Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kisah Penjual Kerajinan dan Mainan Tradisional di Malioboro, Pilih Berdagang di Depan Tempo Gelato karena Kebaikan “Bos Prancis”

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
3 Desember 2024
A A
Kisah Penjual Kerajinan dan Mainan Tradisional di Malioboro, Pilih Berdagang di Depan Tempo Gelato. MOJOK.CO

ilustrasi - jalan malioboro yang sepi pedagang. (Ega Fansuri/Mojok.co).

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Selain dua kota besar tadi, Purwanto juga pernah ke Cirebon, Tegal, Gunung Kidul, dan Wanasari. Lagi-lagi untuk bertaruh hidup dengan berdagang.

Saat usianya belum senja, Purwanto masih bisa berjalan keliling sambil mendorong gerobaknya. Namun, karena sudah tua Purwanto hanya bisa menjual barang yang tidak banyak menguras energi. 

Hingga akhirnya dia menjadi pedagang di Malioboro. Lalu, menjual mainan tradisional atau kerajinan. Selain tidak terlalu jauh dari rumahnya, dia juga sudah berkeluarga. 

Pedagang Malioboro di Jogja bertahan hidup demi keluarga

Setiap satu minggu sekali dia akan pulang ke Gunung Kidul untuk menemui keluarganya, yakni istri, dan dua orang anaknya. Namun, di masa pandemi Covid kemarin, Purwanto harus kehilangan salah satu orang anaknya.

“Anak saya itu meninggal, tapi bukan karena Covid,” ujar Purwanto, tak menceritakan alasannya lebih jauh.

Pedagang yang jualan di depan Tempo Gelato. MOJOK.CO
Pedagang yang mulanya berjualan di Malioboro. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Dari anaknya yang sudah meninggal itu, Purwanto memiliki dua orang cucu. Istrinya yang tidak bekerja, dengan sabar merawat salah satu cucunya itu sejak kecil. Saat ini, dia sudah kelas dua SMA.

Sementara, cucunya yang satu lagi tinggal bersama besannya dan sudah lulus kuliah. Jika ditotal, Purwanto punya empat cucu. Dua lainnya masih TK dan SMP. Keluarga kecilnya itu membuat Purwanto semangat untuk bertahan hidup.

Bangga dengan cucunya yang bisa kuliah 

Salah satu cucu Purwanto adalah lulusan di salah satu kampus di Malang. Meskipun tidak merawatnya secara langsung, Purwanto nampak senang menceritakan cucunya yang bisa meraih gelar sarjana. 

“Baru satu bulan kemarin dia lulus, sekarang lagi cari-cari kerja. Kadang-kadang kalau ada rezeki ya saya kirimi (uang) sedikit-sedikit,” ucapnya sembari tersenyum.

Purwanto merasa bangga, karena dia sendiri tidak punya kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi. Boro-boro kuliah, untuk makan saja, ayah dan ibunya yang seorang petani harus banting tulang.

“Orang tua saya cuman bertani, nggak ada sampingan apa-apa. Makanya makan beras kalau lagi panen saja, itupun setahun sekali,” kata dia.

“Kalau nggak panen ya makan tiwul (makanan yang terbuat dari singkong) ambil dari pohon, buat satu keluarga. Lauknya cuman sayur-sayuran, nggak ada ikan-ikanan,” lanjutnya.

Kondisi itu membuat Purwanto harus putus sekolah sejak SD karena orang tuanya tidak ada biaya. Meskipun di lubuk hatinya dia masih ingin belajar.

Iklan

Purwanto bercerita, meskipun jarak dari rumah dan sekolahnya cukup jauh, dia rela berangkat sejak pagi buta. Di zamannya saat itu, dia tidak perlu menggunakan seragam. Dia merasa beruntung karena tidak perlu membelinya.

“Dulu bahkan belum ada buku tulis, saya pakai sabak,” ucapnya. Kesederhanaan itu membuatnya kuat menjalani hidup.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kisah Para PKL dari Minang di Malioboro, Sejak 1970 Merintis Usaha sampai Beranak Cucu di Jogja

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 3 Desember 2024 oleh

Tags: kisah inspiratifkuliner di jogjapedagang malioborotempat wisata di jogjatempo gelato jogja
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO
Ragam

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
berburu sate koyor di Pasar Ngasem Jogja. MOJOK.CO
Catatan

Pertama Kali Makan Sate Koyor di Pasar Ngasem Berujung Menyesal, Mood Jadi Berantakan karena FOMO

11 Agustus 2025
Alasan Warga Lokal Jogja Malas Jajan Tempo Gelato yang Digandrungi Banyak Wisatawan Mojok.co
Pojokan

Alasan Warga Lokal Jogja Malas Jajan Tempo Gelato yang Digandrungi Banyak Wisatawan

30 Juli 2025
Konferensi pers InJourney di Prambanan, Jogja. MOJOK.CO
Aktual

Life Hack Liburan ke Candi dengan Budget Murah dan Nggak Bikin Kamu Bosan

22 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.