“Beasiswa LPDP” menjadi dua kata yang begitu dibenci oleh Faradina (28). Sebab, setelah adik perempuannya lolos sebagai penerima beasiswa tersebut dan kuliah (menjadi mahasiswa S2) di universitas luar negeri, malah berakhir mengecewakan keluarga.
Kebanggan dan dukungan saat anggota keluarga tembus beasiswa LPDP
Saat sang adik menyatakan ingin berupaya menjadi mahasiswa S2 lewat jalur beasiswa LPDP, Faradina dan kedua orangtuanya tentu sangat mendukung. Meski itu artinya sang adik harus berjarak sangat jauh, karena manarget kuliah di Jerman.
Faradina mengakui, sang adik memang cerdas. Sejak SD selalu berprestasi. Begitu juga saat lulus S1, dapat IPK sempurna 3,9.
Nyaris tak ada hambatan saat sang adik mengikuti beasiswa LPDP untuk kuliah di luar negeri. Dan hasilnya, sang adik memang keterima.
“Aku juga S2, tapi aku memang nggak beasiswa. Karena aku kuliah pakai biaya sendiri,” ujar Faradina, Kamis (21/8/2025).
“Tentu keluarga bangga banget lah pas dia keterima kuliah S2 di Jerman. LPDP lagi. Kami sekeluarga mendukung penuh,” ungkap perempuan asal Bandung, Jawa Barat tersebut.
Pesan penting ibu dalam tangis haru
Jelang keberangkatan ke Jerman, mereka sekeluarga sering menghabiskan malam-malam bersama di ruang tengah rumah. Di situ, ibu Faradina biasanya akan memberi pesan banyak pada adik Faradina.
“Pas hari keberangkatan, ibu sampai nangis haru. Dia berpesan serius agar adikku jaga salat lima waktu, jaga pergaulan, jangan terpengaruh budaya barat, gitu-gitu lah,” jelas Faradina.
Saat itu, kata Faradina, sang adik juga menangis haru sambil memeluk Faradina dan orangtuanya. Dari raut wajahnya, adik Faradina tampak betul menyanggupi pesan-pesan sang ibu.
Toh selama ini, di mata Faradina dan keluarga, sang adik memang dikenal sebagai pribadi yang “lurus” dan patuh. Sebelum akhirnya semua berubah drastic sejak kuliah menjadi mahasiswa S2 di luar negeri.
Baca halaman selanjutnya…
Malah melukai orangtua karena lupa diri
Setahun jadi mahasiswa penerima beasiswa S2 LPDP, langsung berubah drastis
Baru setahun kuliah S2 di luar negeri sejak awal berangkat 202, Faradina langsung melihat ada perubahan drastis yang dialami sang adik.
Awalnya, Faradina menaruh curiga kalau sang adik kerap menghabiskan malam di bar. Itu dia lihat dari WA story sang adik. Namun, saat ditanya, sang adik berdalih hanya ikut teman biar akrab. Tapi dia tidak menyentuh minuman keras sama sekali.
Setelah pertanyaan itu, WA story sang adik seperti tidak muncul lagi di ponsel Faradina. Sepertinya memang disembunyikan dari Faradina.
“Tapi di Instagram aku masih bisa lihat. Makanya aku pakai siasat ikutin pakai second account,” ujar Faradina.
Dan dari situ Faradina bisa melihat, ternyata sang adik sudah berubah drastis. Hijab rapat yang selama ini dikenakan tiba-tiba saja ditanggalkan. Pakaiannya menjadi kebarat-baratan.
Tapi itu tak seberapa membuat Faradina kaget. Yang paling membuatnya “makdeg!” adalah, ada satu momen saat sang adik berpose dengan botol alkohol bersama beberapa teman perempuannya.
Mulai berani menentang nilai keluarga
Faradina sempat mencoba menahan diri untuk tidak memberitahu orangtuanya. Dia ingin dengar langsung penjelasan langsung dari sang adik. Lebih-lebih ketika akhirnya Faradina tahu, sang adik termasuk salah satu orang mendukung penuh kampanye LGBT dan childfree. Cara pandang yang bertentangan betul dengan moralitas dan nilai yang dianut oleh keluarganya.
