Pengalaman pertama naik lift di mal hingga gedung-gedung tinggi bagi sebagian orang terasa menengangkan. Apalagi orang desa yang takut dicap kampungan. Sampai berhenti sejenak buka Google sebelum naik lift di RS JIH Jogja untuk cari tahu caranya.
Sebagai orang desa, saya terkadang maklum saat melihat foto-foto viral orang sampai gelar tikar di mal. Atau, orang yang tampak ketakutan naik eskalator. Meski tidak pernah sepanik dan sebingung itu, rasa khawatir pada pengalaman pertama pernah saya rasakan.
Namun, narasumber Mojok, Dimas* (26), mengaku punya pengalaman unik saat hendak pertama kali naik lift. Pengalaman itu ia dapati di Jogja International Hospital (JIH).
“Jangan pakai nama asliku. Malu,” kelakarnya kepada Mojok Jumat (15/3/2024).
Sebenarnya ia lupa, apakah pengalaman yang ia alami pada 2016 silam itu adalah momen pertama kali naik lift atau bukan. Satu hal yang jelas, saat itu lah untuk pertama kalinya ia harus naik alat pengangkat orang atau tangga seorang diri.
Di Jogja, ia perantau yang datang untuk sekolah. Lelaki asal desa ini terpaksa datang ke rumah sakit yang cukup mewah itu karena ingin menjenguk gebetannya yang sedang operasi usus buntu. Gadis pujaan hatinya itu memang datang dari kalangan berada. Agak kontras dengan Dimas. Namun, demi cinta, ia harus melawan sekat pembatas dan kepanikan saat hendak naik lift.
“Dia mengirim pesan, kamarnya ada di lantai tiga. Naik lift supaya cepat,” kenangnya.
Sepanjang jalan, ia agak panik. Sebenarnya dari film-film ia tahu bahwa tombol lift itu tidak banyak. Hanya naik, turun, dan tombol-tombol penanda lantai. Namun, ia mengaku tetap bingung.
Takut malu bingung naik lift sampai buka Google dahulu
Begitu sampai di parkiran RS JIH Jogja, ia berhenti sejenak. Membuka Google dan mencari gambar tombol lift supaya familiar. Selepas itu, ia mengetikkan kata kunci “cara naik lift”.
“Padahal sederhana tapi takut bingung kelihatan bingung pas ada banyak orang banyak,” ujarnya terbahak.
Apalagi, andaikan lancar menaiki lift, ia harus menghadapi ketegangan lain. Satu ruangan dengan orang tua dan keluarga gadis pujaan hatinya.
“Aku menjenguk sendirian. Memang agak panik situasinya,” katanya.
Beruntung saja, ternyata, saat hendak masuk lift ada satu orang lain yang juga menunggu pintu terbuka. Ia pura-pura sibuk memegang ponselnya. Lalu mengekor orang itu masuk dan memerhatikan caranya menekan tombol.
“Setelah masuk, pokoknya klik tombol lantai tiga. Terus kami terdiam karena pintu tidak segera tertutup. Ternyata pintu menutup lift belum dipencet, orang itu yang menekan tombol akhirnya,” kenangnya.
Begitu saja, ternyata tidak terlalu menakutkan seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Keringat justru mengucur saat ia ada di ruangan tempat gadis itu dirawat.
“Lebih panik hadap-hadapan sama orang tua gebetanku ternyata,” kelakarnya.
Trauma karena film-film
Nyatanya, kekhawatiran semacam itu tidak hanya Dimas rasakan. Di Google, banyak artikel yang menjelaskan cara naik lift. Artinya, banyak yang mencari.
Selain soal cara, memang ada orang yang takut menaikinya. Apalagi, di film-film, lift sering jadi latar adegan tragis.
Ketakutan itu salah satunya dirasakan oleh Dini (23). Perempuan asal Jambi ini ingat betul pengalaman pertama berhadapan dengan lift di sebuah rumah sakit di kotanya. Kala itu ia masih SMP, hendak naik ke lantai atas.
“Aku malah takut. Diam. Akhirnya milih naik tangga,” kenangnya.
Hal itu ternyata keterusan sampai ia kuliah di Jogja. Sering ia ditertawakan teman-temannya karena takut naik lift dan memilih naik tangga.
“Ketakutan ini salah satunya gara-gara film. Kan banyak adegan talinya putus atau lift macet. Kebayang terus. Kadang malu sih,” tuturnya.
Sampai sekarang rasa takut itu masih menggelayuti pikiran Dini. Namun, ia belajar menikmatinya tanpa rasa khawatir ditertawakan temannya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Mahasiswa ITS Lulus Sarjana Jelang Drop Out, Sidang Skripsi Kaget Ketemu Teman yang Sudah Jadi Dosen
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News