Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Banyunibo Bantul: Curug di Tengah Belantara yang Sajikan Sisi Tenang Jogja, Gemericik Air Tanpa Bising Manusia

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
21 Januari 2025
A A
Curug Banyunibo Bantul, wisata alam Jogja yang sajikan ketenangan MOJOK.CO

Ilustrasi - Curug Banyunibo Bantul, wisata alam Jogja yang sajikan ketenangan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Laksono (24), seorang teman komunitas, berbagi cerita perihal “petualangannya” bersepeda dari Sleman ke Bantul. Lalu singgah di Curug Banyunibo. Sebuah alternatif wisata alam yang baginya cocok untuk menepi dari hiruk-pikuk Jogja.

***

“Kalau napas, nggak ada masalah. Cuma paha aja yang nyeri. Karena ngayuh terus kan,” ujarnya sambil menunjuk dua pahanya, pada Senin (20/1/2025) pagi WIB di Akademi Bahagia.

Sabtu (18/1/2025) menjadi momen pertamanya mengayuh dengan jarak tempuh yang terbilang jauh. Dari Akademi Bahagia di Ngaglik, Sleman sampai ke Pajangan, Bantul. Sekitar 34 kilometer.

Berikut adalah cerita petualangan Laksono, bersepeda dari Sleman hingga menemukan sisi tenang Jogja bernama Curug Banyunibo, yang dia bagikan kepada reporter Mojok, Aly Reza.

Aly Reza menyajikan cerita Laksono dalam sudut pandang orang pertama: Laksono sebagai “saya”.

Bangun pagi-pagi untuk pit-pitan pertama kali

Sesuai kesepakatan dengan tiga orang teman komunitas, titik kumpul keberangkatan kami adalah dari Akademi Bahagia di Ngaglik, Sleman. Pagi-pagi sekali mereka—teman-teman komunitas—sudah datang.

Sejak berkantor di Akademi Bahagia, saya memang jarang tidur di sana. Tidak seperti beberapa teman lain yang sudah menubuh dengan Akademi Bahagia: tinggal (tidur, makan, mandi, bahkan buang air) di rumah panggung tersebut.

Karena saya memang berniat betul coba-coba ikut pit-pitan (istilah Jogjanan untuk bersepeda), maka Jumat (17/1/2025) malam saya putuskan tidur di sana. Pola tidur saya kadung terbalik. Baru bisa tidur selepas Subuh.

Jadi kalau saya tidur di rumah saya di Maguwoharjo, sepertinya akan bablas. Maka, tidur di Akademi Bahagia adalah solusi. Biar kalau belum bangun, teman-teman komunitas lah yang membangunkan.

Dan memang begitu di Sabtu (18/1/2025) paginya. Saya yang masih tidur terbangun karena badan saya rasanya ada yang menggoyang-goyang. Teman-teman ternyata sudah siap ngepit menuju Pajangan, Bantul.

Jalan terjal menuju Curug Banyunibo Bantul

Kami mulai mengayuh dari Akademi Bahagia sekitar jam setengah tujuh pagi. Suhu di Akademi Bahagia masih dingin-dinginnya. Jam-jam ketika anak-anak yang tidur di sana masih meringkuk dalam sarung, selimut, atau sleeping bag masing-masing.

Tidak ada banyak hal yang bisa saya bagikan dalam perjalanan dari Ngaglik, Sleman, ke Bantul. Selain bahwa bersepeda bareng teman-teman ternyata seseru itu. Ya meskipun tentu saja ngos-ngosan dan sedikit keram di paha.

Dalam setiap momen pit-pitan, teman-teman komunitas memang kerap menyelipkan satu tujuan wisata alam. Seringnya wisata air. Tidak lain untuk segar-segaran setelah berkeringat sepanjang jalan.

Iklan

Termasuk siang itu. Kami memasuki Pajangan, Bantul, pada jam sebelasan siang. Lalu teman-teman mengarahkan haluan ke Curug Banyunibo, salah satu wisata alam di sana. Saya ngikut saja. Yang penting lekas bisa menyelonjorkan kaki.

Trek menuju Curug Banyunibo naik-turun, dengan jalan cor dua sisi. Seperti umumnya jalan cor di desa-desa terpencil.

