RX King Bising Itu Wajar, Ada Kenikmatan yang Tak Dipahami Banyak Orang

Motor Yamaha RX King Tak Cuma Tentang Suara Bising MOJOK.CO

Ilustrasi - Motor Yamaha RX King tak cuma tentang suara bising. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Jambore Daerah (Jamda) IV YRKI (Yamaha RX King) di Jogja menyisakan komentar-komentar miring dari warganet. Ratusan pengendara RX King dari berbagai klub dan daerah yang memadati jalanan Kaliurang, Sleman, dan sekitarnya dianggap sangat mengganggu. Baik karena kebisingan suaranya, kepulan asapnya, maupun kemacetan akibat banyaknya pengendara motor Yamaha RX King yang tumpah-ruah di jalanan.

***

Jambore Daerah (Jamda) sendiri merupakan event dua tahunan bagi komunitas, klub, atau para pecinta motor Yamaha RX King. Menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh mereka.

Sebab, untuk menuju lokasi Jamda, bagi mereka yang berasal dari luar daerah event, akhirnya bisa merasakan sensasi touring ramai-ramai, menggeber motor di sepanjang jalan menuju lokasi.

Jamda juga bisa menjadi momen pertemuan para pecinta motor Yamaha RX King dari berbagai daerah: menjadi ajang untuk menyambung seduluran secara luas. Sehingga, jika kelak sedang dalam perjalanan ke luar kota, ada sedulur yang bisa di-jujuk. Dan sekian keseruan lain yang tentu hanya bisa dirasakan oleh para pecinta motor Yamaha RX King.

Tahun 2024 ini, Jamda berlangsung dua hari pada Sabtu (9/11/2024) hingga Minggu (10/11/2024) di Lapangan Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tumbuh di kampung pecinta motor Yamaha RX King

Di tengah hiruk-pikuk jalanan Kaliurang, Sleman, saya bertemu dengan Rudi (21), salah satu peserta Jamda. Asalnya sama dengan saya: Rembang, Jawa Tengah. Alhasil, kami bisa langsung akrab.

Sebelumnya, Rudi berangkat dari Rembang ke Jogja untuk mengikuti Jamda pada Jumat (8/11/2024) malam. Dia yang kini sehari-hari bekerja sebagai sopir travel bahkan sengaja meliburkan diri khusus untuk datang ke event tersebut.

Minggu (10/11/2024) adalah arus balik kepulangan ratusan pecinta motor Yamaha RX King ke daerah asal masing-masing. Karena kondisi jalanan yang macet dan juga hujan, Rudi bersama rombongannya berpasang-pasangan empat motor memilih berteduh dan istirahat di Akademi Bahagia.

“Saya mulai tertarik touring-touring RX King itu sejak 2016. Itu kelas 3 SMP,” ungkap Rudi.

Rudi akhirnya menjadi satu dari sekian anak-anak muda desanya di Rembang yang jatuh hati pada motor klasik tersebut. Bagaimana tidak, di lingkungannya, para lelakinya sejak dulu rata-rata pengendara Yamaha RX King.

Mungkin tidak untuk touring. Tapi terlihat gagah saja jika lelaki mengendarai motor klasik itu. Alhasil, anak-anak muda seperti Rudi pun turut terpikat dengan motor yang sampai dibuatkan lagu oleh pedangdut legendaris, Sodiq Monata, tersebut.

“Kalau kenapa seneng touring-nya, itu awalnya waktu coba-coba ikut temen-temen. Ternyata seru. Ketemu sesama pengguna RX King di jalan itu rasanya guyub, solid,” kata Rudi.

Saling bantu antarpengguna motor Yamaha RX King

Sejak 2016 hingga sekarang, Rudi terbilang sering mengikuti kegiatan para pecinta motor Yamaha RX King di luar Rembang. Hanya saja lingkup Rudi masih belum jauh. Dia masih “main” di sekitaran Rembang saja, seperti Pati, Kudus, Demak, Semarang, dan paling jauh Jogja.

“Kalau tanya penilaian saya, seru saja, Mas, touring bareng-bareng. Tapi memang, sesama pecinta RX King itu rasa sedeluruan-nya kuat,” tutur Rudi.

Rudi mencontohkan dari apa yang pernah dia sendiri alami selama mengikuti beberapa touring motor Yamaha RX King. Pernah suatu ketika, motornya mogok di jalan.

Rudi pun langsung mengirim info ke grup Facebook komunitas RX King setempat: mengabarkan bahwa dia butuh pertolongan. Tak butuh waktu lama, respons pun bermunculan. Meminta Rudi mengirim titik lokasi. Tak lama kemudian, bantuan pun datang.

Pada dasarnya, Rudi tak mau “merepotkan”. Oleh karena itu, dia ingin membayar jasa dari penolongnya itu. Namun, bayaran itu ditolak. Sebab, kata si penolong, sesama pecinta motor Yamaha RX King adalah sedulur. Jadi saling tolong itu sudah keharusan.

