Banjir dan kemacetan, menjadi dua hal yang tak terelakkan dari Jakarta. Di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, terutama di underpass-nya, bahkan bertambah satu lagi hal menyebalkan: pengendara tak beradab. Perpaduan tiga hal ini, bagi Rio (23), resmi menjadikan jalan yang menghubungkan Jatinegara dengan Matraman itu sebagai neraka bagi para pengendara.
“Jakarta itu banyak titik macetnya. Orang bilang Sudirman paling parah. Tapi bagiku Panjaitan tetap yang paling menyebalkan,” kata pekerja Jakarta asal Jogja itu, bercerita pada Mojok, Rabu (10/7/2024) malam.
Jalan DI Panjaitan sendiri membentang sepanjang 2,7 kilometer dan melewati empat kelurahan di Jatinegara. Antara lain Bidaracina, Cipinang, Rawa Bunga dan Bali Mester.
Sementara underpass-nya berada di kawasan Cipinang, membelah tol Cawang-Bekasi. Jalan bawah tanah sepanjang 724 meter ini merupakan salah satu underpass terpanjang di Jakarta.
Kemacetan di Jalan DI Panjaitan sudah jadi keseharian
Jalan DI Panjaitan ini merupakan salah satu kawasan yang memberlakuan pembatasan lalu lintas Ganjil-Genap pada pagi dan sore hari. Alasannya jelas, buat mengatasi kemacetan.
Namun, menurut Rio yang sudah bekerja di Jakarta Timur sejak Agustus 2023, kebijakan itu sia-sia karena jalanan tetap saja macet. Yang ada, dia malah tambah bikin pusing karena pengendara yang terdampak seperti dirinya kudu mencari rute alternatif.
“Kenapa udah ganjil-genap masih aja macet? Ya karena orang-orang punya mobil dua, motor dua, jadi gampang aja ada ganjil-genap nggak jadi masalah,” kata pekerja Jakarta asal Jogja ini.
“Sementara aku kudu tricky banget, berangkat kerja dari Bekasi lewat Kalimalang kudu nyari jalan lain buat berangkat kerja. Udah pusing sama macet masih suruh mikir rute alternatif.”
Belum lagi, banyaknya mobil yang keluar dari tol Bekasi-Cawang makin menambah kemacetan. Alhasil, kemacetan di Jalan DI Panjaitan pun sudah menjadi keseharian baginya.
Jalan yang selalu terendam banjir, bikin muak!
Selain Rio, Audi (26) juga sangat mengeluhkan kemacetan di Jalan DI Panjaitan. Perempuan yang bekerja di salah satu PTS Jakarta Timur ini bercerita, saat baru memasuki Jalan DI Panjaitan dari arah Bekasi Timur saja, bibit-bibit kemacetan sudah terlihat.
“Rasanya tuh udah pusing ngelihat kepada-kepala banyak banget di jalanan. Rasanya kayak mau puter balik nggak usah kerja aja, saking malesnya, Mas. Tapi gimana lagi, mau ngeluh tapi ini Jakarta, macet udah jadi tempatnya,” kata Audi.
Baru 10 menit di jalan, kepala Audi sudah merasa pening. Suara musik di earphone-nya tak mampu menutupi suara-suara klakson yang saling bersautan. Belum lagi, peluh keringat sudah membanjiri punggung dan kepalanya meski belum lama meninggalkan kosnya.
“Baru jam 7 itu Jakarta udah panas banget. Mandi dan dandan itu seperti sia-sia aja, soalnya sampai tempat kerja udah buluk lagi,” ujar perempuan asal Jogja ini.
Meski harus “terjebak” lebih dari satu jam di jalan setiap harinya, lama kelamaan Audi memang terbiasa. Baginya, perpaduan macet dan panas yang ia alami dua tahun terakhir ini, bikin dia “mulai adapatasi”. Namun, kalau memasuki musim hujan, itu adalah neraka baru yang dia rasakan.
Bagaimana tidak, Jalan DI Panjaitan adalah langganan banjir. Tiap terjadi hujan, genangan air ada di mana-mana. Belum lagi kalau terjebak macet dan banjirnya di underpass, bagi Audi perasaan pusing, takut, bahkan kadang mual menjadi satu.
“Aku kalau macet tapi panas, masih bisa adaptasi lah, Mas. Tapi kalau banjir, apalagi di underpass, itu rasanya pengen pingsan di jalanan. Kalau udah gitu aku bisanya nangis aja.”
Banyak pengendara tak punya adab
Bagi Audi, yang lebih mirisnya lagi, adalah para pengendara yang tak sabaran. Sudah tahu macet, bukannya bersabar nunggu antrean malah banyak yang menyerobot dan melintasi trotoar. “Iya tahu semua orang buru-buru. Tapi nggak gitu juga.”
Yang paling sering Audi jumpai di underpass Jalan DI Panjaitan, ada banyak pengendara yang berteduh atau melipir saat hujan. Baginya itu tindakan “yang sangat goblok”, karena hanya memperparah kemacetan.
“Biasanya itu kalau masih hujan gitu, pada neduh di pinggiran, tambah macet. Maksudku udah tahu hujan, kok ya pada nggak bawa jas hujan. Mereka lebih milih melipir yang bikin jalanan makin sempit aja.”
Belum lagi, di sekitaran rute menuju underpass DI Panjaitan ada saja pengendara yang lawan arah. Kata Audi, mereka adalah kaum dengan level menyebalkan tertinggi. Sebab, mereka sudah tak mempan dikata-katai dan disumpah-serapahi.
“Orang kayak begini bikin macet. Anehnya, polisi-polisi pada diam aja sama orang-orang yang lawan arah. Hadeh!”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA 1 Kilometer Paling Menyebalkan di Jalan Kaliurang yang Bikin Pengendara Naik Darah
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News