Apesnya Warung Madura Lawan Tukang Kutil di Jogja, Punya Golok Tetep Enggak Ngaruh

Warung Madura di Jogja Adalah Penolong Musafir di Tengah Malam, Zalim Jika Dilarang Buka 24 Jam Demi "Menyelamatkan" Toko Ritel Modern.mojok.co

Ilustrasi Warung Madura di Jogja Adalah Penolong Musafir di Tengah Malam, Zalim Jika Dilarang Buka 24 Jam Demi "Menyelamatkan" Toko Ritel Modern (Mojok.co)

Banyak penjaga Warung Madura di Kota Jogja yang sudah punya banyak persiapan buat menghadapi para pencuri. Sayangnya mereka kerap kecolongan. Sekawanan tukang ngutil barang dagangan itu nyatanya lebih tangkas dan trengginas saat melakukan aksinya.

Ansori (39) sebenarnya menyimpan sebilah golok di balik kasur lantainya. Jaga-jaga kalau sewaktu-waktu ada preman bikin onar di warungnya. Entah malak, ngerampok, dan sebangsanya.

Sebagai penjaga Warung Madura di Kota Jogja yang buka 24 jam, risiko kerampokan selalu susah buat ia hindari. Salah seorang rekan sejawatnya, Suyitno (24), yang menjaga Warung Madura di wilayah Tamantirto, pernah merasakan kejadian tak mengenakan itu.

Ceritanya pada 2022 lalu, setahun setelah Ansori pertama merantau ke Jogja, ia dapat kabar kalau sekawanan orang merampok warung yang Suyitno jaga. Duit warung sejumlah Rp1,3 juta raib. Rampok juga menggondol sebuah sepeda motor milik rekannya itu.

Ekstremnya lagi, perampok tadi juga membawa senjata api dan menodongkannya ke arah Suyitno. Kudu kita akui, orang Madura sejak lama sudah terkenal wani mati, atos, pemberani. Namun, di hadapan senjata api jelas tak ada pilihan lain kecuali menyerahkan barang-barang yang perampok minta. Suyitno pun demikian.

Akhirnya, mengetahui menjaga warung 24 jam punya risiko yang amat besar, Ansori memutuskan membekali dirinya dengan sebilah golok. Sayangnya, persiapannya itu sia-sia. Kejahatan nyatanya tak datang dari perampok yang ngajak duel, melainkan sekawanan tukang kutil yang diam-diam mencuri.

Menggondol berdus-dus barang dagangan Warung Madura

Saat saya menemui Ansori di warungnya yang berada di Jalan Anggajaya 1, tepat di depan Terminal Condongcatur, ia langsung menunjukkan sebuah CCTV yang terpasang di sudut kanan ruko.

“Nah, kalau ada orang yang nyuri, semua kelihatan dari situ, Mas,” terangnya, Selasa (27/2/2024) malam.

Warung Madura tempat Ansori bekerja di Jalan Anggajaya 1, tepat di depan Terminal Condongcatur (Effendi/Mojok.co)

Ruko yang ia tempati memang tak terlalu luas, sekitar 3×4 meter, ukuran standard Warung Madura di Kota Jogja. Sehingga, satu buah CCTV saja sudah cukup buat meng-cover seluruh sudut warungnya. Gerak-gerik para pembeli pun bisa terpantau.

Sayangnya, aksi mengutil dari para pembelinya sering tak ia sadari. Biasanya ia baru menyadarinya saat menghitung penghasilan harian.

“Jadi pas lagi ngitung kok merasa ada yang kurang. Pas mutusin liat CCTV ternyata benar, malam hari ada yang mengutil,” kata penjaga Warung Madura ini, mengisahkan kejadian pahit yang sering ia alami.

Jangan kalian pikir kalau barang yang dikutil hanyalah sebotol, dua botol, atau printilan snack saja. Kata Ansori, biasanya si maling ini tak tanggung-tanggung menggondol berdus-dus barang dagangannya. Kerugian yang lumayan besar pun tak terhindarkan lagi.

