Lulusan SMA dan SMK awalnya malu karena bekerja sebagai karyawan di minimarket seperti Alfamart dan Indomaret. Apalagi direndahkan teman dan guru sendiri karena tidak lanjut kuliah.
Namun, seiring waktu, mereka malah bangga dengan jalan hidup yang mereka tapaki itu. Sebab, menjadi karyawan minimarket tetap membuat hidup mereka terhormat meski tanpa gelar sarjana (S1).
***
Belakangan viral di media sosial apresiasi tidak umum yang diberikan oleh SMK PGRI Lubuklinggau terhadap siswanya.
Jika biasanya sekolah hanya fokus mengapresiasi siswa yang keterima perguruan tinggi—terlebih kampus dengan nama besar, tapi hal berbeda dilakukan oleh SMK PGRI Lubuklinggau.
Pihak sekolah juga turut memberi apresiasi pada para alumninya yang setelah lulus bekerja sebagai karyawan di Indomaret dan Alfamart. Mirisnya, beberapa netizen justru merendahkan pencapaian tersebut.
“Lulus pilot polisi TNI okelah. Yah Alfamart.”
“Ijazah aman? Capek-capek dapat ijazah malah jadi kasir Indomaret.”
“Terus gue harus bilang wow gitu.”
“Macam tak ado prestasi lain.” Begitu komentar-komentar bernada merendahkan dari netizen.
Awalnya malu jadi lulusan SMA-SMK dan kerja di Indomaret-Alfamart
Latiful (25) masih ingat betul ketika dia lulus SMA pada 2019 silam. Sebenarnya dia punya keinginan untuk kuliah, sebagaimana teman-teman lainnya.
Akan tetapi, Latiful tahu diri. Dia berasal dari keluarga pas-pasan. Sementara dia masih punya dua adik yang harus dibiayai sekolahnya.
Oleh karena itu, dia memupus harapannya untuk kuliah. Berniat langsung mencari kerja setelah lulus sekolah.
“Waktu itu ya iri dengan teman-teman yang kuliah. Karena namanya dipajang pihak sekolah. Dibangga-banggakan,” ungkap Latiful, Rabu (12/6/2025) malam WIB.
Sempat nganggur beberapa bulan, Latiful kemudian keterima kerja di sebuah Alfamart di Gresik, Jawa Timur. Awalnya, jujur saja, Latiful sempat merasa malu. Dia merasa rendah dari teman-temannya yang saat itu sudah pamer story kegiatan di kampus masing-masing.
Direndahkan teman bahkan guru sendiri
Bagian paling menyesakkan adalah direndahkan oleh teman dan guru sendiri karena menjadi lulusan SMA yang kerja sebagai karyawan Alfamart.
Kata Latiful, beberapa kali dia sempat nongkrong besama teman-temannya yang kuliah, terutama saat teman-temannya tengah libur semester. Hasilnya, Latiful sering kali tidak dianggap ada.
Teman-temannya hanya fokus bercerita soal hal-hal baru yang mereka temui selama menjadi mahasiswa baru. Sementara tak satupun yang tertarik memberi Latiful ruang bercerita.
“Kalau guru, aku pernah waktu ambil ijazah di sekolah, aku ngambilnya kan telat, itu ditanya sekarang kesibukanku apa? Aku jawab saja jadi karyawan Alfamart,” ungkap Latiful.
“Kok nggak kuliah? Jangan cuma berhenti jadi karyawan, tapi harus punya cita-cita kuliah biar masa depan cerah.” Kira-kira begitu jawaban Latiful.
Latiful makin nyesek mendengar itu. Pasalnya, bukannya dia tidak punya cita-cita kuliah. Dia punya. Hanya kondisi keluarganya tidak memungkinkan itu terjadi.
“Terus yang bikin nyesek sekali, memangnya kalau jadi karyawan Alfamart nggak bisa punya masa depan cerah?,” sambung Latiful.
Baca halaman selanjutnya…
Merasa lebih terhormat ketimbang sarjana
Bangga lulusan SMA-SMK jadi karyawan Alfamart-Indomaret (1)
Seiring waktu, Latiful merasa bangga dengan apa yang dia jalani: menjadi karyawan Alfamart. Sebab, dari situ dia bisa hidup mandiri dan bisa membantu orangtua membiayai sekolah adik-adik Latiful.
“Ternyata, beberapa teman yang kemudian sarjana, nggak gampang juga cari kerja. Nganggur. Kalau ada yang dapat kerja, gajinya di bawah UMR,” tutur Latiful. “Kalau aku ikut UMR Gresik (Rp4 jutaan).”
Bukan bermaksud merendehkan balik. Tapi Latiful akhirnya merasa bersyukur. Dia makin meyakini bahwa Tuhan lebih tahu apa yang hamba-Nya butuhkan.
Bangga jadi karyawan minimarket (2)
Hal senada juga diungkapkan oleh Syahril (26), lulusan SMA yang cukup lama bekerja di sebuah Indomaret di Surabaya, Jawa Timur.
Sama seperti Latiful, sejak awal lulus dia memang tidak memiliki bayangan kuliah karena alasan tertentu. Dia ingin lekas bekerja agar tidak terus-menerus menjadi beban orangtua.
Perasaan ciut sempat muncul. Pasalnya, banyak di antara teman-temannya yang memutuskan kuliah. Di kampus-kampus besar pula. Akan tetapi, lambat-laun Syahril malah bangga dengan jalan hidupnya sendiri.
“Pekerjaan sebagai karyawan Indomaret mungkin tak seterusnya. Tapi setidaknya ngasih kesempatan lulusan SMK atau SMA buat dapat kerja dengan gaji tinggi,” ungkap Syahril. Selain juga memberinya pengalaman kerja yang tentu berharga sebagai modalnya nanti untuk mencari pekerjaan-pekerjaan lain.
“Belakangan aku tahu kalau ternyata yang berebut kerja di Indomaret nggak cuma lulusan SMA atau SMK, tapi juga sarjana,” imbuhnya. Fakta itu semakin membuatnya mengamini, bahwa sukses tidak semata ditentukan dari gelar atau ijazah pendidikan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
