Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

One Stop Football, Acara Bola Legend Andalan Milenial Sebelum Demam JustTalk Melanda

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
8 Januari 2025
A A
One Stop Football, Acara bola.MOJOK.CO

Ilustrasi - One Stop Football, Acara Bola Legend Andalan Milenial Sebelum Demam JustTalk Melanda (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pada medio 2010-an, di tengah terbatasnya akses informasi, One Stop Football jadi oase bagi para penggila sepak bola. Acara bola di TV ini adalah ladang informasi dan sumber pengetahuan yang bikin penonton nyesek jika terlewat satu episode saja.

***

Kalau mundur 10 atau 15 tahun ke belakang, jangan mengira akses informasi mengenai sepak bola bisa semudah sekarang. Instagram, barangkali belum dikenal luas. Tiktok apalagi, muncul saja belum. Sementara Youtube, yang hari ini melahirkan banyak pandit bola online, belum begitu banyak diakses. 

Jangankan menyaksikan analisis atau debat antarpengamat, buat nonton highlight pertandingan semalam saja susahnya minta ampun. Oleh karena itu, acara TV yang menayangkan cuplikan, ulasan, maupun cerita dari dunia sepak bola, seperti menjadi oase. 

Misalnya, Kabar Arena di TVOne, Lensa Olahraga di ANTV, serta Trans 7 punya triumvirat andalan pecinta bola: Sport 7, Galeri Sepak bola Indonesia, dan tentunya One Stop Football.

Sialnya, saya hidup di generasi itu. Tiap Minggu siang, setelah waktu Dzuhur, saya sudah harus duduk anteng di depan TV. Pukul 13.00 WIB, Galeri Sepak Bola Indonesia mengudara. Setengah jam setelahnya, acara yang ditunggu-tunggu tayang: One Stop Football.

One Stop Football.MOJOK.CO
Logo One Stop Football (sumber gambar: laman resmi Trans 7)

Jangan tanya mengapa generasi kami amat menanti acara ini. Sebab, jika terlewat satu episode saja, saya bakal ketinggalan informasi sepak bola sepekan ke belakang.

Acara TV yang mengenalkan pada magisnya Messi dan cantiknya Tiki-Taka

Bagi Yulida (30), One Stop Football bukan sekadar tontotan. Ia juga lebih dari sekadar acara TV yang menyemarakan akhir pekan. 

Bagi generasi milenial yang sumber hiburannya didominasi oleh TV, One Stop Football adalah gerbang yang membawanya mencintai sepak bola.

“Aku dulu fans MU,” kata ayah satu anak ini saat Mojok hubungi Selasa (7/1/2025) malam.

“Tapi gara-gara nonton cuplikan pertandingan Barcelona di One Stop Football aku jadi muntir. Di sana juga ditayangin latarbelakang permainan indah Tiki-Taka mereka, ada Messi dan Pep. Sejak saat itu aku suka Barca, sampai sekarang,” imbuh.

Messi, sepakbola, acara bola.MOJOK.CO
Messi merayakan gol di Final Liga Champions 2011/2012 vs MU (sumber: GOAL)

Sebelum menjadi decul–kata ganti “olok-olok” buat fans Barca hari ini–Yulida tak terlalu suka bola. Nonton pertandingan amat jarang. Bahkan, deklarasi sebagai fans MU pun dia lakukan cuma karena saat itu Setan Merah lagi jago-jagonya. Jadi, ketika di tongkrongan, setidaknya dia aman dari bullyan kawan-kawannya.

Tapi gara-gara ada ulasan Barcelona di One Stop Football, dia makin yakin kalau ada tim lebih jago ketimbang MU. Apalagi, yang dia ingat waktu itu, acara TV Trans 7 itu juga menyajikan sisi lain Messi. Bagaimana masa kecilnya, diagnosis kesehatan yang bikin El Pulga nggak bisa tinggi, sampai akhirnya meraih gelar UCL bersama Barcelona pada 2011 (2009 juga juara UCL, tapi Yulida masih fans MU).

“Kalau di siang hari itu aku nggak nyaksiin One Stop Football, mungkin aku sekarang struck nggak ngikutin bola. Atau malah menjadi pesakitan karena masih fans MU. Hahaha,” guranya.

Iklan

Host-nya nyetel, lagu-lagunya memorable

Selain soal informasi yang disajikan, ada sisi lain yang bikin One Stop Football begitu diingat. Ya, karena pembawa acara dan lagu-lagu pengisi (backsound) yang amat memorable.

Hal ini, salah satunya, diakui oleh Agus (29). Dia merupakan fans AC Milan yang masa mudanya ditemani oleh acara Trans 7 tersebut.

“Dulu di Indosiar ada yang namanya Highlight Serie A. Kurang lebih sama kayak One Stop Football, ada cuplikan, ulasan, malah ada juga peringkat gol terbaik selama semusim. Namanya top goal Serie A,” kata Agus, bercerita kepada Mojok.

