Saran orang Surabaya untuk perantau Madura
Lebih. lanjut, Adib selaku Antropolog UNAIR Surabaya memberi saran terkait hal penting yang harus jadi perhatian perantau Madura.
Dari pengamatan Adib, perantau Madura mayoritas bekerja di sektor ekonomi informal. Dari buka warung hingga jadi tukang parkir. Maksudnya, pekerjaan-pekerjaan yang orientasinya tenaga kasar tanpa ijazah sekolah apalagi kuliah.
Menurut Adib, hal tersebut terjadi lantaran permasalahan tingkat pendidikan sebagian besar perantau Madura.
“Pendidikan masyarakat Madura itu terbatas. Maka pekerjaan apa saja mereka lakukan. Terutama pekerjaan fisik seperti buruh pabrik,” ungkap Adib.
“Sejarahnya pada zaman Belanda, mereka (orang Madura) direkrut untuk kerja di pabrik gula,” tambah dosen UNAIR Surabaya itu.
Namun, Adib menilai bahwa orang Madura punya potensi besar untuk bekerja di sektor-sektor formal. Sebab, tidak sedikit kok orang-orang Madura yang sukses di sektor tersebut. Misalnya yang paling kentara adalah sosok Mahfud MD.
Bahwa orang Madura adalah orang-orang tangguh dalam memperjuangkan kesejahteraan hidup memang iya. Sebab, dari sektor apapun akan mereka sulap jadi sumber uang. Namun, bagi Adib, akan potensi orang Madura (dan suku manapun) akan semakin berkembang jika memberi perhatian secara khusus terhadap sektor pendidikan.
Oleh karena itu, kesadaran akan pendidikan harus ditingkatkan. Tidak hanya bagi orang Madura saja, tapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia.
“Tingkatkan pendidikan. Utamakan pendidikan, membongkar kultur informal. Merantaulah dengan skill, tidak hanya sebagai tenaga kasar,” tegas Adib.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Kos di Surabaya Mengerikan, Maling Motor “Dipersilakan” Nyolong Begitu Saja
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News