Pengalaman Saya Mencoba Jasa Teman Nongkrong di Zendo (Ojol Muhammadiyah)

Ojek online Zendo Jogja, driver zendo. MOJOK.CO

Ilustrasi - Mencoba Layanan Teman Nongkrong di Zendo (Ojol Muhammadiyah), Rp25.000 Bisa Ngobrolin Apa Aja? (Mojok.co/Ega Fansuri)

Reporter Mojok mencoba layanan jasa teman nongkrong di ojek online milik Muhammadiyah, Zendo. Benarkah sensasi nongkrong bareng driver Zendo bakal seasyik nongkrong sama teman sendiri?

***

Terlepas dari kontroversinya baru-baru ini, ternyata Zendo punya banyak layanan menarik. Tak cuma antar-jemput, ojol Muhammadiyah ini juga menyediakan layanan pijat, bersih-bersih rumah, laundry, servis laptop, sampai jasa teman nongkrong.

Saya pun penasaran untuk mencoba layanan yang terakhir. Sependek yang saya tahu, ojol mainstream macam Gojek, Grab, bahkan Maxim, belum punya layanan itu. Paling mentok, mereka cuma menyediakan layanan umum seperti antar-jemput, order makanan, dan kirim paket barang. 

Layanan jasa teman nongkrong, sama sekali baru di dunia per-ojol-an. Jujur saja, ini bikin saya kepo.

Dari rasa rasa penasaran inilah yang pada akhirnya membuat saya merumuskan beberapa pertanyaan: 1) Benarkah layanan ini bisa dipesan, 2) Berapa tarifnya?, dan 3) Sejauh mana driver-nya bisa menjadi teman nongkrong?

Selain itu, saya juga merumuskan pertanyaan bonus: kalau layanan ini bagus, apakah bisa jadi alternatif bagi orang-orang yang kesepian dan butuh teman ngobrol?

Meminta driver Zendo yang bisa ngobrol soal politik

Hal pertama yang saya lakukan adalah memesan layanan melalui nomor Whatsapp admin yang tertaut di akun Instagram @zendojogja.

“Selamat datang di Zendo. Ada yang bisa dibantu?,” kata admin Zendo, merespons dengan cepat chat yang saya kirimkan.

Saya pun langsung menjelaskan, bahwa saya tertarik untuk mencoba layanan teman nongkrong yang tersedia di Zendo. Namun, karena siang itu masih masuk jam kerja, saya berniat memesan layanan pada sore hari sekitar pukul 15.30 WIB.

Ternyata, admin mengatakan “bisa”.  Ia kemudian menyuruh saya untuk melengkapi form pemesanan yang isinya titik jemput dan titik tujuan, lengkap dengan link Google Maps-nya. 

Saya menuliskan Kantor Mojok.co di wilayah Ngaglik, Sleman, sebagai titik jemput. Sementara titik tujuannya adalah Kobessah Kopi 2 yang berlokasi di Gentan, Sleman.

Setelah form saya kirim, admin kembali bertanya, apakah saya ingin ditemani driver laki-laki atau perempuan.

“Bebas, Min. Yang penting, tolong carikan teman nongkrong yang bisa diajak ngobrol soal politik,” jawab saya, nyeletuk. Sumpah, saya membalas pesan ini dengan nada bercanda. Uniknya, yang bikin saya kaget, admin Zendo kembali mengatakan “bisa”.

Tarif Rp25.000 untuk mengobrol selama 30 menit

Setelah berhitung, admin Zendo mengatakan bahwa tarif pengantaran yang dibebankan ke saya adalah Rp15.000. Bagi saya, tarif ini cukup miring untuk jarak tempuh 5,7 kilometer (10-15 menit perjalanan)

Ketika saya membandingkannya dengan ojol lain seperti Gojek dan Grab, penumpang bisa menghemat tarif sampai Rp8 ribu. Di aplikasi Gojek, untuk jarak serupa tarifnya Rp22.500. Sementara di Grab Rp23.000

Lebih lanjut, admin Zendo juga menjelaskan bahwa untuk tarif teman nongkrong adalah Rp25.000 ribu untuk 30 menit. Karena cuma coba-coba, saya pun memilih durasi tersebut. Sehingga, secara total saya harus membayar Rp40.000 untuk menikmati layanan antar-jemput plus teman nongkrong selama 30 menit.

driver kami atas nama Eko. Akan menjemput kakak pukul 15.30 dengan biaya Rp15.000 untuk ongkir dan Rp25.000 untuk nongkrong selama 30 menit,” kata admin Zendo.

