Pertama Kali Makan All You Can Eat (AYCE) Berakhir Kapok: Habis Rp250 Ribu, tapi Pulang dalam Keadaan Malu dan “Tetap Lapar”

all you can eat ayce.MOJOK.CO

Ilustrasi - Pertama Kali Makan All You Can Eat (AYCE) Berakhir Kapok: Habis Rp250 Ribu, tapi Pulang dalam Keadaan Malu dan “Tetap Lapar” (Mojok.co/Ega Fansuri)

Farid sering mendengar istilah “AYCE” berseliweran di media sosial. Mula-mula, dengan lugunya dia mengira itu singkatan nama organisasi internasional macam ASEAN atau WHO. 

Belakangan, Farid baru paham kalau AYCE itu All You Can Eat, restoran dengan konsep makan sepuasnya. Bayarnya sekali, lalu bisa ambil apa saja.

Di TikTok, ia sering melihat orang-orang bergaya bak sultan. Meja penuh daging wagyu, seafood melimpah, sampai dessert warna-warni. 

Dari layar ponsel, semua itu tampak menggiurkan. Namun, bagi Farid yang biasa makan Rp15 ribu sehari, dunia AYCE terasa seperti khayalan.

Selama empat tahun kuliah di Jogja, anak kos asal Tulungagung ini belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di restoran AYCE. 

Hidupnya serba ngirit. Makanan andalannya: nasi ramesan Rp10 ribu yang nasinya ambil sendiri.

“Bahkan aku pernah mendeklarasikan, kalau aku masuk restoran fancy, kayaknya tubuhku bisa demam,” guranya, Rabu (1/10/2025) malam.

Memberanikan diri ke AYCE karena gebetan

Namun, rasa penasaran itu pelan-pelan tumbuh juga. Apalagi setelah ia dekat dengan dengan perempuan teman sekelasnya. Ia menyebutnya “gebetan”.

Memang, mereka sering makan bareng. Namun, biasanya di burjoan atau di warung makan biasa. Tak pernah ada bayangan Farid untuk makan di AYCE.

Namun, suatu malam, tiba-tiba gebetannya itu membahas soal nama-nama resto. Kalau kata Farid, sih, namanya terdengar “jejepangan” gitu.

“Nah, setelah aku cari tahu, ternyata itu nama-nama resto all you can eat,” ujarnya.

Tak cuma membahas. Ternyata gebetannya itu juga mengajak Farid makan di resto AYCE. Jujur saja, dia mengaku ingin menolak. Tapi demi gengsi, ia langsung mengiyakan saja.

“Aku cek, harga paling murah 200 ribu. Itu sih biaya makanku 10 hari.”

Berhari-hari “riset” soal AYCE

Sejak saat itu, Farid sibuk “riset” mengenai cara makan di AYCE. Ya, biar nggak malu-maluin, katanya.

“Kebayang kan, kalau aku ketahuan belum pernah makan di sana,” ujarnya.

Banyak artikel trick and tips di Google dia baca. Di Youtube, Farid juga menonton video-video mukbang agar terbiasa dengan cara makan orang-orang di AYCE.

Dan yang paling banyak, tentunya video-video TikTok yang menyarankan banyak tips sebelum makan di restoran itu.

“Yang paling aku ingat, itu ada VT yang menyarankan buat puasa dulu sebelum makan di AYCE. Katanya biar perut lentur.”

Baru datang sudah merasa terintimidasi

Hari H pun tiba. Farid bersiap layaknya hendak sidang skripsi. Deg-degan nggak karuan. Sepanjang jalan, ia sudah terbayang kekonyolan-kekonyolan apa yang bakal dia perbuat di restoran AYCE.

“Tapi optimis aja lah. Cuma makan, nggak bakal ada kejadian buruk,” kata dia, menepis overthinking-nya.

