Bengkel Motor Jogja bikin Kaget Orang Surabaya Gara-gara Servis Motor Berujung “Pemorotan”

Servis motor di bengkel Jogja bikin kaget orang Surabaya karena terlalu sering jadi korban kelicikan MOJOK.CO

Ilustrasi - Servis motor di bengkel Jogja bikin kaget orang Surabaya karena terlalu sering jadi korban kelicikan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Cara servis motor di bengkel Jogja membuat kaget orang Surabaya, sebab selama ini menjadi korban kelicikan hingga dompet terkuras.

***

Sialnya, Febri (27), pemuda asal Pasuruan, Jawa Timur, yang kemudian merantau ke Jogja untuk S2 tidak begitu paham detail-detail soal peranti motor. Dia hanya memahami, berapa bulan sekali idealnya motor harus diservis dan ganti oli. Maka, hanya pada waktu itulah dia akan ke bengkel.

Atau jika ada gangguan yang benar-benar bisa dia rasakan, barulah dia akan membawa motornya untuk dibongkar montir.

Kaget dengan servis di bengkel motor Jogja

Febri selalu gamang tiap harus membawa motornya ke bengkel. Membawanya ke bengkel resmi AHASS rawan malpraktik karena dipegang bocah-bocah SMK yang sedang PKL. Sementara kalau di bengkel biasa, seringnya jadi modus kelicikan.

Namun, sejak di Jogja, Febri menemukan dua bengkel motor yang membeli pelayanan sangat memuaskan dan jujur.

“Misalnya, si montir ngasih tahu, bagian apa yang seharusnya diganti. Tapi untuk sementara masih bisa bertahan hingga jangka waktu berapa bulan,” ujar Febri, Selasa (6/5/2025) malam WIB.

“Kalau mau diganti bisa, tapi montir menyarankan nggak perlu diganti dulu nggak ada masalah. Daripada diganti sekalian akan menghabiskan banyak uang,” sambungnya.

Bagi Febri, kejujuran semacam itu sangat membantu orang yang tidak paham betul soal peranti motor sepertinya. Karena alih-alih memanfaatkan ketidaktahuan Febri untuk berbuat licik, si montir justru mencoba menjelaskan dengan bahasa yang bisa dimengerti.

Lebih dari itu, si montir juga memberi gambaran opsi-opsi terbaik yang bisa Febri ambil sebelum memutuskan.

Bolak-balik uang ludes di bengkel motor Surabaya

Berbeda dengan apa yang pernah Febri alami saat servis motor di beberapa bengkel di Surabaya.

Sebelum merantau ke Jogja, Febri pernah merantau di Surabaya untuk kuliah S1. Terbilang lama: 4,5 tahun.

Di Surabaya, dia mengandalkan motor untuk mobilitas sehari-hari. Bahkan motor tersebut sering digunakan untuk perjalanan jauh. Kalau tidak untuk pulang ke Pasuruan yang berjarak 2-3 jam ya untuk mobilitas ke daerah lain.

“Pernah ya di sebuah bengkel motor Surabaya aku cuma minta ganti oli. Lalu tiba-tiba si montir bilang ada yang rusak dan harus diganti. Aku iyain. Karena sekali lagi, aku nggak begitu paham. Eh bilang lagi kalau ada bagian lain yang juga harus diganti,” beber Febri. Alhasil, totalannya membengkak dari budget awal yang dia untuk sekadar ganti oli.

Ketika mencoba pindah di bengkel lain, sialnya hal serupa harus dia alami lagi. Bahkan lebih parah.

Berdasarkan asumsi Febri, montir bisa saja membaca ketidaktahuan pemilik motor dari mimik wajah dan cara menjelaskan kondisi motornya. Oknum montir yang tidak bertanggung jawab lantas akan memanfaatkan hal itu untuk meraup untung. Misalnya dengan menyarankan ganti sparepart.

“Di bengkel motor langgananku di Jogja, kalau ada orang nggak begitu paham motor, malah dipandu. Diberitahu opsi dan kemungkinan-kemungkinannya. Bukan dikibuli,” tutur Febri.

Karena pengalaman dikibuli itu, Febri akhirnya lebih sering membawa motornya untuk diservis di Pasuruan saja tiap sedang pulang kampung.

Merasa aman tinggalkan motor di bengkel Jogja

Kekagetan soal beda servis motor di bengkel Jogja dan Surabaya juga diungkapkan oleh Lingga (26), pemuda asal Jember, Jawa Timur, yang pernah kuliah S1 di Surabaya dan bekerja di Jogja sejak 2023 silam.

Di oknum-oknum bengkel motor Surabaya, orang yang tidak paham motor justru bisa jadi ladang cuan.

“Pernah aku terpaksa ninggal motor untuk servis. Setengah hari. Waktu itu bengkel minta nomor biar kalau beres ngabarin. Pas kuambil, aku dikasih tahu kalau ada beberapa bagian yang diganti karena sudah aus. Bengkaklah tagihannya,” tutur Lingga.

Maka ketika dia terpaksa harus meninggalkan motornya di sebuah bengkel di Jogja, Lingga agak ragu. Tapi waktu itu mau tidak mau dia harus meninggalkan motor di bengkel. Antreannya terlampau panjang. Sementara dia harus mengejar agenda penting.

“Fungsi bertukar nomor bagi montir di bengkel motor langgananku (di Jogja) itu nggak sebatas ngabarin kalau motor bisa diambil. Tapi ngasih penjelasan, ‘Mas ini sudah rusak. Perlu diganti. Gimana? Mas, ini agak usang, tapi masih bisa bertahan. Bisa diganti. Tapi kalau nggak mau diganti dulu masih aman’. Jadi ada rasionalisasi. Nggak asal ganti,” kata Lingga.

Garansi yang tidak ditemukan di bengkel motor Surabaya

Setidaknya tiga kali Lingga mendapat garansi kala memasukkan motornya ke bengkel motor Jogja langganannya.

Pernah suatu kali dia membawa balik motornya ke salah satu bengkel Jogja yang kemudian menjadi langganannya. Penyebabnya, ada bagian yang sebetulnya telah dibetulkan, tapi kembali bermasalah.

Oleh pihak bengkel, bagian itu coba dibetulkan. Tapi setelahnya dia tidak harus membayar lagi karena dihitung sebagai garansi.

“Setelah akhirnya jadi langganan, si montir selalu bilang ‘Ini garansinya sekian bulan’, tiap aku habis servis,” ungkap Lingga.

“Di Surabaya aku seringnya sial. Dengan kasus yang sama, aku tetep harus bayar lagi. Itung-itung bayar jasa montirnya,” lanjutnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Menyepelekan Pentingnya Servis Jok Motor, Berbulan-bulan Pantat Jadi Korban atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan

 

Exit mobile version