Melodi Indah di Lapangan Hijau: Kisah Guru Musik di Balik Kesuksesan Tim Sepak Bola Putri di Jogja, Underdog MLSC 2025

ilustrasi - Pertandingan MLSC edisi ketiga di Jogja.

Bayangkan: seorang guru musik yang sama sekali tak memiliki latar belakang sepak bola, nekat melatih tim putri hingga mencapai semifinal turnamen besar. Terdengar mustahil? Tidak bagi Anshari. Berbekal tekad dan tutorial YouTube, ia berhasil mengukir sejarah manis bersama tim sepak bola putri SDN Glagah, Umbulharjo, Jogja, di ajang MilkLife Soccer Challenge (MLSC) 2025.

***

Peluit panjang baru saja dibunyikan. Sorak sorai para pendukung, yang sebagian besar adalah orang tua pemain, tiba-tiba hening. Papan skor sendiri menunjukkan angka 1-2. Sebiji gol untuk SDN Glagah, dan gol lebih banyak untuk SD Kanisius Duwet.

Wajah lesu pun tak dapat disembunyikan dari para pemain yang kalah. Setelah menyalami tim lawan, mereka duduk lesehan di bench, untuk mendengarkan wejangan sang pelatih.

“Nggak perlu sedih. Menang kalah itu hal biasa. Tapi yang luar biasa, kita bisa melaju sejauh ini,” ujar Anshari, Minggu (22/6/2025), seusai pertandingan semifinal MLSC 2025 antara SDN Glagah vs SD Kanisius Duwet.

Bagi lelaki yang akrab disapa Coach Aan ini, pencapaian timnya sudah lebih dari luar biasa. Kepada Mojok, ia menyebut hanya menarget lolos ke 16 besar, atau paling jauh perempat final.

mlsc.MOJOK.CO
Supporter tim sepak bola puteri SDN Glagah yang hadir di Stadion Tridadi, Sleman, Minggu (22/6/2025). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Sebagai gambaran, dalam MLSC Series #2 yang digelar Oktober 2024 lalu, timnya hanya mampu menembus babak 16 besar. Kala itu, langkah SDN Glagah dihentikan oleh MIS Al Islamiyah Grojogan dengan skor telak 6-1. MIS Al Islamiyah Grojogan sendiri keluar sebagai juara dalam edisi tersebut.

“Tapi hari ini malah bisa dapat peringkat tiga. Sekaligus juga dapat predikat tim ter-fairplay,” kata dia. “Jujur karena lolos ke semifinal, saya berharap masuk final. Tapi mungkin doa tim lawan lebih kencang,” guraunya.

Guru musik yang “terjun bebas” jadi pelatih tim sepak bola putri

Meskipun berhasil membawa kesuksesan bagi timnya, Aan sebenarnya kurang familiar dengan sepakbola. Ia tak pernah menjadi pemain sepak bola. Ambil kursus kepelatihan apalagi.

“Paling mentok cuma sebagai penonton bola,” ujarnya sambil tertawa.

Aan sendiri merupakan seorang guru musik di SDN Glagah, Jogja. Selain di sekolah ini, ia juga mengajar di beberapa SMA. Maka, boleh dibilang ia lebih piawai memetik gitar ketimbang teknik passing, dribbling, dan shooting bola.

Hidupnya dengan musik, juga tak terpisahkan. Setelah lulus sebagai sarjana Etnomusikologi ISI Jogja, lelaki asal Bima ini sebenarnya mendapat tawaran menjadi PNS di kota asalnya. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena idealismenya akan seni musik.

Coach Aan tengah memberi motivasi ke timnya dalam pertandingan semifinal MLSC 2025, Minggu (22/6/2025). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Alhasil, ia pun memilih menjadi pengajar di beberapa sekolah. Termasuk SDN Glagah, di mana putrinya Alma Mantika Daeng Kalarang (13), bersekolah. Nantinya, Alma menjadi alasan mengapa pada akhirnya guru musik ini memilih “terjun bebas” menjadi pelatih sepak bola.

Membentuk tim sebulan sebelum turnamen MLSC

Pada 2024 lalu, Aan melihat bahwa selain bermusik, ternyata Alma juga punya ketertarikan dengan sepak bola. Kepada Mojok, Alma sendiri mengaku mulai menyukai sepak bola ketika menonton Claudia Scheunemann, pemain Timnas Putri U-17 yang kini berkarier di luar negeri. Apalagi, kakak dia sudah lebih dulu “nyemplung” menjadi pemain sepak bola putri.

“Saya melihat Alma ada potensi buat mengikuti jejak kakaknya,” ungkap Aan.

Kebetulan, saat itu hendak digelar turnamen MLSC Series #2 2024 di Jogja. Bagi Aan, itu adalah kesempatan emas untuk menunjukkan potensi anaknya. Ia pun berinisiatif buat membentuk tim sepak bola putri di SDN Glagah.

“Waktu itu saya suruh Alma untuk mengajak temannya yang mau ikut main bola. Kemudian dia memilih teman-temannya yang kelihatan berani,” kata dia.

Alhasil, terbentuklah tim yang mereka namai “Srikandi Snega FC”. Pemainnya terdiri dari siswi kelas 5 dan 6 SDN Glagah. Aan juga mengajak salah satu guru olahraga di sekolahnya, Coach Rizky, untuk bergabung ke dalam tim kepelatihan. 

“Jadi secara teknis timnya dibentuk hanya satu bulan sebelum turnamen itu bergulir. Tapi kami nekat untuk mendaftar dan ikut turnamen,” ujar Aan.

