Dugaan Dosen Cabul Berkeliaran di ISI Yogyakarta, Bertahun-tahun Lecehkan Para Mahasiswi hingga Trauma  

Soal Kekerasan Seksual di ISI Jogja.MOJOK.CC

Ilustrasi Soal Kekerasan Seksual di ISI Jogja: Rektor Klaim Sudah Ambil Langkah Tegas, Tapi Nyatanya Pelaku Masih Bebas Berkeliaran di Kampus (Ega/Mojok.co)

Empat perempuan -mahasiswi aktif dan alumnus ISI Yogyakarta- memberikan kesaksian mengalami pelecehan seksual oleh dosen-dosen mereka. Para dosen yang hingga kini masih aktif di kampus.

Peringatan, tulisan ini mengandung beberapa deskripsi pelecehan seksual yang eksplisit. Semua keterangan ditayangkan setelah mendapatkan persetujuan korban. Mojok juga telah berupaya meminta keterangan dari pihak ISI Yogyakarta.

Jumlah terduga korban, menurut laporan yang Mojok dapatkan, ada lebih dari empat mahasiswi. Namun tidak semuanya bisa dihubungi atau berkenan memberikan kesaksian mengingat dampak psikologis berupa trauma yang masih terus mereka rasakan.

Lala* (21) adalah salah satu yang berkenan untuk Mojok wawancarai. Matanya memerah, agak basah, saat mengingat dan menceritakan momen yang membuatnya kehilangan semangat untuk meneruskan studi di ISI Yogyakarta.

“Mereka seperti nggak menghargaiku sebagai perempuan,” cetus Lala pada Kamis (15/8/2024).

Peristiwa terjadi pada akhir semester genap, 4 April 2023 silam. Di jurusan Lala ada istilah “bayar utang” untuk mengganti sesi kelas atau praktikum yang ia lewatkan. Biasanya, proses itu dilakukan di akhir semester sebelum ujian.

Pada mata kuliah rias, ia memiliki tanggungan empat jenis make up yang harus dibayarkan. Sehingga perlu sesi yang cukup panjang dengan dosen terduga pelaku yakni Juki*.

Dugaan tindak tercela di ruang praktik mahasiswa ISI Yogyakarta

Hari itu, siang sekitar pukul 11 saat jam istirahat ia datang ke ruangan di lantai tiga untuk melakukan sesi rias tersebut. Lala mengaku sebenarnya sudah janjian dengan temannya untuk ganti utang bersama. Namun, di hari itu temannya berhalangan untuk turut serta.

Proses merias berjalan lancar, setidaknya hingga tiga tahap awal. Juki awalnya sama sekali tidak melakukan sentuhan fisik kepada Lala. Situasi berubah menjelang pukul 14.30 saat Lala melakukan sesi terakhir yakni merias wajah dengan tema hewan. Saat itu, ia hendak melukis wajahnya dengan karakter harimau putih.

Lala mulai merias wajahnya di depan cermin. Sementara Juki perlahan mulai memberikan instruksi untuk membenahi arsiran di wajah Lala. Akan tetapi, lama-kelamaan ia tidak hanya memberi instruksi tapi mengambil alat dan ikut mengguratkan cat di wajah Lala.

Saat merias area mata, Lala terpejam untuk menghindari perih. Namun, di saat matanya terpejam itulah Juki tiba-tiba merapatkan wajahnya. Lelaki paruh baya itu mencium pipi Lala sampai tiga kecupan.

“Lalu dia berbisik di telingaku, manggil namaku,” ungkapnya.

“Aku cuma bisa terdiam, kaget, nge-freeze badanku hampir semenit,” imbuhnya lirih.

Ketika badannya mulai bisa merespons, Lala langsung mendorong tubuh Juki menjauh. “Sudah ya Pak make up-nya. Saya ada tugas kelompok,” ujar Lala.

“Lho katanya tidak ada agenda lain,” sahut Juki.

Tanpa merespons lagi Lala langsung melenggang pergi meninggalkan ruang praktik kuliah salah satu jurusan di ISI Yogyakarta itu. Riasan harimau putih yang belum sempurna masih menempel di wajahnya.  Lalu sedikit terpudarkan air mata yang jatuh saat ia meninggalkan ruangan.

