Apalagi Andri cukup menyayangkan bagi teman-temannya yang ngebet punya iPhone, tapi jatuhnya malah beli di tempat tidak resmi maupun second. Alhasil, ada beberapa fitur yang tak bisa dipakai, dan jatuhnya malah merepotkan saja.
“Heran saja punya duit 4 juta, beli iPhone second, eh, IMEI-nya keblokir. Ujung-ujungnya andalin WiFi saja atau tethering di HP lain. Ribet,” kata Andri. “Punya uang 4 juta kalau bijak mending beli Android baru sudah dapat spek dewa.”
Android lebih multifungsi, gampang diotak-atik
Selain banyak kebutuhan yang masih bisa terhandle dengan Android, ada alasan lain mengapa anak muda Jogja tak mau pakai iPhone. Gati, yang kini kerja sebagai teknisi servis ponsel dan laptop, mengaku pernah setahun pakai iPhone. Selama itu, ia merasa kurang menikmati karena ponsel keluaran Apple itu “terlalu kaku”.
Sebagai seorang “IT enthusiast”, Gati jelas tak bisa diam dengan ponselnya. Alias, rasa ingin mengotak-atik selalu ada. Meski terkadang ilegal dan tak boleh ditiru, Gati mengaku senang “mendobrak” batasan suatu ponsel.
“Androidku selalu dalam keadaan root. Semua batasan ke-unlock. Ini yang aku suka, Mas, aku bisa ngelakuin hal-hal yang orang lain nggak bisa,” jelasnya.
Andri menyebut, melalui rooting, Androidnya bisa melampaui batasan. Seperti meng-upgrade RAM, menginstall aplikasi tak berlisensi yang ditolak sistem, dan sebagainya. Memang ada risiko dibalik rooting Android, tapi manfaat yang ia rasakan juga tak sedikit.
“Paling kecil, deh, bisa pasang aplikasi internet gratis. Bisa pasang aplikasi buat nembus password WiFi. Atau bisa bikin Android yang nggak kompatibel buat main game, jadi bisa dan lancar,” sambungnya.
Menurut Andri, hal-hal tersebut hanya mungkin dilakukan di Android. Dalam iPhone, jangankan “mendobrak batasan”, sekadar menginstall aplikasi di luar Appstore saja nyaris tak mungkin bisa.
“Jadi buat orang yang suka otak-atik ponsel kayak saya, Android masih lebih oke.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News