Bandung punya sejumlah landmark menarik. Selain Braga, yang kerap disandingkan dengan Malioboro di Jogja, ada pula kawasan Setiabudi Bandung yang terkenal sebagai daerah elite.
Jalan Doktor Setiabudi Bandung muncul saat saya mencari rekomendasi tempat nongkrong malam di Kota Kembang lewat Google Maps. Pada Kamis (30/5/2024) malam, kebetulan saya dan beberapa teman singgah di sebuah penginapan kawasan Jalan Sukajadi yang tak terlalu jauh dari Setiabudi Bandung.
Saya singgah di Bandung untuk sebuah agenda kerja bersama tiga rekan lain, dua sesama dari Jogja dan satu dari Jakarta. Namun, yang malam itu hendak singgah ke kedai kopi di Setiabudi hanya saya dan Dhio (25), seorang pekerja freelance lulusan sebuah PTS di Jogja. Sementara dua rekan lain memilih berpisah karena hendak menemui temannya.
Saat saya memilih untuk memesan ojek online, Dhio lebih memilih untuk berjalan kaki. Lelaki ini mengaku ingin bisa menikmati suasana malam di sekitar Jalan Sukajadi hingga Jalan Doktor Setiabudi.
“Terakhir aku ke Bandung nggak bisa banyak eksplorasi. Soalnya sama orang tua, ngikut agendanya,” kenangnya.
Suasana malam di Setiabudi Bandung yang tak bisa didapati di Jogja
Setiabudi Bandung dekat dengan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Pasundan, hingga Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Selain itu, ada beberapa beberapa landmark lain seperti Museum Pendidikan Nasional.
Kawasan Setiabudi Bandung juga terkenal dengan beberapa tempat hiburan yang cukup elite. Tak henti bergerak dari pagi hingga pagi lagi lantaran saat malam ada beberapa tempat hiburan anak muda.
Dhio berjalan kaki sekitar setengah jam, sebelum akhirnya tiba di kedai kopi tempat saya sudah singgah lama. Sepanjang perjalanan, menurutnya, Setiabudi Bandung adalah salah satu kawasan yang nyaris tidak ada padanannya di Jogja.
Jalanan yang ia lewati salah satu yang teramai di Bandung. Hal yang membedakan dengan suasana jalan padat penuh tempat hiburan dan berkumpulnya banyak kalangan adalah suasana di sekitarnya.
“Heran, di sini bener-bener banyak banget pohonnya. Ini yang beda sama Jogja. Trotoar itu banyak kepotong batang dan akar pohon yang besar-besar,” jelasnya.
Baca halaman selanjutnya…
Deretan klub malam hingga muda-mudi yang bermesraan di balik rindang pepohonan
Hal ini menurutnya sulit ditemukan di Jogja. Jika siang, pepohonan ini tentu menjadikan trotoar terasa adem. Kendati begitu, ia merasa agak sulit berjalan karena akar-akar pepohonan banyak menutupi rute berjalan.
Di beberapa sudut, Dhio melihat muda-mudi yang sedang bermesraan di antara rindang pepohonan. Pemandangan yang nyaris tidak terlihat jika ia melewati jalan itu dengan kendaraan.
“Ya pepohonan itu jadi penutup aktivitas bermesraan mereka,” kelakarnya.
Tempat mereka yang mau ke klub malam
Kami menikmati suasana hingga jelang tengah malam di 372 Kopi Setiabudi. Hingga tengah malam kedai kopi ini tak kunjung sepi.
Saat kami pulang dengan dijemput taksi online, barulah saya menyadari bahwa Jalan Doktor Setiabudi seperti yang Dhio jelaskan. Sepanjang trotoar, pepohonan besar jadi pemandangan. Di antara itu, tampak satu dua tempat hiburan malam yang sedang ramai-ramainya.
Menurut Husein (23), rekan kami dari Jogja yang dulunya memang kuliah di Bandung, Setiabudi memang tempat mereka yang ingin hiburan malam. Ia banyak tahu detail-detail tempat menarik di Bandung lantaran kuliah di sebuah PTS pada 2019 hingga 2023 lalu.
“Ya kalau Setiabudi mah terkenalnya buat mereka yang suka dugem atau cari hiburan. Aku nggak pernah main ke sana tapi cukup tahu ceritanya,” kelakar Husein.
Suasana remang di Setiabudi saat tengah malam sangat berbeda dengan situasi saat jam-jam ramai kendaraan. Pasalnya, jalan ini memang rawan kemacetan. Terkhusus saat masa-masa libur panjang.
Pada musim libur Lebaran 2024 lalu, Jalan Setiabudi jadi salah satu titik kemacetan para wisatawan yang hendak menuju Lembang. Kami lantas meninggalkan Bandung pada malam berikutnya. Tepat saat Persib Bandung sedang berlaga lawan Madura United pada laga yang menentukan juara Liga1.
Sepanjang jalan, pertandingan bola itu membuat suasana Bandung bertambah ramai. Suasana euforia yang tak terjadi sembarang waktu. Kami beruntung menjadi saksinya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.