Cerita Pekerja Jakarta yang Dulu Jadi Pengawas Gajah di Jambi, Harus Siap Ketemu Kuntilanak dan Siaga Menahan Nafas karena Harimau

Cerita Pekerja Jakarta yang Dulu Jadi Pengawas Gajah di Jambi, Harus Siap Ketemu Kuntilanak dan Siaga Menahan Nafas karena Harimau

Cerita Pekerja Jakarta yang Dulu Jadi Pengawas Gajah di Jambi, Harus Siap Ketemu Kuntilanak dan Siaga Menahan Nafas karena Harimau

Banyak pekerjaan unik di dunia ini, dan pengawas gajah jelas salah satunya. Amy (28), karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta sempat menjadi pengawas gajah di Jambi, tepatnya Frankfurt Zoological Society yang bekerja sama dengan Pemda Tebo, Jambi.

Oh, iya, Amy itu cowok.

Menjadi pengawas gajah tak pernah terpikirkan di pikiran Amy. Terlebih dia mengaku nyaman di Jogja. Tapi karena mendapat mandat yang tak bisa ditolak, Amy tak punya pilihan. Kota Istimewa terpaksa dia tinggalkan, dan berangkat ke Jambi.

“Pindah dari Jogja ke Bungo (Jambi) karena ada urusan keluarga yang harus aku handle sendiri, Mas, seperti urusan warisanlah. Setelah itu kan nganggur di Bungo, ada abang-abangan yang ajak kerja di FZS jadi langsung ikut aja, Mas.”

Amy bekerja di Frankfurt Zoological Society pada 2022. Di akhir tahun, dia akhirnya cabut dan pindah ke Jakarta. Tapi nanti kita bicara tentang itu, kita gali dulu job desc Amy yang amat unik.

Mengawasi gajah

Kerja Amy, seperti namanya, mengawasi gajah. Secara garis besar, pekerjaan Amy adalah memantau pergerakan gajah agar tidak masuk ke wilayah pemukiman dan perkebunan warga di Jambi, dengan menghalau gajah masuk pemukiman warga. Jadi gajah terlindung dari keganasan manusia.

“Banyak cara kami menghalaunya, Mas. Pakai flare salah satunya, soalnya gajah takut suara bising dan cahaya terang.”

Tapi tugas Amy tentu saja tidak hanya tentang menghalau gajah. Banyak hal lain yang dia lakukan, seperti memasang GPS collar pada gajah, memantau pergerakan mereka, serta membuat perencanaan hal-hal lain.

Momen saat bertugas (Dokumentasi pribadi Amy)

Oleh karena kerja Amy berhubungan dengan gajah, otomatis dia harus tinggal di hutan. Selama kerja, dia harus tinggal 3 minggu berturut-turut di hutan. Setelah itu, dia dapat libur seminggu. Kelihatannya sih, menyenangkan, hanya saja, tercerabut dari peradaban tentu tak semudah yang dibayangkan. Bahkan Amy sempat mengaku stres saat bekerja di sana.

“Sempet mas, aku cuma bertahan 6 bulanan. Capeknya dan stressnya luar biasa, ditambah terisolasi, sulit.”

Menahan nafas gara-gara harimau

Tinggal di hutan tentu saja membosankan. Mungkin bagimu yang suka petualangan, hutan adalah surga. Tapi untuk manusia kebanyakan yang tak bisa jauh-jauh dari layar, hutan bikin kalian terisolasi, seperti apa yang Amy katakan. Tak ada sinyal untuk menghilangkan kegabutan, jadinya ya apa saja dilakukan. Untuk Amy, yang bisa dia lakukan hanyalah tiduran dan jalan-jalan.

“Cuma keliling-keliling gabut aja, Mas, tanpa tujuan, yang penting keliling-keliling aja. Di sana kami di kasih motor trail untuk mempermudah mobilitas. Jadi selain dipake untuk masuk hutan, ya dipake untuk keliling kampung warga terdekat, Mas.”

Meski membosankan, bukan berarti tak ada hal seru yang terjadi selama Amy jadi pengawas gajah di Jambi. Lebih tepatnya sih, menegangkan.

Makin terjaga hutannya, makin kaya satwanya. Makin kaya satwanya, pasti ada predator yang mengintai. Dan yak, betul, Amy bicara tentang harimau, hewan yang selama ini kerap dia temui meski tak melihatnya secara langsung. Dalam beberapa kesempatan saat masuk ke hutan, Amy mengaku kalau beberapa kali mendapat aba-aba yang menandakan bahwa ada harimau.

“Kalo aku belum pernah melihat secara langsung, karena teman-teman yang sudah expert di sana bisa tahu dari suara dan langkah kaki harimau. Jadi sudah dikasih aba-aba dahulu dari mereka untuk kita diam dan berhenti di tempat. Terpaksa kami membantu dahulu dan menahan nafas agar tidak terdeteksi.”

Harimau ternyata bukanlah satu-satunya hal yang bikin “seru” di hutan Jambi. Ternyata makhluk dari dimensi lain pun ikut tampil.

Amy mengaku kalau kawannya pernah mengejek kuntilanak yang dia temui di jalanan. Kejadian itu ada di depan matanya, jadi jelas yang dia lihat bukanlah tipuan semata. Masalahnya, tak hanya mengejek, kawannya akhirnya melempari kuntilanak tersebut.

Wow.

Gaji jadi pengawas gajah di Jambi

Bekerja menjadi pengawas gajah di Jambi sebenarnya menarik secara penghasilan. Sebab, gaji yang ditawarkan begitu tinggi. Untuk probation saja digaji 7 juta, kalau sudah lolos, tentu saja gajinya beda lagi. Padahal UMR Jambi 2024 saja baru menyentuh 3 juta. Amy juga mengatakan kalau gaji di sana bakal utuh karena kebanyakan waktu dihabiskan di hutan. Ya mau beli apa juga di hutan.

Katakanlah mau belanja pun, hanya bisa dilakukan sebulan sekali saat libur atau saat ada yang keluar untuk mengisi stok makanan dan keperluan lain. Jadi ya, gaji aman. Nggak bakal uang kalian bablas karena checkout barang nggak jelas di Shopee dan TikTok. Orang nggak ada sinyal kan?

Meski menarik secara penghasilan, tentu saja ada harga yang harus dibayar.

“60% (kerjanya) fisik, Mas, lebih banyak menggunakan fisik, mental juga harus kuat, kita di dalam hutan 3 minggu terisolasi. Buat yang suka adventure explore hutan, ya asyik.”

“Penembak jitu yang sudah terkenal di Indonesia aja trauma menangani gajah liar di daerah Jambi-Pekanbaru. Ya kayak gitulah, Mas, Risikonya.”

Amy pun mengaku tak mau balik kerja di FZS. Pulang ke Jambi masih bisa menggodanya, tapi kerjaan lama tak sudi dia jalani lagi. Dia sudah nyaman bekerja di Jakarta, jadi marketing dan SPV operasional. Sudah berkali-kali dia hampir menyerah karena terisolir di hutan, dan dia benar-benar tak ingin kembali lagi.

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Mau Jadi Artis di Jambi? Mimpimu Ketinggian, Kawan, Minimal Pindah Dulu ke Jawa!

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version