“Kalau malam ‘kan hanya satu orang yang jaga, istri saya tidur. Jadi ya mudah saja mencurinya.”

Modus beli bensin dan bikin pegawai sibuk

Bukan bermaksud mau belajar ngutil, tapi saya penasaran saja dengan cara-cara maling ini menggondol barang-barang di Warung Madura ini. Ansori pun mengaku, dia sebenarnya sudah hafal betul dengan modus-modus para pencuri. Menurutnya, ada dua modus yang paling sering mereka jalankan.

Pertama, adalah berpura-pura membeli bensin. “Yang datang itu beberapa motor, yang beli bensin satu orang. Kalau lagi lengah pas diajak ngobrol, itu mereka udah ada yang bawa kabur satu atau dua dus minuman,” jelasnya.

Sementara modus kedua adalah dengan membuat Ansori sibuk. Paling sering kawanan pencuri ini bakal tanya-tanya barang yang sekiranya tidak ada. “Ketika lagi lengah itu barang-barang kena gasak.”

Kendati sudah hafal dengan cara-cara culas pencuri ini, anehnya ia tetap saja bisa kecolongan. Ia pun mengakui kecerobohannya itu, yang tidak hanya sekali atau dua kali terjadi, tapi sering.

Kata Ansori, para pencuri ini terlihat sudah merencanakan aksinya secara matang. Mungkin sudah survei lokasi sejak jauh-jauh hari.

Ansori mengaku kalau modus beli bensin paling sering maling pakai buat mengalihkan perhatian (Effendi/Mojok.co)

“Sama faktor kalau malam kadang sudah lelah, jadi mudah fokus sedikit hilang, Mas,” jelas penjaga Warung Madura asal Situbondo ini.

Baca halaman berikutnya…

Penjual dermawan. Pembeli minta aja bakal dikasih, tak perlu maling…

Padahal, kalau minta aja bakal dikasih

Obrolan kami sempat terjeda ketika ada banyak pembeli datang. Rombongan siswa-siswi study tour yang saya duga dari luar Kota Jogja menyerbu warung Ansori.

Kalau saya perhatikan, Ansori ini tipikal pedagang yang tidak ribet–saya belum nemu pengganti kata “dermawan” dalam konteks ini.

Bagaimana tidak, harga yang ia patok rata-rata lebih miring ketimbang Warung Madura lain. Bahkan, kalau uang kalian kurang pun, Ansori dengan senang hati bakal ngasih “diskon dadakan”.

Banyak orang datang membawa uang kurang, baik seribu atau dua ribu. Ansori seringnya mengikhlaskannya saja. Bahkan para pembeli yang sudah ia kenal–atau jadi langganan Warung Maduranya–kerap disuruh bayar di lain waktu kalau sedang tak ada uang kembalian. 

“Saya enggak mau nyatet, biar mereka sendiri yang inisiatif lunasin kalau ada utang,” ujarnya.

Kepada saya, Ansori juga mengaku kalau, tak sedikit orang kehabisan bensin yang sudah dia bantu. “Biasanya malam-malam jam satu atau jam dua kehabisan bensin, ngaku sedang tak bawa uang, tapi tetep tak layani,” akunya. “Ngakunya mau balik lagi ambil uang tapi nyatanya enggak balik. Yaudah lah biarin aja itung-itung nolong orang.”

Ia sadar kalau aksinya itu tak sehat buat bisnis. Apalagi status dia hanyalah pegawai, bukan pemilik warung. Gajinya per bulan pun juga tergantung keuntungan yang mereka peroleh tiap harinya. Tapi, katanya, kalau urusan tolong menolong itu harus nomor satu.

Makanya, saya sering heran mengapa ada saja orang jahat yang ngutil di warungnya. “Padahal kalau jujur aja enggak punya uang, tetep tak kasih kok,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Cerita Mahasiswa UM Malang Nyaris Gagal Nikah Gara-gara Wisuda Mundur Hampir Setahun, Ada yang Rugi Jutaan Rupiah

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version