Seandainya punya pancaindra, Monumen Kromoredjo mungkin tak akan berhenti mendengar keluhan para driver ojol yang tiap hari mangkal di sana. Dari curhatan-curhatan seputar hal-hal sepele, sampai dengan permasalahan serius, semua diluapkan di hadapan patung yang berada persis di depan Terminal Condongcatur itu.
Monumen Kromoredjo adalah bangunan anyar. Ia baru diresmikan awal 2023 lalu, bersamaan dengan pembangunan Pendapa Kromoredjo di Kantor Kelurahan Condongcatur. “Kromoredjo” sendiri diambil dari nama lurah pertama Condongcatur.
Sebelum monumen dibangun, sejak lama lokasi itu memang sudah menjadi tempat mangkal tukang ojek. Awalnya cuma diperuntukkan bagi tukang ojek konvensional. Tapi kini ada banyak driver ojol yang ikut membaur di sana.
Lokasinya yang strategis–berada di dekat pemberhentian penumpang dan bersampingan dengan angkringan–bikin monumen ini jadi tempat favorit para driver ojol menunggu orderan masuk.
Saksi para driver ojol di Condongcatur terjerat utang gara-gara judi slot
Di Monumen Kromoredjo Condongcatur, orang silih berganti datang. Terutama orang-orang yang datang dan pergi dari angkringan sebelah monumen.
Di antara ramainya lalu lintas manusia, para driver ojol banyak yang semalam suntuk bertahan di tempat itu. Pergi sebentar buat ambil orderan, tapi akhirnya balik lagi ke sana buat menunggu pesanan lain.
Salah satu driver ojol yang kerap terlihat mangkal di situ adalah Andi (22). Ia merupakan lelaki asal Purworejo yang memutuskan merantau ke Jogja buat full time bekerja sebagai driver ojol.
Usianya masih sangat muda. Namun, beban pikirannya seakan tak ada habisnya. Andi mengaku, salah satu penyebabnya gara-gara utang judi slot.
“Sejak corona kemarin aku main dan ketagihan sampai sekarang. Kalah, menang, udah biasa namanya juga judi. Apesnya ya sekarang malah lagi mbledos aja, Mas, jadi utang di mana-mana,” kata Andi, bercerita kepada Mojok, Minggu (19/5/2024) malam.
Boleh dibilang, Andi hanya hidup untuk sehari itu juga. Penghasilan hariannya habis buat makan, beli bensin, bayar utang, dan main slot.
Kata dia, mustahil dia bisa berhenti judi. Kekalahannya sudah terlampau banyak, sehingga menurutnya buat mengembalikan situasi cara paling instan adalah main judi sampai menang.
“Jangan ditiru lho, Mas, mending nggak kenal slot daripada telanjur basah kayak saya. Mau berhenti sudah nggak mungkin lagi,” ujarnya, di tengah cahaya remang-remang Monumen Kromoredjo Condongcatur.
Baca halaman selanjutnya…
Hidup memang susah, tapi tetap rajin buat bersedekah.
Hidup susah, tapi selalu ingat buat bersedekah
Memang tak semua driver ojol yang mangkal di Monumen Kromoredjo Condongcatur bernasib sama dengan Andi. Alias, tak semuanya masuk ke lubang utang gara-gara slot.
Banyak yang masih clean. Meskipun, kalau dipikir-pikir, hidup mereka juga sama susahnya dengan Andi–menggantungkan nasib sehari-hari melalui orderan pelanggan.
Niko (28) adalah salah satunya. Ayah satu anak ini juga merupakan full time driver ojol. Sempat menghasilkan di awal mendaftar sebagai mitra, kini penghasilannya cukup seret.
“Mungkin karena rebutan sama driver lain ya, udah terlalu banyak saingan. Sekarang sehari bawa duit 100 ribu udah bagus,” kata Niko.
Penghasilan hariannya itu harus ia sisihkan buat cicilan kontrakan dan biaya makan sehari-hari. Kebutuhan anaknya yang masih berusia 2 tahun juga lagi banyak-banyaknya.
Namun, satu hal yang bikin orang-orang angkat topi, Niko terkenal rajin membantu orang lain. Paling sering, ia kerap memberi makan orang-orang jalanan yang sedang kesusahan.
“Ya sebisanya aja, Mas, bisanya beliin nasi kucing ya saya beliin. Soalnya sering kasian lihat mereka luntang-lantung di jalanan.”
Tindakan lainnya, yang juga dikonfirmasi oleh rekan-rekannya, Niko tak cuma sekali dua kali mengantar para lansia yang tengah kebingungan di dekat Terminal Condongcatur. Biasanya, ia menawari mereka bantuan buat diantar pulang ke rumah.
Paling jauh, ia pernah mengantar seorang pedagang salak yang kelihatannya sudah kehabisan transportasi. Padahal rumahnya cukup jauh, yakni di Prambanan.
“Iya itu, dulu ada simbah-simbah kelihatan capek banget. Saya tawarin antar ke rumahnya [di Prambanan]. Itu waktu balik lagi saya dikasih salak satu kresek penuh,” kenangnya.
“Kalau bukan kita yang muda-muda ini membantu mereka, ya siapa lagi.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News