Jemur Wonosari, Gambaran Suramnya Kehidupan di Surabaya yang Bikin Tak Tenang Sepanjang Hari

Jemur Wonosari Surabaya Kawasan Curanmor MOJOK.CO

Ilustrasi - Jemur Wonosari Surabaya jadi daerah favorit maling curanmor. (Ega Fansuri.Mojok.co)

Jemur Wonosari sepintas memang terlihat seperti daerah yang nyaman di Surabaya. Kelurahan di Wonocolo tersebut menawarkan kelengkapan sarana prasarana penunjang kebutuhan sehari-hari.

Warung makan berjibun, minimarket hingga warung Madura banyak dijumpai di setiap sudut, dan lain-lain. Pokoknya akses penunjang hidup sehari-hari gampang banget lah di sini.

Terlebih, harga-harga di Jemur Wonosari, Surabaya, juga terbilang relatif lebih murah ketimbang daerah-dearah Surabaya lain. Misalnya harga kos atau harga makanan.

Namun, di balik kenyamanan yang Jemur Wonosari tawarkan, kelurahan di Wonocolo Surabaya tersebut menyimpan sisi mengerikan. Pencurian sepeda motor (curanmor) menjadi rantai masalah yang seolah tak putus-putus di kawasan belakang kampus UINSA Surabaya tersebut.

Jemur Wonosari Surabaya tak senyaman itu

Hampir tujuh tahun saya menetap di Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya. Sejak tahun pertama saaya tinggal di sana (2017), curanmor menjadi momok yang membuat aktivitas saya jadi tak jenak.

Nyaris setiap bulan di Jemur Wonosari ada laporan kehilangan motor. Bahkan dulu sampai ada banner besar dibentangkan di banyak gang. Isinya imbauan agar warga Jemur Wonosari, Surabaya, benar-benar waspada dengan motor masing-masing.

Suasana sore di Jemur Wonosari, Wonosolo, Surabaya. (Aly Reza/Mojok.co)

Pasalnya, maling curanmor di Jemur Sari—sepanjang yang saya ketahui enam tahun terakhir—terbilang nekat-nekat. Mereka beraksi tak kenal kondisi. Asal ada celah, biarpun kecil, maka akan mereka gunakan untuk menyikat motor incaran.

Itulah kenapa dulu saya lebih sering jalan kaki kalau hendak ke warkop, Indomaret, atau beli makan di warung. Sebab, ditinggal sebentar saja, jika kita lengah, maka motor bisa langsung raib (Saya punya pengakuan dari beberapa korban. Akan saya ceritakan setelah ini). Jadi benar-benar harus dalam pengawasan ekstra.

Di awal-awal ngekos di Jemur Wonosari Gang 3 Wonocolo, Surabaya, saya sempat bertingkah agak gladrah. Misalnya mau ambil barang yang ketinggalan di kos, maka motor saya taruh saja di jalanan depan kos. Sampai akhirnya saya kena teguran keras oleh suami ibu kos saya.

“Kalau masuk kos ya bawa aja motornya,” ujarnya, saya masih ingat betul momen ini.

“Tapi saya cuma sebentar Cak, sudah saya kunci ganda juga,” balas saya.

“Jancuk! Dikasih tahu kok. Maling daerah sini nggak peduli sebentar atau lama,” balas suami ibu kos dengan sangat kesal. Sejak saat itu saya tak pernah mengulanginya lagi. Terlebih banyak rentetan kejadian curanmor yang memakan korban orang-orang yang saya kenal.

Motor di dalam kos dan digembok tetap hilang

Rasa marah dan sedih bercampur membuat dada Wulan (28) sesak saat mengetahui motornya hilang, beberapa menit sebelum ia hendak berangkat kerja. Sekitar pukul 07.00 WIB di tahun 2019.

Pasalnya, kondisi motor Wulan sebenarnya sudah tergembok dan terkunci ganda di dalam kos. Itu pun dengan kondisi gerbang kos yang awalnya tergembok pula.

“Padahal kata bapak-bapak yang ronda, sampai jam 4 subuh itu mereka nggak melihat ada orang mencurigakan. Jadi kemungkinan beraksinya ya setelah bapak-bapak ronda pulang,” ungkap Wulan saat saya hubungi lagi, Selasa (11/6/2024).