Singkat cerita, begitu masuk restoran, ia mengaku langsung merasa “terintimidasi”. Bagaimana tidak, di resto AYCE itu dipenuhi pengunjung. Semuanya lihai mengatur api, cekatan mencelupkan dan memanggang daging, dan “makan dengan elegan”.

Sementara dia? Tetap berpose cool, pura-pura sudah terbiasa padahal baru pertama.

Pelayan kemudian menjelaskan aturan main. Seperti bebas ambil menu sepuasnya, tapi waktu makan 90 menit dan tidak boleh menyisakan makanan. Jika ada yang tersisa, kena denda Rp50 ribu per 100 gram. 

“Padahal cuma mau makan ya. Tapi serasa ditodong kontrak perjanjian hidup dan mati.”

Baca halaman selanjutnya…

Bakar daging aja nggak bisa. Malah berakhir boncos.

Salah perhitungan

Ego Farid sedang menggebu-menggebu. Ia merasa bahwa di momen tersebut, harus dirinya yang melayani gebetannya itu.

Makanya, saat sesi ambil makanan AYCE, ia salah perhitungan. Ia menumpuk penuh sosis, chicken wings, dan hingga irisan daging tipis. Sampai “over”.

“Pikirku, kalau nggak banyak, ya rugi,” ujarnya. 

Tapi begitu kembali ke meja, ia sadar kalau dirinya tidak tahu cara memanggang. Sementara egonya mengatakan, bahwa dia bisa mengatasi ketidaktahuannya ini.

Alhasil, daging hasil bakaran pertama malah berakhir gosong. Cipratan mentega dan bumbunya juga belepotan di meja.

“Aslinya itu malu banget. Merasa semua mata mengarah ke mejaku.”

Perut cuma penuh dengan minuman

Kekonyolannya tak sampai di situ. Farid mengambil lima macam bumbu sekaligus: lada hitam, barbeque, teriyaki, bawang, sampai yang pedas level ekstra. Semua ia campur di piring. 

Begitu dicoba, rasanya aneh. Kata dia, “seperti minum obat batuk dicampur kecap.”

Saking nggak enaknya daging yang dia bakar, ia coba mengimbanginya dengan minum es teh dan soda banyak-banyak. Tapi yang ada perutnya malah menjadi begah.

“Sementara aku lihat gebetanku masih anteng saja, tetap menikmati. Kok bisa gitu, dia makan pakai bumbu yang rasanya aneh begini.”

Habis 250 ribu bikin kapok

Waktu terus berjalan. Tapi Farid semakin pasrah karena perutnya sudah penuh. Kira-kira saat waktu masih menyisakan sejam, ia sudah menyerah. 

Perutnya kekenyangan, penuh dengan es teh dan soda. Ia cuma menyicip beberapa potongan kecil daging dan bawang bombay yang masih “layak” dimakan.

Akhirnya, saat waktu makan mereka telah berakhir. Dan, di wadah mereka masih tersisa beberapa gram daging, yang artinya Farid kudu membayar denda Rp50 ribu.

Sekali lagi, karena egonya begitu besar, ia merasa harus dirinya yang membayar full. Nggak ada mekanisme split bill. Sore itu, ia menghabiskan uang Rp250 ribu di AYCE.

Saat pulang, gebetannya itu terus bercerita betapa enaknya makanan tadi. Sementara Farid? Jelas tak bisa menikmati, meski dia cuma bisa pura-pura sepakat.

Sesampainya di kos, yang tersisa cuma penyesalan. Uang Rp250 ribu melayang, tapi perut kembali ke settingan lapar karena selama makan di AYCE tadi cuma kebanyakan minum.

“Sudah malu, nggak menikmati daging, dan nggak kenyang juga. Benar-benar apes,” pungkasnya, mengaku kapok datang lagi ke restoran AYCE.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Pertama Kali Coba Tahu Gimbal Khas Semarang, Dibuat Bingung dan Khawatir karena Pedagangnya yang Suka Iri-irian atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version