Alma melakukan selebrasi usai mencetak gol balasan ke gawang SDN Kanisius Duwet dalam semifinal MLSC 2025, Minggu (22/6/2025). (dok. Eko Susanto)

Melatih tim bermodal tutorial Youtube

Ternyata, teman-teman yang diajak anaknya gabung ke tim, juga tidak familiar dengan sepak bola. Bahkan, kata Aan, ada yang sama sekali belum pernah menendang bola.

“Itu saya bingung. Saya nggak paham main bola, mereka lebih tidak paham lagi,” kata dia.

Alhasil, Aan pun mengandalkan tutorial di Youtube untuk melatih anak-anak tersebut. Ia mengaku benar-benar belajar dari nol: bagaimana teknik passing and control, dribble, dan sebagainya.

Setelah sedikit demi sedikit memahami tutorial, ia kemudian menerapkannya ke latihan tim. Terkadang, Aan juga meminta saran kepada kakak Alma yang memang lebih familiar dengan sepak bola.

Jojo tengah mendengarkan instruksi dari Coach Aan. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

“Di tim, kebetulan memang Alma yang terlihat sudah paham caranya main. Makanya, tiap latihan saya selalu bilang, ‘Alma, praktekin, biar teman-teman yang lain ikutin. Makanya, saya putuskan Alma jadi kapten tim.” kata dia.

Rogoh kantong pribadi untuk berlatih

Selain kudu mengajari timnya dari nol, ada berbagai kesulitan yang Aan hadapi. Salah satunya, kompromi orang tua. Ia mengaku sulit untuk meyakinkan orang tua siswi agar anaknya diperbolehkan main bola.

“Ya, saya memahami kekhawatiran mereka. Takut anaknya terluka, kenapa-kenapa, sampai takut mengganggu belajar mereka,” kata Aan.

Namun, kendala itu dapat dikompromikan dengan mengatur jadwal latihan 3-4 kali dalam seminggu. Latihan-latihan ini digelar selama 1,5 jam dan dipastikan tak akan mengganggu waktu belajar siswa.

Selain itu, timnya juga tak memiliki fasilitas latihan. Makanya, Aan pun langsung menembusi pihak Pemkot Jogja untuk meminjam Lapangan Balaikota sebagai tempat latihan.

“Untungnya diperbolehkan. Jadi kami selalu berlatih di sana,” kata Aan.

Alma dihadang oleh lawannya dalam pertandingan MLSC 2025 di Stadion Tridadi, Sleman, MInggu (22/6/2025). (dok. MLSC)

Sebagai sekolah negeri, SDN Glagah tentu juga memiliki mekanisme yang ketat soal penganggaran. Oleh karena itu, ia sangat sulit mengajukan anggaran untuk latihan maupun mencukupi kebutuhan tim.

Aan pun mengaku merogoh kocek pribadinya untuk kebutuhan latihan dan sebagainya. Ini ia lakukan semata-mata karena tekadnya yang kuat untuk memajukan sepak bola puteri di SDN Glagah.

“Kalau saya boleh bercerita, karena saya bahagia ya saya ngeluarin apapun dengan ikhlas. Kebahagiaan anak-anak adalah bayaran paling mahal bagi saya.”

Menciptakan underdog di MLSC dan mencetak talenta muda

Kerja keras Aan berbuah hasil. Timnya berproses begitu cepat. Meskipun dalam gelaran MLSC Oktober 2024 lalu hanya mampu menembus 16 besar, pada edisi Juni 2025 bisa melangkah jauh dan menjadi underdog turnamen.

SDN Glagah melaju kencang ke semifinal. Bahkan, setelah melewati enam laga (tiga pertandingan fase grub, 32 besar, 16 besar, perempat final), timnya cuma kebobolan dua gol. Saat kalah 1-2 di semifinal pun, satu gol bobol  melalui tendangan penalti.

Dari kiri: Coach Aan, Alma, Jojo; saat mengobrol dengan Mojok. (dok. Eko Susanto)

Pantauan Mojok, dua kunci utama SDN Glagah terletak pada diri sang kapten, Alma, dan sang kiper, Princessa Jovanca Quanesisha alias Jojo.

Uniknya, Jojo sendiri sebenarnya adalah kiper dadakan. Kepada Mojok, ia bercerita bahwa pada MLSC 2024, “kiper asli” yang juga merupakan atlet voli tidak bisa mengikuti turnamen karena ada lomba lainnya.

Maka dari itu, coach pun memilih dirinya menjadi kiper dadakan di hari H turnamen. Alasannya, karena ia dilihat berani berdua satu lawan satu dengan lawan.

“Saya kan aslinya bek, berani duel satu lawan satu. Makanya disuruh jadi kiper dan itu di hari H,” ungkap Jojo, Minggu (22/6/2025). “Karena kata coach bagus, makanya keterusan sampai sekarang,” imbuh perempuan yang mengidolai Carles Puyol ini.

Meski timnya kalah di babak semifinal MLSC 2025, Jojo tampil gemilang dengan hanya kebobolan 4 gol. (dok. Eko Susanto)

Alma dan Jojo sendiri juga tergabung bersama klub sepak bola putri Srikandi Mataram. Mereka termasuk pemain yang mewakili tim sepak bola DIY kelompok umur 12.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Sepatu Rusak: Saksi Bisu dari Atlet Sepak Bola Putri di Jogja yang Penuh Nyali dan Nilai Mahal yang Mereka Pelajari atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version