siap dua jam sebelum membagikan konsumsi. 

Biasanya mereka tiba pukul 07.00 waktu setempat. Mereka lalu membagikan sarapan, lanjut mengikuti apel wajib pukul 08.00, dan menyiapkan makan siang hingga makan malam. Petugas haji di bagian konsumsi baru bisa pulang ke hotel usai membagikan makan malam. 

Di sela-sela itu, Mila biasanya mencuri-curi waktu untuk istirahat. Biasanya akan ia gunakan pula untuk menghubungi sang Ibu di rumah. Suara sang ibu sangat mujarab untuk mengusir lelah yang Mila rasakan. 

Macam-macam karakter jemaah haji Indonesia

Menurut Mila, jemaah haji Indonesia sebenarnya termasuk tertib waktu. Miskomunikasi perihal waktu malah sempat terjadi dari panitia sendiri. 

Misalnya yang pernah Mila alami. Jam kumpul jemaah seharusnya pukul 06.00. Namun, jadi molor karena panitia salah memperkirakan waktu keberangkatan.

Memang masih beruntung tidak ketinggalan pesawat. Akan tetapi, mereka waktu persiapan jadi serba mepet dan terburu-buru.

Hanya saja, ada beberapa karakter jemaah haji Indonesia yang membuat Mila tidak habis pikir. Yang paling sering Mila jumpai misalnya soal kebersihan toilet. Dia kerap menemukan popok yang dibuang sembarangan di toilet, tidak di tempat sampah yang disediakan. Terlalu jorok.

Beberapa kali Mila juga harus berhadapan dengan kerewelan jemaah soal konsumsi. Sebenarnya, kata Mila, konsumsi yang disediakan sudah terbilang komplet. Di antara lauknya yakni ikan, telur, ayam goreng, bahkan sesekali juga rendang dan opor.

Namun, ada saja jemaah haji yang minta menu yang tidak ada di dapur. Sehingga, sering kali petugas konsumsi harus kerepotan untuk membuatkan menu masakan yang jemaah pesan.

“Aku berdoa semoga bisa kembali ke sana tiap tahun, syukur kalau sama ibu. Semoga bisa dikasih rezeki yang cukup untuk bisa ke sana terus,” pungkas Mila. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Berkat Haji Muda Umur 24, Mahasiswa UGM Bisa Umrah 5 Kali dan Bantu Mimpi Nenek Tua 

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version