Doa Tak Putus dan Ketegaran Ibu untuk Masa Depan Anak di Arena Bulu Tangkis, Terpisah Raga tapi Senantiasa Bertaut Jiwa

Ilustrasi - Doa tak putus dan ketegaran ibu demi masa depan anak di audisi bulu tangkis PB Djarum 2025 Kudus. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Ratusan anak masih harus bermandi keringat di arena bulu tangkis di GOR Jati Kudus dalam Audisi Umum PB Djarum 2025. Saling kejar-mengejar poin terjadi. Masing-masing mereka tentu tak ada yang ingin gugur. Sebab, mereka sudah melangkah hingga hari ketiga. Sisa dua hari lagi untuk memastikan diri lolos PB Djarum.

Tak pelak jika situasi tersebut membuat wajah-wajah di lapangan tampak tegang. Para pelatih tak henti-henti memberi instruksi. Sementara pemain tampak emosional tiap kali shuttlecock-nya menyentuh lantai lawan. Juga sebaliknya, mereka yang tak mampu membendung serangan lawan, tak bisa menyembunyikan raut panik di wajahnya.

Wajah-wajah tegang penonton di tribun GOR Jati Kudus MOJOK.CO
Wajah-wajah tegang penonton di tribun GOR Jati Kudus. (Aly Reza/Mojok.co)

Lebih-lebih para ibu-ibu. Malah tampak lebih tegang. Harap-harap cemas dari tribun dan pinggir lapangan. Hari ini, Rabu (10/9/2025) adalah hari ketiga Audisi Umum PB Djarum 2025. Wajar saja jika setiap peserta—sekaligus orangtua dan pelatihnya—menaruh harapan besar bisa lolos karantina PB Djarum. Wong tinggal sejengkal lagi.

Wajah tegang ibu-ibu yang menonton anaknya di Audisi UMUM PB Djarum 2025 Kudus. (Aly Reza/Mojok.co)

Susah payah menyaksikan keponakan dari sudut sempit

Meski ada tribun, tapi banyak orangtua memilih menyaksikan anak-anak mereka dari pinggir lapangan. Berdesakan, berebut celah pandang dengan penonton-penonton lain. Salah satunya adalah Esti, perempuan 40-an tahun asal Kota Semarang, Jawa Tengah.

Esti tengah menyaksikan keponakannya, Gavin di KU11 PB Djarum 2025, bermain pada sekitar jam 2 siang. Esti awalnya duduk khusyuk dengan mata yang tak tak beralih dari sang keponakan.

Tepi lapangan tempat Esti duduk awalnya sepi. Lalu tiba-tiba jadi pusat kerumunan karena mempertontonkan duel seru. Sialnya, para penonton yang datang belakangan berdiri membentuk pagar persis di depan Esti.

Beberapa kali Ester menggeser duduk. Mencari celah lain agar bisa menyaksikan sang keponakan. Namun, berkali-kali pula jarak pandangnya terhalangi pagar manusia.

Tak lama berselang, Esti beringsut, kembali ke salah satu sudut GOR Jati Kudus, persis di sebelah tangga masuk. Di sana, seorang ibu-ibu lain tengah duduk cemas. Kepada ibu-ibu itu, Esti mencoba melaporkan situasi Gavin di dalam lapangan.

Esti mencari celah untuk menonton ponakannya di arena Audisi Umum PB Djarum 2025. (Aly Reza/Mojok.co)

Doa tak putus untuk perjuangan anak di PB Djarum

Ibu-ibu yang dihampiri Esti ternyata adiknya, bernama Rara. Rara inilah ibu kandung Gavin. Sejak saya masuk GOR Jati Kudus, saya memang mendapati Rara tampak duduk tak jenak.

“Sepanjang anak main, saya rasanya cemas. Makanya saya lebih baik nggak nonton langsung,” ungkap Rara dengan tawa renyah.

Kata Rara, PB Djarum 2025 sebenarnya bukan audisi yang pertama kali Gavin ikuti. Tahun sebelumnya Gavin juga ikut, tapi hanya mampu main dua kali. Sementara tahun ini sudah tembus di game ketiga.

Hanya saja, entah kenapa, Rara masih belum terbiasa setiap sang anak bertanding. Pasti deg-degan. Pasti cemas.

“Jadi saya biasanya doain aja, Mas, biar lancar, biar mainnya bagus,” tutur Rara.

Rara, ibu Gavin, perempuan asal Kota Semarang, Jawa Tengah. (Aly Reza/Mojok.co)

Ketegaran ibu saat anak “terhenti”

Tak berselang lama, pertandingan di lapangan Gavin usai. Sayang, Gavin harus gugur di pertandingan ketiga itu. Beringsut dari lapangan, Gavin langsung menghambur pada sang ibu dengan isak tangis.

Sejujurnya, ada perasaan tak tega tiap melihat langkah sang anak terhenti. Akan tetapi, Rara selalu menunjukkan ketegaran selapang langit.

“Nggak apa-apa. Tadi mainnya sudah enak. Nanti coba lagi, kan masih ada pertandingan lagi. Tahun depan juga masih bisa lagi (ikut Audisi Umum PB Djarum),” tutur Rara sembari mengelus tangan sang anak yang basah oleh keringat bercampur airmata.

