Nekat Merantau dari Jogja Cari Kerja di Jakarta, 6 Bulan Kirim 100 Lamaran Begitu Lolos Gedung Kantornya Ambruk

Ilustrasi cari kerja di Jakarta (Mojok.co)

Cari kerja di Jakarta tidak selalu mudah. Sebagian memutuskan berangkat setelah ada kepastian perusahaan yang menerima. Namun, seorang fresh graduate lulusan sebuah PTS di Jogja nekat merantau ke Jakarta sambil cari kerja.

Bagi Diko* (25), bukan nama sebenarnya, bertahan di Jogja bukan jadi pilihannya selepas wisuda pada Maret 2023 silam. Orang tuanya sudah pensiun, adiknya masih kuliah, sementara di Jogja terlalu banyak godaan yang membuatnya sering terlena.

“Ya teman-temanku masih pada belum lulus, belum mikir masa depan, aku takut terbawa. Selain itu, UMR Jogja nggak menjanjikan,” tuturnya kepada Mojok Jumat (23/3/2024).

Ia nekat berangkat cari kerja di Jakarta dengan modal pas-pasan. Orang tuanya masih mengirim sedikit uang, tapi sudah dipotong dari jumlah yang biasa ia dapat selama kuliah di Jogja.

Beruntung, ada teman satu kampung halaman yang mengizinkannya untuk tinggal bersama di sebuah kos paviliun di Tebet. Di sana hanya ada satu kamar. Dua temannya tidur di kamar sementara Diko menggelar kasur tipis di ruang tengah.

Sebenarnya, saat hendak berangkat sudah ada undangan untuk wawancara kerja di Jakarta. Setidaknya, itu sebuah modal awal bagi Fitra.

Namun, setibanya di Jakarta dan melakukan wawancara pada Juni 2023, ternyata ia tidak lolos seleksi wawancara. Tidak ada pilihan lain selain rajin-rajin mengirim lamaran kerja ke berbagai perusahaan.

“Pokoknya aku daftar semua lowongan di LinkedIn sampai JobStreet. Lebih dari 100 lamaran aku kirim,” kenangnya.

100 adalah angka minimal yang ia ingat. Pasalnya, pada pekan tertentu ia pernah buat program pribadi dengan target mengirim 10 lamaran per hari.

Cara bertahan hidup selama cari kerja di Jakarta setengah tahun

Dua teman Diko, datang ke Jakarta beberapa bulan sebelumnya. Mereka berangkat dengan kepastian lantaran sudah ada perusahaan yang menerima. Tinggal bersama dua teman pekerja sementara ia menganggur membawa dinamika tersendiri.

“Satu sisi jadi tertekan banget. Kedua, ya jadi ada dorongan untuk terus berusaha dapat kerjaan,” tuturnya.

Masa itu juga ia gunakan untuk lebih mengenali ibu kota. Belum kerja pun, ia sudah merasakan sensasi berdesak-desakan di KRL.

jakarta.MOJOK.CO
Ilustrasi. Gedung-gedung tinggi di Jakarta (Muhammad Rizki/Unsplash)

Setiap akhir pekan, ia iseng, bergabung dengan sebuah komunitas basket di Menteng. Semua demi meredakan tekanan sekaligus mencari relasi baru. Modalnya, pokoknya berani.

Sebenarnya, sebulan di Jakarta ia sudah dapat pekerjaan lepas sebagai headhunter. Headhunter adalah jasa untuk mencarikan tenaga kerja sesuai kebutuhan perusahaan.

“Baru dapat duit kalau orang yang aku rekomendasi itu benar-benar sesuai dan sampai tekan kontrak. Dan itu susah banget,” curhatnya.

Ia hanya bisa meloloskan satu orang. Jika berhasil, ia dapat komisi sekitar 12 persen dari total gaji pokok orang tersebut selama setahun kerja. Sebenarnya lumayan, namun, sangat tidak pasti.

Baca halaman selanjutnya…

Dapat kerja kantoran pertama, tapi gedungnya ambruk di hari pertama kerja

Dapat kerja kantoran pertama, hari pertama kerja gedungnya ambruk

Ia menjalani masa penuh ketidakpastian lagi, setidaknya hingga Desember. Akhir tahun, akhirnya ia berhasil lolos dapat kerjaan di sebuah agensi baru milik artis ternama. Namun, ada pengalaman unik di hari pertamanya kerja di sana.

“Sial, itu unik banget, kok bisa di hari pertama kerja malah gedungnya mau ambruk,” kelakarnya.

Hari pertama kerja Diko pada Selasa (12/12) memang bertepatan dengan grand launching perusahaan tersebut. Menurut Diko, gedung kantornya yang terletak di Tangerang Selatan seperti memanfaatkan bekas gudang berlantai tiga.

“Mungkin karena saking banyaknya tamu undangan dan media, saat mereka naik ke lantai tiga, tiba-tiba beberapa bagian bangunan ambruk,” jelasnya.

Melansir sejumlah pemberitaan, kejadian itu memang sempat viral. Kondisi kantor itu plafonnya ambruk, beberapa kaca pecah, dan sempat memicu kepanikan di antara pengunjung grand launching. Beruntungnya, kondisi tersebut hanya terjadi di lantai atas.

Sayangnya, nasib sial Diko tidak hanya di hari pertama kerja. Belum genap dua bulan, agensi itu memutus hubungan kerjanya. Sehingga, ia kembali mencari kerja di Jakarta yang lebih menjanjikan. Menjalani hari dengan ketidakpastian.

Sudah disuruh bapak untuk pulang, akhirnya dapat kerja lebih menjanjikan

Momen dipecat dari kantor, membuat bapaknya menghubungi dan menawarinya untuk pulang ke kampung halaman. Mencoba cari kerja dekat dengan rumah.

“Tapi aku masih bilang ingin mencoba. Setidaknya, sampai lebaran 2024 kalau belum dapat aku pulang,” tuturnya.

Namun, sepertinya keberuntungan membuatnya bertahan di Jakarta lebih lama. Sekitar dua minggu selepas pemecatan, Diko mendapat undangan wawancara kerja. Kali ini, prosesnya lebih mudah dan ternyata ia lolos mendapat kontrak satu tahun.

“Akhirnya di Februari 2024 aku dapat kerjaan yang agak pasti,” ujarnya bungah.

Kini, meski masih harus terus berjuang, setidaknya Diko bisa menjalani hari-hari di ibu kota dengan lebih optimistis. Kisahnya, menggambarkan perjuangan fresh graduate dengan tekad cari kerja di Jakarta yang kuat. Tidak mudah, tapi akhirnya ia berhasil mendapatkannya.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Suara Hati Sarjana Kerja di Jakarta Dapat Gaji Setengah UMR, Sering Dibanding-bandingkan dengan Adik Lulusan SMA di Kampung yang Penghasilannya Lebih Besar

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version