Lala bukan satu-satunya yang memberikan kesaksian atas dugaan pelecehan seksual oleh Juki. Raina* (25) mengaku pernah mendapatkan cubitan di pipinya saat sedang melakukan bimbingan tugas akhir pada 2021 silam.

Saat memaparkan masukan terkait tugas Akhir, tiba-tiba Juki mencubit pipi Raina. “Jadi begitu ya Raina,” kata Juki sambil mencubit pipi Raina.

Kejadian yang berulang

Raina hanya bisa terdiam. Kaget dan tak bisa merespons apa-apa. Seketika suasana hening dan Raina langsung mengemasi laptop dari meja dosen tersebut. Batinnya bergejolak, berusaha meyakinkan diri untuk menyampaikan rasa ketidaknyamanannya.

Sampai tiba-tiba saja keberanian itu muncul. Setelah mengemasi barang ke dalam tas, Raina berujar, “Maaf Pak saya nggak suka diperlakukan begitu.”

“Maaf ya. Aku kira kamu seperti mahasiswi lainnya,” respons Juki.

Sebelum momen bimbingan tugas akhir di ISI Yogyakarta tersebut, Raina mengaku pernah mendapatkan ajakan untuk pergi berdua ke makam salah seorang seniman legendaris Jogja, Kirdjomulyo. Juki yang bercerita bahwa memiliki kedekatan dengan Kirdjomulyo semasa hidup, membuat Rania antusias mendengarkan cerita sang dosen di sela sebuah penampilan.

Juki lantas mengajak untuk ziarah. Namun saat Raina berujar hendak mengajak mahasiswa lain, Juki tiba-tiba menyarankan agar berdua saja.

“Berdua saja, sore-sore sambil ngobrol di sana,” kata Juki. Raina yang merasa janggal akhirnya mengalihkan pembicaraan dan berujar akan mendiskusikan rencana ziarah itu dengan rekannya terlebih dahulu.

Hal semacam itu juga dialami oleh Tatia* semasa masih menjadi mahasiswi ISI Yogyakarta pada medio 2017 silam. Tatia mengaku, saat itu Juki menyuruhnya mengumpulkan tugas di kantin saat sore hari. Suasana sudah sepi namun awalnya ia tidak mengira bahwa Juki akan melakukan tindakan pelecehan seksual padanya. 

Setelah menyerahkan tugas, Juki tiba-tiba bertanya, “Saya boleh minta lipstick-mu nggak?”

Spontan, Tatia lantas merogoh tas dan mencari lipstick miliknya. Namun, belum sampai ketemu tiba-tiba Juki sudah mendekatkan wajah dan mengecup bibir Tatia.

“Lipstick yang dimaksud itu lipstick di bibirku,” terangnya.

Tatia juga bercerita bahwa Juki pernah memintanya menjadi model rias. “Tapi riasnya full body, jadi nggak pakai baju. Jelas aku tolak,” tuturnya.

Baca halaman selanjutnya…

Terduga pelaku lebih dari satu, tawaran menjadi “perempuan dosen”, hingga respons kampus

Tawaran menjadi “perempuan dosen”

Dugaan pelecehan seksual di salah satu jurusan di ISI Yogyakarta tidak hanya dilakukan oleh Juki. Dosen lain, Joko* juga diduga melakukan pelecehan seksual verbal terhadap sejumlah mahasiswi.

Tami* (25) mengaku pernah mendapatkan tawaran dari Joko untuk menjadi “perempuan dosen”. Istilah untuk menyebut mahasiswi yang menjalin keintiman dengan dosen agar mendapat berbagai privilege seperti nilai yang baik.

“Selama semester 1 sampai 3 aku pernah beberapa kali ditawari menjadi perempuan dosen tapi aku tolak terus,” ujar alumnus ISI Yogyakarta ini.

Tami mengaku pada semester 1 nilai perkuliahannya jelek. Joko lantas memberi tawaran agar Tami menjadi perempuan dosennya agar nilai semester selanjutnya bisa aman.

“Pernah suatu ketika karena tidak memahami perkuliahan, aku diajak ke ruangannya. Kami membahas pra proposal tugas akhir juga. Dia seperti sengaja mengulur waktu sampai sepi. Saat sudah sepi dia menyentuh pahaku,” terangnya. Tami langsung melenggang pergi dan sengaja menjauhi Joko setelahnya.