Setelah dari Audisi Umum PB Djarum 2025, Gavin masih akan bertanding bulu tangkis lagi minggu depannya, bersama klub bulu tangkis tempatnya menimba ilmu: PB Altrec Semarang.

Karena sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, Rara punya waktu leluasa untuk mengantar sang anak dalam setiap pertandingan. Dan itulah yang dia upayakan: selalu hadir di sisi sang anak, meski kerap kali ia mengambil sudut yang jauh dari lapangan karena diserang kecemasan.

“Tapis saya selalu pesan ke Gavin, pokoknya mainnya lhos aja, yang penting enjoy,” ungkap Rara.

Tangkupan tangan tak pernah lepas di tepi lapangan Audisi Umum PB Djarum 2025

Di sudut lain, saya mendapati seorang perempuan nyaris tak melepaskan tangkupan tangannya: tanda berdoa. Matanya tertuju ke lapangan tempat sang anak tengah adu menepok bulu dengan peserta lain di KU11.

Dia baru melepaskan tangkupan tangannya usai pertandingan dinyatakan selesai dan sang anak dipastikan masih akan lanjut ke pertandingan besok.

Perempuan itu bernama Astri (39), asal Temanggung, Jawa Tengah. Ia datang untuk mendukung sekaligus mendoakan secara langsung perjuangan sang anak, Abizar Rizki Ramadhan, agar lolos karantina Audisi Umum PB Djarum 2025.

“Rasanya nggak karuan, deg-degan kalau lihat anak main,” ungkap Astri.

Astri tak henti-henti berdoa untuk sang anak yang bertanding di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus. (Aly Reza/Mojok.co)

Rizki ternyata sudah beberapa kali mengikuti Audisi Umum PB Djarum. Perjalanan paling jauhnya ditorehkan tahun lalu: sampai ke tahap akhir, tapi gagal masuk karantina.

Di tahun ini, Rizki sebenarnya menunjukkan performa apik, sehingga baik Rizki maupun Astri sama-sama menaruh harap bisa tembus karantina.

“Pokoknya saya doain terus. Ya Allah kasih kelancaran biar main Rizki bagus. Kalah menang bonus nggak apa-apa. Tapi yang penting Rizki bisa kasih yang terbaik biar membanggakan pelatihnya dan orangtua,” tutur Astri.

Terpisah sejak SD

Astri dan Rizki sebenarnya lebih sering terpisah raga. Tapi jiwa ibu-anak itu tetaplah salung bertaut.

Ceritanya begini, Rizki mengenal bulu tangkis sejak TK B karena suka melihat sang kakak yang sudah lebih dulu bermain raket. Dari situ, Rizki lalu masuk ke sebuah klub di Temanggung. Saat beranjak kelas 4 SD, Rizki langsung merantau ke Medan.

Coach-nya Rizki yang sekarang kan pelatih nasional di Medan. Pas berkunjung ke Temanggung, dia lihat Rizki dan suka. Terus diajaklah Rizki ke Medan,” beber Astri.

“Sebenarnya dari kelas 3 SD sudah diajak, tapi saya belum melepas. Nah coach-nya itu minta terus, baru saya lepas kelas 4 SD,” sambungnya.

Awalnya tentu saja tak tega. Namun, demi masa depan Rizki, Astri rela terpisah jarak begitu jauh dengan sang anak.

Sampai saat inipun Astri masih terpisah jarak dengan sang anak walaupun Rizki sudah kembali ke Jawa. Sebab, usai satu tahun di Medan, kini—satu tahun terakhir ini—Rizki menempa diri di Ambarawa.

Doa ibu senantiasa melindungi

Kendati kini sama-sama di Jawa Tengah, tapi intensitas Astri bertemu Rizki terbilang jarang. Pasalnya, di satu sisi Rizki harus menjaga kedisiplinan asrama, di sisi lain Astri kerap sibuk bekerja (sebagai perawat).

Astri bahkan baru bisa menyusul sang anak di Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus di hari ketiga ini. Ia mengambil cuti hingga Jumat dengan perhitungan Rizki bisa tembus hingga babak akhir.

“Komunikasi sering lewat hp. Sehari Rizki dapat jatah pegang hp dari pelatihnya 1 jam untuk hubungan sama keluarga,” ucap Astri.

Kendati sudah lebih terbiasa berpisah jarak dengan sang anak, Astri tak memungkiri kalau sesekali ia juga merasa khawatir dengan sang anak di rantau. Lebih-lebih saat Rizki sedang tidak enak badan. Akan tetapi, Astri menyerahkan segala urusan dan perlindungan atas Rizki pada Tuhan.

“Setiap saat saya berdoa agar Rizki sehat, tetap rajin salat, dan senantiasa dikelilingi orang-orang baik di manapun berada,” kata Astri.

Saya jadi teringat penggalan puisi Aan Mansyur: “Doa ibu saya lebih luas daripada langit. Di manapun saya berada, saya berteduh di bawahnya.”

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tempuh 7 Hari Perjalanan di Atas Laut demi Audisi PB Djarum: Belum Berbuah Hasil, tapi Tetap Pulang Membawa Kebanggaan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Exit mobile version