“Bahkan ada juga yang kalau kita ke suatu daerah dalam rangka main-main, ya dipersilakan buat istirahat di rumahnya, dikasih makan,” lanjut Rudi.

Sisi itu, karena tidak dirasakan oleh orang-orang non-pecinta RX King, akhirnya menganggap bahwa komunitas-komunitas RX King adalah komunitas tak jelas.

Ketika pasangan ketagihan menyusuri jalanan

Minggu itu, saat beristirahat di Akademi Bahagia, Rudi dan rombongannya memang berpasang-pasangan: laki-laki dan perempuan.

Saya penasaran, bagaimana cara Rudi membuat pasangannya akhirnya juga jatuh hati pada motor Yamaha RX King yang, sejak Jamda di Sleman, Jogja, mendapat cap miring oleh warganet.

“Saya nggak banyak menjelaskan. Saya ajak saja awalnya. Setelahnya, ya merasakan sendiri seru dan guyubnya di jalanan,” ungkap Rudi.

Alhasil, tiap ada momen-momen touring ke luar daerah, pasangan Rudi kerap kali ikut menemani. Tentu sepanjang bisa mengambil libur kerja.

Minggu malam itu juga, Rudi dan rombongannya langsung tancap gas kembali ke Rembang. Ada sekitar 50 rombongan lain yang akhirnya mereka temui sejak masuk Sragen, sama-sama menuju arah Pati-Rembang. Perjalanan pulang yang terasa aman meski jalur Purwodadi ke Pati-Rembang banyak gelapnya.

Bising itu wajar

Senin, (11/11/2024) pagi, saya sedang dalam perjalanan ke daerah Turi, Sleman. Dari Akademi Bahagia, saya memang sengaja tak langsung menuju kantor.

Tiba-tiba ponsel saya berdering. Ada perintah saya harus ikut rapat daring detik itu juga. Maka, saya bawa motor saya menepi: di sebuah warung kopi yang masih tutup. Di sana ada tiga pengendara Yamaha RX King sedang ngobrol sambil sebat-sebat.

“Ini mau perjalanan balik ke Sragen. Setelah Jamda, sengaja nginep dulu di kanca-kanca RX King Sleman. Baru mau balik siang ini, ini rada gerimis, jadi berhenti dulu,” ujar Sabari (40) saat saya hampiri usai rapat daring saya berakhir.

Sejak Minggu malam sebelumnya, sesaat setelah berakhirnya Jamda, Sabari memang sudah memantau komentar-komentar di unggahan beberapa akun Instagram komunitas RX King. Mayoritas warganet meresahkan bisingnya suara motor tersebut. Apalagi banyak pula yang sengaja geber-geber di jalanan.

“Namanya RX King, ya memang begini suaranya. Wajar. Itu lah salah satu kepuasan para pengendara RX King (mendengar suara nyaring motornya),” kata Sabari. Baginya, kenikmatan dari hobi seseorang tentu akan sulit dijelaskan atau dipahami oleh pihak lain yang tidak sehobi.

“Yang nggak wajar itu kalau ngerusak. Kayak di Jawa Timur sekarang kan viral sound horeg yang dihujat. Karena dia ngerusak. RX King ini kan pada dasarnya tertib, nggak ngerusak apa-apa,” sambung pria yang mencintai RX King juga sejak SMP itu.

Dampak sosial-ekonomi bagi sekitar

Sejak diumumkan pada Februari 2024, pihak panitia Jamda menyebut akan mensosialisasikan pada warga di sekitar venue event perihal potensi kebisingan.

Selain itu, jika melihat konsep dari panitia, Jamda YRKI di Jogja memang tidak bisa dilihat dari sisi minornya saja. Sebab, ada keterdampakan ekonomi dan sosial dalam penyelenggaraan event tersebut.

Melansir dari Harian Jogja, Team Kaga Creative, Danang Hermanto menyebut bahwa Jamda IV digelar dengan mengusung kearifan budaya dengan penampilan sejumlah bregada. Selain  juga menggandeng kesenian tradisional lainnya yang ada di Kabupaten Sleman untuk turut tampil. Bahkan disediakan pula lokasi khusus untuk UMKM berjualan

“Kita menggandeng UMKM yang ada di wilayah Kapanewon Pakem. Kita dayagunakan untuk mengangkat ekonomi kreatif, ekonomi UMKM di wilayah tersebut,” ujar Danang. Belum lagi,di puncak acara, ada bagi-bagi baksos ke anak-anak dan warga setempat.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: 5 Tahun Pakai Yamaha Mio Pemberian Bapak, Motor Butut Menerjang Sial Suramadu-Bojonegoro

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

 

 

Exit mobile version