Laju kencang nan ugal-ugalan bus Sumber Selamat di jalanan, bagi sebagian orang, tentu saja memicu rasa takut. Di jalanan apapun bisa terjadi. Apalagi bus dari PO Sugeng Rahayu itu punya rekam jejak kerap laka lantas hingga memakan korban jiwa.
Bismillah tawakkaltu ala Allah (Dengan menyebut nama Allah, kupasrahkan hidupku pada Allah). Kiranya, lewat doa bepergian ala umat Islam itu, penumpang bus Sumber Selamat memang harus pasrah betul.
Selamat atau tidak saat menaiki bus itu memang pada akhirnya tergantung pada kelihaian si sopir dan tentu saja takdir. Namun, beberapa penumpang bus dari PO Sugeng Rahayu itu punya siasat untuk mengatasi ketakutan tiap bus mulai melaju kencang.
Bus Sumber Selamat tetap jadi pilihan meski ugal-ugalan
Saya terbilang cukup sering menggunakan bus Sumber Selamat untuk perjalanan Jogja-Surabaya atau Jogja-Jombang. Mau di hari biasa atau tanggal merah, bus tersebut selalu terisi penuh.
Sebenarnya saya tahu betul, jika naik bus ini kemungkinan terburuk pun bisa terjadi. Mengingat persentase laka lantasnya masih tinggi.
Berkali-kali pula saya naik bus yang sopirnya ugal-ugalan. Nyaris tabrakan pun pernah.
Tapi entah kenapa saya seperti “mati rasa”. Tidak ada rasa takut meski penumpang lain jejeritan. Mungkin karena saya kelewat percaya dengan kelihaian si sopir. Tapi bagaimana dengan orang lain yang tetap menggunakan bus dari PO Sugeng Rahayu ini meski dengan rekam jejak seperti itu?
“Sebenarnya penginnya perjalanan Jogja-Sidoarjo ditempuh naik kereta. Sayangnya, tiket termurah (Rp88 ribu Sri Tanjung) sering habis menjelang akhir pekan,” ujar Muhlasin (27), pemuda asal Sidoarjo yang semasa kuliah di Jogja nyaris selalu naik bus Sumber Selamat.
Tiket kereta sisanya terlampau mahal. Maka, jika tidak ingin mengeluarkan uang di atas Rp100 ribu untuk perjalanan Jogja-Sidoarjo, bus Sumber Selamat adalah pilihannya. Tarifnya Rp90 ribuan.
“Kenapa nggak nyoba Mira?” Tanya saya.
“Kalau ke Terminal Giwangan Jogja, yang selalu standby Sumber Selamat. Jadi naik bus itu,” sambungnya.
Tidur untuk memangkas rasa takut
Meski terbilang sering naik bus Sumber Selamat, Muhlasin mengaku belum sekebal saya. Dia masih gemetaran tiap kali bus melaju sangat kencang.
Lebih-lebih jika bus mencoba mamakan jalur arah berlawanan dan dari arah berlawanan itu sedang melaju kendaraan lain. Dia langsung menahan nafas, bersiap atas potensi tabrakan. Beruntung, bertahun-tahun dia selalu sampai tujuan dengan selamat.
“Untuk mengatasi rasa takut, siasatku ya tidur. Jadi misalnya dari Jogja, ambil duduk (semabarang kursi), bayar ke kondektur, lalu sisanya tidur,” ucapnya.
Kalau di tengah jalan kebangun sementara jaraknya masih sangat jauh, maka dia akan mencoba tidur lagi.
“Biasanya aku bener-bener melek kalau sudah masuk Kertosono atau Jombang. Lumayan, absen deg-degan sepanjang Solo-Sragen-Ngawi-Madiun-Nganjuk,” sambungnya.
Baca halaman selanjutnya…