“Suatu kali aku berhasil nelepon dia. Aku mencoba bicara agar tegas, menentang apa yang dia lakukan. Tapi dia malah membentak aku balik. “Udah lah, Mba, hidup-hidup aku. Nggak usah diceramahain. Aku punya kebebasan untuk memilih hidup”. Begitu katanya,” ungkap Faradina.
Tak berselang lama, telepon dimatikan dari seberang. Setelahnya, dia amat kesulitan menghubungi sang adik lagi. Telepon tak diangkat, pesan WA tak dibalas. Hingga kemudian kontaknya diblokir.
Pilih kecewakan orangtua demi kebebasan sendiri
Akhirnya Faradina memberanikan diri memberitahu orangtuanya. Tentu saja mereka langsung kaget.
“Ibu nyoba nelepon, awalnya video call, tapi nggak mau diangkat. Pas telepon biasa baru diangkat. Jawabannya sama, adikku merasa lebih tahu pilihannya sendiri. Jadi ibu atau bapak nggak perlu ngatur-ngatur,” beber Faradina.
Paling membuat sakit hati adalah ketika sang adik menegaskan kalau dia kuliah S2 di luar negeri dengan usaha sendiri. Beasiswa LPDP yang dia dapat pada akhirnya memungkinkannya tidak membebani orangtuanya dari aspek biaya.
Ibu Faradina langsung menangis tersedu. Sementara sang bapak langsung muntab. Tapi itu tidak mengembalikan adik Faradina. Setelahnya dia malah susah dihubungi dan tak pernah pulang.
“Tapi ibu masih sering kirim pesan. Sekadar tanya sudah malam apa belum? Kabarnya bagaimana? Kuliahnya bagaimana? Adikku jawab, tapi singkat. Hanya sesekali aja adikku mengangkat telepon ibu, itupun diawali dengan kalimat, “Ibu, aku nggak pengin diceramahi ya.” Daripada teleponnya ditutup, sementara ibu kangen, jadi ibu mending tanya yang sekadarnya saja,” ungkap Faradina.
Faradina tahu belaka, batin ibunya benar-benar terluka. Bahkan, dia kerap menangis kepada Faradina; Tak menyangka bagaimana sang adik bisa berubah seperti itu.
Pulang untuk kemudian pergi lagi…
Karena cerdas, tak butuh waktu lama bagi adik Faradina untuk menuntaskan masa kuliah menjadi mahasiswa S2 di luar negeri. Seiring itu, dia memutuskan pulang ke kampung halaman.
Baik Faradina, orangtua, maupun tetangganya pangling dan kaget. Sebab, penampilannya benar-benar jauh dari sang adik di masa lalu. Rambut bercat pirang, pakaian seksi. Lebih dari itu, sudah makin jarang salat.
“Aku nyoba deketin dia, orangtua juga. Tapi dia membentengi diri, nggak pernah mau kalau dinasihati. Mungkin itu juga yang membuatnya nggak betah di rumah,” kata Faradina.
Hanya dua bulan Faradina di rumah. Setelahnya dia memutuskan kerja di Jakarta dan amat jarang pulang. Hingga sekarang.
“Di titik itu, kadang ibuku menyesal. Berandai-andai seandainya adikku nggak keterima beasiswa LPDP di luar negeri kalau ujung-ujungnya membuat dia seperti itu,” ucap Faradina.
Meski begitu, ibu Faradina tak henti-henti berdoa. Dalam lelehan air mata, sang ibu berharap agar Tuhan mengembalikan anaknya terebut kembali sebagaimana sediakala.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Mahasiswa PTN Bohong ke Orang Tua, Mengaku Dapat Beasiswa padahal Diam-Diam Kuliah Sambil Kerja demi Gelar Sarjana atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