Menurut narasumber Mojok di internal ISI Yogyakarta, Joko melakukan hal serupa kepada sejumlah mahasiswi lain. Menawari mahaswi untuk menjalin kedekatan dengannya agar mendapat nilai baik atau privilege lain dalam perkuliahan.

Narasumber Mojok mengungkap bahwa dosen tersebut memang pernah menjalin hubungan konsensual dengan mahasiswi ISI Yogyakarta. Namun, praktik memberikan tawaran sebagai perempuan dosen terhadap mahasiswi yang tidak memiliki keinginan serupa tergolong melecehkan.

Meninggalkan trauma bagi para mahasiswi ISI Yogyakarta

Tiga dari empat terduga korban yang berbagi ceritanya kepada Mojok mengaku telah melaporkan kasus pelecehan seksual ini kepada Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) ISI Yogyakarta pada 2023 lalu. Ketiganya mengaku telah dimintai keterangan dan memberikan kesaksiannya.

Namun, hingga saat ini mengaku belum mengetahui tindak lanjut dari keterangan yang mereka berikan. Para dosen terduga pelaku pelecehan seksual hingga saat ini masih aktif berkegiatan di kampus.

Para korban berharap agar ada proses investigasi mendalam dan sanksi tegas terhadap terduga pelaku. Mereka hanya ingin, para mahasiswi lain bisa berkuliah dengan tenang tanpa takut akan menjadi objek tindakan-tindakan pelecehan seksual fisik maupun verbal.

Pascaperistiwa, para terduga korban mengalami trauma. Lala misalnya, mengaku sempat mengurung diri selama dua bulan di kos. Sebelum akhirnya meminta bantuan ke Satgas PPKS dan mendapat bantuan pendampingan dari psikolog. Ia menjalani beberapa sesi konseling.

“Tapi setiap kembali ke kampus rasanya berat. Apalagi melihat dosen yang bersangkutan masih berkeliaran di kampus,” ujar Lala.

Hal serupa juga dirasakan oleh Tami. Ia terlambat melaporkan dugaan pelecehan seksual yang ia alami ke tim PPKS. Ia mengaku sempat mengalami tekanan mental. Berkat mendengar ada temannya yang angkat suara, ia baru berani melapor dan mendapatkan bantuan dan konseling  yang diperlukan.

Belum ada tindakan tegas

Sejak Senin (19/8/2024), Mojok telah mencoba meminta konfirmasi kepada Yulyta Prasetyaningsih selaku Ketua Satgas PPKS ISI Yogyakarta. Awalnya, ia berkenan untuk diwawancarai namun akhirnya mengubah keputusannya. Di hari yang sama ia mengarahkan Mojok untuk wawancara langsung kepada rektor.

Stiker-stiker perlawanan terhadap kasus KS yang disebarkan sejumlah mahasiswa saat PKKMB ISI Yogyakarta 2024 (Hammam/Mojok.co)

Mojok lantas mengirimkan surat resmi kepada Rektor ISI Yogyakarta Irwandi pada hari itu juga. Beberapa kali Mojok berupaya untuk menindaklanjutinya melalui Ketua Satgas PPKS namun tidak ada balasan konfirmasi mengenai kasus tersebut.

Pada Rabu (21/8/2024), Reporter Mojok mendatangi Gedung Rektorat ISI Yogyakarta namun Irwandi tidak bisa diwawancara karena sedang acara. Sehari berselang, Mojok kembali mencoba mengonfirmasi kepada pihak-pihak terkait, baik humas kampus hingga Satgas PPKS, tapi jawaban tak kunjung datang.

Hingga tulisan ini tayang, tindak lanjut dari ISI Yogyakarta soal dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah mahasiswi dan alumnusnya masih terus menjadi tanda tanya besar.

)* Nama terduga korban dan terduga pelaku disamarkan.

Reporter: Ahmad Efendi, Alya Putri Agustina, Hammam Izzuddin

Penulis : Hammam Izzuddin

Editor : Agung Purwandono

BACA JUGA Mengenal Jenis-jenis Kekerasan Seksual Menurut UU TPKS, Komnas Perempuan, dan Permendikbud Ristek

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version