Setelah kejadian tersebut, Wulan benar-benar jadi tak jenak. Ia hanya merasa aman kalau motornya parkir di kantor atau mal. Kalau di kos atau di tempat-tempat nongkrong, ia masih cemas meskipun syukurnya kesialan serupa tak pernah terjadi lagi pada keryawan di salah satu perusahaan swasta Surabaya tersebut.

Kejadian yang mirip juga Idwan alami (20), mahasiswa yang ngekos di Gang Diwitayah, Jemur Wonosarai, Wonocolo, Surabaya. Kejadiannya pada Desember 2022 lalu.

“Sudah kugembok dan kunci kanan. Tapi kita tetap kalah pinter dari maling,” ungkap Idwan.

Saat itu Idwan baru balik dari ngopi sekitar jam 3 dini hari. Alhasil, ia mendapat jatah parkir paling belakang di kosnya, persis di balik gerbang yang memang tidak tergembok. Lalu selepas azan Subuh, saat Idwan hendak ke kamar mandi, kaget lah ia mendapati motornya sudah tidak ada.

Baca halaman selanjutnya…

Jemur Wonosari memang target menggiurkan maling 

Curanmor meningkat jelang Idul Fitri dan tahun baru

Korban curanmor dari orang-orang yang saya kenal masih saya dapati hingga Desember 2023. Adik tingkat pacar saya kehilangan motor saat parkir di luar pagar kos di Jemur Wonosari, Surabaya. Padahal motor tersebut ia tinggal masuk kos (untuk ambil barang) dalam waktu yang sangat sebentar.

“Padahal ya sudah kunci ganda juga. Tapi tetep ilang. Di Surabaya kan emang gitu, kita ceroboh dikit aja langsung lenyap. Apalagi mau tahun baru kan,” ungkap pacar saya waktu itu.

Menjelang Idul Fitri atau tahun baru, intensitas curanmor di Jemur Wonosari dan Surabaya pada umumnya memang meningkat. Itulah kenapa tiap hendak masuk dua momen tersebut, biasanya akan ada banner imbauan waspada di banyak gang.

Beberapa kasus di atas hanya sedeikit contoh saja. Sebab, selain dari orang-orang yang saya kenal, sudah sangat sering saya mendengar kabar motor hilang di Jemur Wonosari.

Jemur Wonosari Surabaya target andalan curanmor

Surabaya secara umum memang darurat curanmor. Berdasarkan data Polrestabes Surabaya, sepanjang 2023 tercatat sebanyak 544 kasus curanmor di Surabaya. Naik dari tahun 2022 yang mencatatkan angka 484 kasus. Belum lagi kasus-kasus yang tak tercatat.

Yang paling baru, dalam rentang 3-9 Mei 2024, Polrestabes Surabaya beserta Polsek jajaran Mapolrestabes Surabaya berhasil mengungkap 32 kasus curanmor sekaligus mengamankan 16 tersangka dengan target operasi yang berbeda-beda.

Dua tersangkat di antaranya diamankan oleh Polsek Wonocolo yang telah beraksi di 14 TKP. Di mana salah satu wilayah operasinya tersebut adalah di Jemur Wonosari.

Bagi pelaku curanmor, Jemur Wonosari memang menjadi target operasi yang menggiurkan. Kelurahan di Wonocolo tersebut memang terkenal sebagai kawasan perantau dan mahasiswa. Sehingga, tentu banyak kos dengan deretan motor terparkir yang bisa jadi sasaran.

Warga Jemur Wonosari sendiri bukannya tanpa tindakan. Segala upaya telah mereka kerahkan demi mencegah curanmor. Namun, begitulah maling. Selalu lebih licin.

Alhasil, ketika ada maling yang ketangkap, maka siap-siap saja menerima amuk warga yang sudah muntab. Pada 2018, saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana dua orang maling dihajar habis-habisan saat ketahuan beraksi di siang bolong. Satu sampai terkulai dengan sekujur tubuh berdarah-darah. Satunya lagi terkapar tak sadarkan diri dengan kondisi babak belur.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Coffee Shop Jogja Bikin Tekor karena Mahal-Mahal, Di Surabaya Nggak Sampai Rp20.000 Udah Ngopi Enak

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version