Kisah Kampung “Gali” di Dekat Tugu Jogja yang Dulu Ditakuti Sampai Maling Tak Berani Masuk

Ilustrasi Jogoyudan (Mojok.co)

Persis di sisi tenggara Tugu Jogja, terdapat sebuah kampung yang unik. Kampung Jogoyudan namanya, terkenal dengan sejarahnya yang menyandang predikat kampung “gali” yang ditakuti.

Kampung Jogoyudan terletak persis di balik deretan bangunan hotel dan perkantoran di sekitar Tugu Jogja. Daerah permukiman padat ini juga berada persis di tepi Kali Code.

Kini permukiman itu tampak rapi. Apalagi setelah pembangunan di sepanjang tepian Kali Code yang membuat permukiman terlihat lebih tertata. Di gang-gang sempit, anak-anak ceria berlarian saling kejar menunjukkan banyak ruang bagi mereka untuk bersenang-senang.

Namun, pada masa lalu, kampung di sebelah Tugu Jogja ini punya sejarah sebagai kampungnya para preman. Hal itu diceritakan oleh Sugiman (82), seorang warga yang sudah puluhan tahun tinggal di permukiman samping Tugu Jogja ini.

“Sudah sangat berbeda. Dulu sini masih seperti hutan, seram,” kata Sugiman mengenang situasi masa lalu Jogoyudan.

Kampung di dekat Tugu Jogja yang dulu kerap disambangi penjudi

Selain karena gelap seperti hutan saat malam, dulu Jogoyudan mendapat predikat “seram” karena alasan lainnya. Kampung ini, seperti beberapa kampung di bantaran Kali Code, terkenal sebagai tempat banyak preman tinggal.

Rumiyin tiyang podo mboten wantun mlebet mriki (dahulu orang pada nggak berani masuk ke kampung in),” kenangnya Sugiman.

Maling mlebet mriki nggih mboten wangsul. Lha podo-podo panggen maling (Maling masuk kampung ini tidak bisa pulang. Lha sama-sama ingin maling),” sambungnya tertawa.

warga jogoyudan dekat tugu jogja.MOJOK.CO
Sugiman menatap kampung kelahirannya (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Sugiman bercerita, predikat itu khususnya melekat pada Jogoyudan sisi selatan, tepatnya wilayah bernama Kleringan yang berbatasan dengan Malioboro dan Stasiun Tugu. Bahkan dulu, banyak penjudi di era orde baru yang kerap menyambangi kampung ini di malam hari.

Pasalnya, pada era orde baru ada tren Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SSDB) yang jadi semacam perjudian legal. “Dulu banyak orang yang cari nomor datang ke Jogoyudan. Ke tempat Mbah Putih. Dia memang ahli ramal yang terkenal,” kenangnya.

Baca halaman selanjutnya…

Perubahan drastis Jogoyudan dari citra kelam 

Namun, menurut Sugiman, citra itu kini perlahan sudah memudar. Kampung di sisi Tugu Jogja ini sudah banyak berubah seiring dengan banyaknya pendatang yang mewarnai komunitas masyarakat setempat.

Ketua RW 9 Jogoyudan, Suparno (62) beranggapan bahwa perubahan juga semakin terasa saat banyak mahasiswa dan pekerja dari luar daerah yang tinggal di kos atau rumah kontrakan milik warga. “Memang tidak mudah mengubahnya tapi perlahan perubahan itu terasa bagi kami,” terangnya.

Warga lain yang saya temui, Ati (37), juga merasa bahwa kampung ini sekarang sudah jauh lebih nyaman untuk tinggal. Selain karena penataan dan pembangunan di kampung, perubahan juga terkait dengan kehidupan masyarakat.

“Mungkin sudah beda generasi. Dulu masih banyak ribut dan rusuh kalau ada yang mabuk, sekarang sudah nggak pernah,” ujarnya.

Kampung bersejarah

Selain dinamika tersebut, Jogoyudan terhitung sebagai kampung yang cukup bersejarah di sekitar Tugu Jogja. Pada Toponim Kota Yogyakarta (2007), disebutkan bahwa nama Jogoyudan berasal dari sosok bernama Jagayuda. Sosok tersebut masih tergolong kalangan bangsawan. Namun, tidak ada keterangan yang menunjukkan periode masa kehidupan tokoh tersebut.

Pada perjalanannya Jogoyudan juga yang punya peran peting bagi Keraton Yogyakarta. Di kampung ini terdapat Kebon Dalem yang menjadi area Sultan HB VII memelihara hewan untuk kebutuhan hiburan. Selain itu ada juga Kebon Sari, yang pada era kolonial bernama Lemest Park, di Jogoyudan.

Jika berkunjung ke kawasan Tugu Jogja, tak ada salahnya berjalan ke kampung-kampung di sekitarnya. Ada banyak kisah tersimpan di setiap sudut gang. Selain itu, ada usaha-usaha warga yang bisa wisatawan larisi.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kisah Haru Bapak Tukang Ojek Berhasil Kuliahkan Dua Putrinya di UNY Berkat Motivasi dari Para Penumpang

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version