“Tapi kayaknya 2010 itu acara udah bungkus. Nggak tayang lagi. Makanya fans Milan kayak saya beralih ke One Stop Football.”

Bagi Agus, ada yang membedakan One Stop Football dengan acara serupa di channel TV lain. Bahkan, kalau mau dibilang, bikin acara ini terlihat lebih menarik.

Pertama adalah host-nya. One Stop Football sendiri identik dengan beberapa host perempuan. Yang paling melekat adalah Terry Putri dan Deasy Noviyanti.

Deasy Noviyanti, sepakbola, one stop football.MOJOK.CO
Foto pamitan Deasy Noviyanti bersama crew One Stop Football (sumber: X resmi @deasynoviyanti)

“Bukan bermaksud gimana-gimana. Tapi takjub aja ya lihat perempuan luwes banget ngomongin bola. Artinya secara nggak langsung, itu nunjukin kalau bola emang buat semua kalangan,” jelasnya.

Sementara yang kedua adalah karena lagu-lagunya. Bagi Agus, tak dimungkiri kalau backsound dalam One Stop Football amat memorable. Tiap segmen punya lagu khusus. 

Misalya, “Viva La Vida” Coldplay atau “Everybody’s Changing” Keane saat ngomongin story pemain. “Two Princes” dari Spin Doctor saat masuk segmen News Flash, dan “Gym Class Heroes” saat highlight pertandingan.

“Jujur aja, saking memorable-nya, kalau sekarang dengar lagu ‘Two Princes’ ingatnya berita bursa Transfer di One Stop Football. Hahaha.”

Ketinggalan One Stop Football satu episode saja bikin nangis

Bagi generasi seperti Agus, informasi seputar sepak bola sangat mahal. Makanya, kehadiran One Stop Football sangat dinanti karena menyajikan konten bola dalam bentuk video secara gratis. Bahkan, untuk masa itu, kemasan One Stop Football bisa dibilang melampaui zamannya.

Beda dengan sekarang. Dulu, tak banyak acara TV mampu menyajikan informasi seputar sepak bola dengan amat komprehensif melalui video yang menarik. One Stop Football berhasil melakukannya.

Makanya, tak heran kalau pada 2012 lalu mereka meraih penghargaan di Panasonic Gobel Awards untuk kategori Jurnal Berita Olahraga.

Saking tak mau melewatkannya, Agus sendiri mengaku pernah menangis gara-gara ketinggalan satu episode One Stop Football. Dia bercerita, saat itu Milan sedang perburuan gelar juara Serie 2011/2012 dengan Juventus.

Tim jagoannya itu sedang gacor-gacornya. Zlatan Ibrahimovic, sang striker, masih bertengger di jajaran atas top skor. Pemain antah-berantah seperti Antonio Nocerino, nggak tahu kenapa juga lagi rajin nyekor.

“Siangnya, aku niatin buat lihat highlight sama ulasannya karena malam harinya aku kelewatan nonton dan sama sekali belum tahu hasilnya. Tapi siangnya aku nggak nonton karena mati lampu,” jelasnya, nyesek.

“Belakangan aku dikasih tahu temen kalau Milan gagal menang gara-gara gol Sulley Muntari dianulir. Padahal udah masuk. Akhirnya tiga penyesalan: nggak nonton One Stop Football, Milan gagal menang, dan gol hantu yang aku nggak tahu itu tayangannya seperti apa. Nangis kejer rasanya.”

Gen Z tak tahu One Stop Football

Kini, One Stop Football tinggal nama. Seiring dengan makin banyaknya konten serupa Youtube, membuat acara ini tak laku lagi. 

Memang mereka mempunya akun resmi Instagram dan Youtube. Namun, isi kontennya tak sama lagi. Tak seperti One Stop Football yang saya kenal dulu.

Saya juga bertanya kepada beberapa Gen Z. Apakah mereka tahu tentang acara bola legend itu? Hampir ke semuanya menjawab “tidak”. Mereka lebih familiar dengan konten JustTalk atau Geromball. Namun, bagi saya, Yulida, Agus, atau milenial lain, One Stop Football tetap di hati.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2025 oleh

Tags: acara bolaacara sepak bolaone stop footballosfSepak Bolatayangan olahragaTrans 7
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Aksi Joyce Beatricia Adana Putri Bintang, pemain tengah tim KU 10 SDN Cemara Dua di ajang MilkLife Soccer Challenge Solo Seri 1 2025 yang berlangsung di Lapangan Kota Barat, Sabtu (1/11) MOJOK.CO
Olah Raga

1.736 Siswi dari 92 Sekolah di Solo Raya Ikuti MilkLife Soccer Challenge Seri 1

1 November 2025
Etika santri di pondok pesantren bukan pengkultusan pada kiai MOJOK.CO
Ragam

Dari Sungkem hingga Minum Bekas Kiai, Dasar Etika Para Santri di Pondok Pesantren yang Dituding Perbudakan

14 Oktober 2025
Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, Lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali
Pojokan

Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali

27 Juni 2025
SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola MOJOK.CO
Ragam

SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola

23 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.