Karena saya “pemula”, saya butuh tenaga ekstra untuk mengikuti laju teman-teman. Bagaimana tidak. Saya hanya bisa menaiki sepeda saat jalanan menurun.

Sialnya, setelah jalanan menurun itu, eh langsung menanjak. Teman-teman tampak kuat-kuat saja mengayuh menaiki tanjakan. Kalau saya, ah jalan kaki saja. Meniti tanjakan pelan-pelan sambil mendorong sepeda.

Menyibak belantara

Tak cuma jalanan yang naik-turun. Untuk sampai ke salah satu alternatif wisata alam di Jogja tersebut, kami juga melewati belantara pepohonan.

Tapi itulah untungnya. Karena banyak pohon rimbun, setidaknya ada hawa sejuk yang mengusap ubun-ubun dan menyelinap di balik baju saya yang sudah kuyup oleh keringat.

Hingga tiba lah saya di Curug Banyunibo. Sebuah grojogan air di tengah-tengah bebatuan besar dan rimbun pepohonan di Sendangsari, Pajangan, Bantul.

Di bawah grojogan air itu terbentuk sebuah “kolam kecil”. Tanpa pikir panjang kami berempat langsung membuka kaos masing-masing. Lantas menyeburkan diri ke kolam kecil di bawah grojogan air tersebut. Ah, segar sekali.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Bahagia Cycling Comedy (@bahagia.cc)

Menikmati sisi tenang Jogja di Curug Banyunibo Bantul

Kalau membaca informasi di internet, Curug Banyunibo, Bantul, sebenarnya tertulis sebagai salah satu wisata alam alternatif di Jogja. Bahkan ada informasi soal biaya parkir juga.

Namun, saat saya dan teman-teman komunitas tiba di sana, tidak ada apa pun yang perlu kami bayar. Tidak ada tiket masuk. Tidak ada pula biaya parkir. Bahkan juga tidak ada satu orang pun yang sedang berwisata di sana. Relatif hanya kami berempat.

Air di Curug Banyunibo, Bantul, memang tidak bening. Beda misalnya dengan wisata sumber air lain di Jogja: Blue Lagoon, Widomartani, Ngemplak, Sleman.

Kalau untuk kondisi airnya, saya lebih menikmati Blue Lagoon. Namun, kalau ngomongin soal ketenangan, tentu saja Curug Banyunibo, Bantul, saya rekomendasikan.

Blue Lagoon selalu ramai pengunjung. Tapi di Banyunibo, bahkan di akhir pekan saja, sehening itu. Rasa-rasanya, cocok lah bagi para mahasiswa atau pekerja di Jogja yang hendak menepi dari hiruk-pikuk Kota Pelajar, terutama di akhir pekan.

Hanya ada gemericik air dan desis angin

Momen epik saat kami berempat di sana adalah, ada satu momen saat kami berempat tidak saling bicara. Yang terdengar tinggal gemericik air dan desis angin yang menerpa pepohonan. Asoy sekali.

Kami cukup lama istirahat di sana. Sebelum akhirnya beranjak, mampir ke rumah seorang teman lain: pemuda Pajangan yang saat ini mengurus toko Mojok Store.

Pemuda Pajangan itu kini juga merangkap sebagai barista di Kedai Sebelah Toko. Sebuah kedai kopi kecil yang terletak persis di sebalah barat Mojok Store.

Kalau Anda ke Mojok Store (satu alamat dengan Akademi Bahagia), dia lah pemuda yang akan Anda temui. Pemuda ramah, lucu, dan teman ngobrol yang asyik. Meski cara bicaranya agak terbata-bata.

*) Diolah dari wawancara antara reporter Mojok, Aly Reza, dengan Laksono pada Senin (20/1/2025) pagi WIB.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kebaikan Warga Lokal di Pantai Parangkusumo Jogja, Berjaga saat Wisatawan Bersenang-senang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 22 Januari 2025 oleh

Tags: Bantulcurug banyunibocurug banyunibo bantulJogjapilihan redaksiwisata air jogjawisata alam jogjawisata bantulwisata jogja
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.