“Oke, Kak. Tapi beneran bisa buat ngobrol politik, kan?”

“Bisa, Kak.”

Sekali lagi, sumpah, saya bercanda.

Saya pun memutuskan untuk membayar via QRIS. Kata admin Zendo, pembayaran bisa dilakukan setelah driver selesai menemani saya nongkrong.

Mendapat driver (teman nongkrong) yang pendiam

Tepat pukul 15.30 WIB, Pak Eko menghubungi saya. Ia bilang sudah berada di depan Kantor Mojok.co. Saya terkejut karena beliau benar-benar tiba tepat waktu.

“Wah, cepat sekali, Pak. Jemputnya dari dekat-dekat sini ya?,” sapa saya, basa-basi.

“Nggak, Mas. Saya dari sekitaran ring road, kesini 20 menitan. Makanya tadi ancang-ancang jam 3 sudah kesini.”

“Wah, jauh juga, ya,” pikir saya dalam hati.

Pak Eko langsung mengajak saya ke lokasi tujuan. Karena mulai gerimis, saya memintanya buat sedikit ngebut. Selama perjalanan pun, kami lebih banyak hening karena sama-sama tak bisa mendengar suara satu sama lain.

Sesampainya di Kobessah Kopi 2 Gentan, saya pun langsung memesan minuman untuk kami berdua.

“Sudah lama, Pak, jadi driver Zendo?,” tanya saya basa-basi.

Meskipun dalam orderan saya meminta teman nongkrong yang bisa ngomongin politik, sudah jelas saya nggak mungkin membahas topik ini. Sepanjang obrolan, topik-topik umum lebih banyak kami bahas.

Sayangnya, saya merasakan Pak Eko ini pribadinya cukup tertutup. Ia hemat kata-kata. Sekalinya bicara, cuma pendek-pendek saja. Sepanjang nongkrong, saya lebih yang banyak bicara daripada beliau.

Lama-lama saya malah sungkan sendiri. Dia seperti terpaksa menemani saya nongkrong sore itu. Tatapan matanya pun juga lebih banyak ke ponsel alih-alih mengobrol.

Karena merasa tak enak hati, saya pun mempersilakannya balik duluan tanpa harus menghabiskan durasi 30 menit. Siapa tahu, ada kegiatan mendesak lain yang kudu ia kerjakan.

“Takutnya nanti malah hujan, Pak. Daripada terjebak, kalau mau balik duluan nggak apa-apa,” ucap saya.

Apa Zendo cuma punya satu driver di Sleman?

Mendengar ucapan saya, Pak Eko langsung berkemas. Kalau dihitung, obrolan kami belum genap 20 menit. Artinya, masih ada 10 menit sisa dari layanan Zendo yang saya pesan.

Namun, saya tetap membayar tarif sesuai kesepakatan, yakni Rp40.000 via QRIS yang dikirim admin Zendo.

Sambil menyaksikan Pak Eko pergi, saya baru tersadar: driver yang melayani saya hari ini adalah driver yang melayani kawan saya tempo hari. Orangnya sama, bukan cuma namanya.

Sebagai informasi, reporter Mojok yang lain, pada Senin (20/1/2025) lalu juga mencoba layanan Zendo untuk pertama kalinya. Pengalaman itu ditulis dalam liputan berjudul “Coba-coba Order Zendo (Ojol Muhammadiyah) di Jogja, Berujung Tak Tega sama driver-nya”.

Kalau dibilang kebetulan, rasanya tidak mungkin. Atau, kalau dibilang driver terdekat dengan titik jemput, ternyata juga tidak. Sebab, Pak Eko sama-sama menjemput kami dari titik yang lumayan jauh, sekitar 20 menit perjalanan.

Atau, jangan-jangan Pak Eko adalah driver yang paling baik pelayanannya. Kira-kira, mirip dengan sistem rating di Gojek dan Grab: semakin bagus pelayanan, makin sering dapat orderan. Tapi, rasanya tidak juga karena Zendo tak menyediakan sistem penilaian bagi para driver.

Akhirnya, saya memutuskan bertanya kepada admin Zendo, kenapa harus Pak Eko lagi. Jawabannya: “Karena kebetulan yang berkenan ambil jarak jauh adalah driver Eko, Kak.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Susahnya Pakai Zendo yang Layanannya Pakai WA Bukan Aplikasi, Tak Cocok untuk Saya yang Memiliki Kesabaran Setipis Tisu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version