Cerita dari Gamplong Studio Jogja, Kenangan Tak Terlupakan Menjadi Extras Film Hanung Bramantyo

Ilusttasi - Gamplong Studio Jogja simpan kenangan jadi extras film Hanung Bramantyo. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Menjadi extras sebuah film mungkin tak terlalu diperhitungkan. Namun, bagi beberapa orang di sekitar Gamplong Studio, Jogja, menjadi extras film menyisakan pengalaman tak terlupakan. Mereka menceritakannya dengan bangga, bahwa mereka pernah ikut syuting film layar lebar diajak oleh seorang sutradara terkenal: Hanung Bramantyo.

***

Saya pertama kali ke Gamplong Studio, Gamplong, Jogja, pada Agustus 2018 silam. Satu bulan setelah studio alam tersebut diresmikan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

Tak lama setelah diresmikan, Gamplong Studio lalu ramai pengunjung. Menjadi lokasi syuting film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, studio milik Hanung Bramantyo itu menjadi salah satu spot foto Instagramable di Jogja.

Gamplong Studio Jogja makin semarak

Tahun demi tahun berlalu. Saya akhirnya bisa berkunjung lagi ke Gamplong Studio, Jogja, pada Sabtu (8/6/2024). Studio alam tersebut makin semarak.

Pada 2018 silam, bentuk Gamplong Studio hanya berisi properti/bangunan bekas syuting Sultan Agung. Ada replika gapura keraton, benteng, dan kereta api tempo dulu. Di sekitarnya pun, seingat saya, hanya ada satu-dua warung kecil (mirip angkringan).

Saya ingat betul. Sore setelah berkeliling di Studio Gamplong, Jogja, pada 2018 silam itu, saya sempat mampir di salah satu warung itu. Dari warung kecil itu pula saya dibantu ibu-ibu pemilik warung untuk mencari tebengan (mobil pick up) untuk keluar Desa Gamplong.

Maka saya sempat tertegun sejenak saat tiba di Gamplong Studio pada Sabtu (8/6/2024) itu. Gapura dari masa syuting Sultan Agung memang masih berdiri kokoh. Tapi ada sangat banyak tambahan properti di sana.

Gamplong Studio Jogja Simpan Kenangan Menjadi Extras Film Hanung Bramantyo MOJOK.CO
Gapura untuk syuting film Sultan Agung. (Aly Reza/Mojok.co)

Maklum. Setelah Sultan Agung, studio alam di Jogja itu menjadi lokasi syuting banyak film. Sebut saja Bumi Manusia, Habibie & Ainun 3, hingga yang paling baru: Trinil: Kembalikan Tubuhku.

Studio milik Hanung Bramantyo itu pun makin ramai. Mobil pribadi, elf, hingga bus berderet di parkiran. Tak cuma ada satu warung kecil seperti saat saya pertama ke sana dulu. Kini ada banyak warung—model ruko—yang berderet di area khusus. Dan meski sudah sore, antrean pengunjung di loket Gamplong Studio, Jogja, masih terus mengular.

Kenangan menjadi extras di Gamplong Studio Jogja

Kunjungan kedua saya di Gamplong, Studio, Jogja, Juni 2024 itu sudah menjadi dua tulisan. Hasil dari menyisir sudut-sudut di sana.

Kunjungan itu juga mempertemukan saya dengan Arie (22), seorang pemuda setempat yang bekerja sebagai salah satu pemandu di Gamplong, Studio, Jogja.

“Aku lulus SMK (satu tahun lalu) langsung kerja di sini. Alhamdulillah, studio ini ngasih rezeki orang-orang sekitar. Ada warung. Tukang parkir. Terus pemandu-pemandu di sini juga rata-rata warga asli Gamplong,” ujar Arie saat saya hampiri di tengah-tengah kesibukannya mengarahkan pengunjung ke loket.

Loket Gampling Studio Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Selain saat ini memberinya pekerjaan selepas lulus SMK, Gamplong Studio, Jogja, juga memberi kenangan tak terlupakan pada Arie. Yakni ketika ia dan beberapa orang desa lain diminta Hanung Bramantyo untuk menjadi extras dalam film Bumi Manusia.

“Memang cuma extras. Tapi itu berkesan karena ikut terlibat dalam film,” ungkap Arie.

Ia ingat betul ketika Hanung Bramantyo—di hadapan para extras—memberi arahan perihal apa yang harus mereka lakukan. Arie menyimaknya dengan serius. Meski hanya untuk adegan yang singkat dan peran sekelebat, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan muncul di kamera film, sebagai jejak digital.

“Tapi sebenarnya punya cita-cita nggak main film? Jadi ya ikut casting serius,” tanya saya.

“Sebenarnya tertarik. Tapi masih belum pede. Mungkin nanti kalau misalnya ada casting-casting di Jogja, aku mau coba-coba,” jawab pemuda ramah itu. Saya sungguh-sungguh mengaminkan.

Sumartinah, warung yang pertama buka

Usai berbincang dengan Arie, saya lalu menghabiskan sisa sore berkeliling di area dalam Gamplong Studio, Jogja. Saya keluar sekitar jam 5 sore. Arie masih berdiri di tempatnya. Kami saling melempar senyum, sebelum akhirnya saya berlalu menuju salah satu angkringan di seberang Gamplong Studio.

Sak niki tambah ruame nggih, Mbah? (Sekarang tambah ramai ya, Mbah?),” tanya saya pada seorang nenek yang melayani saya di angkringan.

Enggeh, Mas. Rame terus sak niki, alhamdulillah (Iya, Mas. Ramai terus sekarang, alhamdulillah),” jawab si nenek yang kemudian memperkenalkan diri bernama Sumartinah. Usianya 60-an tahun. Nenek yang sangat ramah dan suka bercerita.

Angkringan milik Sumartinah. (Aly Reza/Mojok.co)

Kebanggan Sumartinah

Karena penasaran dari mana saya bisa menyimpulkan sekarang makin ramai ketimbang dulu, saya lalu bercerita perihal kunjungan pertama saya 2018 silam. Sumartinah juga membenarkan. Saat itu ia menjadi salah satu warung kecil yang pertama-tama buka selepas peresmian Gamplong Studo, Jogja.

Kula niku rumiyen diajak Pak Hanung main pilem, Mas. Sing Sultan Agung menika (Saya dulu diajak Pak Hanung (Hanung Bramantyo) main film, Mas. Yang Sultan Agung itu),” ungkap Sumartinah. Sama seperti Arie, Sumartinah dan beberapa warga lain dilibatkan sebagai extras.

Pak Hanung niku sae sanget, Mas. Grapyak, (Pak Hanung itu baik banget, Mas. Akrab),” sambung Sumartinah.

Dereten mobil pengunjung Gamplong Studio, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Tak hanya Sultan Agung, Sumartinah mengaku kembali diajak Hanung Bramantyo menjadi extras untuk film Bumi Manusia. Memang hanya sebatas extras. Peran yang tak diperhitungkan dalam dunia film. Peran yang keberadaannya hanya samar-samar.

Tapi kenging dados cerita, Mas (Tapi bisa jadi cerita, Mas),” tutur Sumartinah sembari tertawa.

Sumartinah berlalu. Posisinya lalu digantikan oleh anak perempuannya untuk melayani pembeli. Sembari menunggu Magrib, saya menyulut sebatang rokok. Menyaksikan kawasan Gamplong Studio, Jogja, yang kini penuh hiruk-pikuk.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA: Kengerian Rumah Hantu Trinil di Gamplong Jogja, Wisata Horor dengan Teror Mencekam Bikin Jantungan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version